"Mesra apanya? Ah, kamu ada-ada aja, Sayang. Kamu pasti salah dengar." Raka mencoba tertawa untuk menutupi kecerobohannya barusan. Dalam hati dia merutuki kebodohannya. Semoga saja istrinya itu tidak marah lagi padanya. Shinta menatap Raka dengan ekspresi datar. Entahlah, saat ini dia sedang tidak berminat untuk bicara lebih banyak dengan suaminya itu. "Jelas-jelas Aku mendengar nada bicaranya yang begitu lembut tadi," bathin Shinta kesal. Tanpa kata, Shinta melangkah melewati Raka menuju lift. Di belakangnya menyusul Rein dan Arman. "Sayang ..., tunggu sebentar! Aku ada kejutan untukmu." Raka meraih tangan Shinta dan menahannya tepat di depan lift. Tak jauh dari tempat mereka, Rein dan Arman berdiri menunggu lift terbuka. "Maaf, Mas. Aku lelah. Mau istirahat," sahut Shinta singkat masih dengan ekspresi datar. "Sebentar saja. Aku hanya ingin mengajakmu makan malam. Mau, Ya? Kamu pasti belum makan." Raka hampir putus aja melihat sikap Shinta yang masih saja dingin dan acuh pa
Read more