Beranda / Fantasi / Penguasa Dewa Naga / Bab 171 - Bab 180

Semua Bab Penguasa Dewa Naga : Bab 171 - Bab 180

349 Bab

167. Cari Muka!

"Lalu bocah itu?" Yog Aren kembali menoleh ke arah Akara yang masih melanjutkan menempa senjatanya."Tentu bukan seorang Amerta biasa yang ada di belakangnya, kau sendiri harusnya tau bagaimana ganasnya Esensi Surgawi. Sedangkan dia harus menyerap Esensi Surgawi bahkan sebelum memasuki ranah Maskumambang satu bulan energi," "Humph! Mau siapapun yang ada di belakangnya, sekarang dia hanyalah seorang anak kecil. Bisa apa dia setelah Malapetaka yang membuat semua orang di ranah Amerta menghilang!?" Yog Aren lalu melompat masuk ke dalam altar kompetisi menempa. Jlengg!..Tubuhnya yang besar mendarat tepat di depan Akara. Hentakannya yang begitu kuat bahkan sampai membuat tungku pembakaran dari ketiga peserta melayang, melompat di udara."Guru?" Slamet Kopling langsung menoleh ke arah gurunya, sedangkan ia hanya melambaikan tangan tanpa memalingkan wajahnya dari Akara. Para penonton juga bertanya-tanya akan hal yang dilakukan oleh Raja kota
Baca selengkapnya

168. Pertempuran tak Terelakkan

Dengan wajah kesalnya, Yog Aren hanya mengernyitkan dahinya merasa bingung dengan pertanyaan yang diajukan oleh Akara. "Maksudku, dari tadi kok cari muka, sudah ketemu?" "Sialan!" Yog Aren langsung melesat, melancarkan pukulan ke arah Akara hingga membuat pemuda itu terhempas hingga mencapai ujung altar. Sepasang pedang kayu hitam sudah berada di depan dadanya, melayang dan keluar asap di bekas pukulan Yog Aren. Pedang yang Akara tempa tadi masuk ke dalam penyimpanan dimensinya, lalu ia meraih kedua pedang kayunya dan langsung muncul kilatan listrik tipis berwarna merah."Seorang Raja yang terhormat, ternyata memiliki temperamental yang begitu buruk," ucap Akara saat Yog Aren mengeluarkan sebuah senjata berupa palu besar dengan gagang yang pendek. Lemon saat itu ingin melesat membantu Akara, namun ia langsung dihentikan oleh Alan."Lihatlah kilatan merah pada pedangnya, kalau kau bergabung, hanya seperti bunuh diri saja. Kita awasi aga
Baca selengkapnya

169. Memanas

Karena ayunan pedangnya ditahan, Akara mengayunkan pedang lainnya. Akan tetapi, badannya langsung meliuk ke samping dan mengurungnya serangannya. Sebab, palu yang Yog Aren lemparkan tadi melesat kembali kepada pemiliknya. Mereka lalu melesat di langit-langit gua, saling menyerang dengan sangat cepat layaknya kilatan cahaya. Setiap kali benturan serangan, menciptakan gelombang energi yang begitu besar. Walau para warga telah terlindungi oleh pelindung yang Akara buat, namun tidak dengan langit-langit gua. Pegunungan batu Vodor bergetar hebat, tidak sedikit ada bagiannya yang runtuh. Sambil mempertahankan energi pelindung dan menonton pertarungan, Raja Vonci Kates, orang yang menggantikan tahta Raja Marbun Bidara mendekati Bento Besiah. "Raja Bento Besiah, bukankah hubungan kota Shuyal dengan kota Gnome bisa dibilang tidak buruk, kenapa tidak membantunya?""Tidak ada alasan untukku membantunya, pemuda itu juga telah menyelamatkan kotaku. Lalu bagaimana den
Baca selengkapnya

170. Melawan Raja Penempa!

Akara melepaskan pedang di tangan kanannya hingga ia melayang sendiri, lalu melebarkan tangannya ke depan. Energi dingin dengan cepat membentuk cakar Naga, lalu aura alkemisnya menyala.Dua aura yang bercahaya begitu indah mengapitnya dari sisi atas dan bawah.Saat mengarahkan telapak tangannya ke atas, ada es yang membentuk bor spiral yang langsung melayang di atasnya. Setelah terbentuk sempurna, angin langsung menyelimutinya, membuatnya berputar dengan kecepatan tinggi. Kembali bor spiral terbentuk, hingga jumlahnya mencapai tujuh buah. Melayang di sekitar tubuhnya, bergerak mengelilinginya secara horizontal. Ia lalu meraih pedangnya sebelum membuat kuda-kuda untuk melesat. Sonic Boom atau dentuman sonik langsung tercipta saat ia melesat ke arah Yog Aren. Selain suara dentuman yang keras, namun juga getaran di seluruh gua.Raja kota Gnome itu lalu mengayunkan tangan ke atas, 'wushh' bongkahan batu besar mencuat dari kawah di depan Akara. Akan tetapi, pemuda i
Baca selengkapnya

171. Higanbana kembali Mengguncang!

Ia terlentang, tertanam di langit-langit gua. Saat berusaha untuk mengangkat kepalanya, Akara sudah melesat di depannya sambil mengayunkan pedang.Boommbbb… Langit-langit gua berlubang dengan tebasannya, bahkan sampai menembus ke atas pegunungan Vodor. Lubang sepanjang belasan metes, menyebabkan abu dari hancurnya bebatuan mengepul di udara. Swussh… Kepulan debu tersapu oleh angin, kini terlihat sorotan cahaya matahari yang memasuki gua melalui lubang bekas serangan Akara. Tidak terlihat keberadaan Yog Aren, lalu pemuda berjaket hitam itu menoleh ke arah datangnya hembusan angin."Para tetua dengarkan perintahku!" Yog Aren sudah terbang cukup jauh darinya. Walau lolos, namun armor batu di pundak kirinya sudah hancur. Bahkan melukainya hingga terlihat darah yang mengalir di sela-sela armor batu."Bentuk formasi Berlah Naga Magma!" Yog Aren langsung membuat segel tangan, lalu muncul lingkaran sihir berwarna oranye di atasnya. Pola ukiran sajak yang
Baca selengkapnya

172. Masih Beruntung dia!?

Pada peluncuran Higanbana terakhir kali, Akara menggabungkannya dengan kristal beracun milik Komo. Ia mampu membunuh Avav yang memiliki tingkatan ranah Gambuh, namun sekarang ia hanya menggunakan kristal es. Akan tetapi, saat itu Akara murni menggunakan aura ranahnya, sedang sekarang, mmenggunakan aura Naga yang bisa dibilang puluhan kali lipat dibandingkan saat itu.Akara kini terengah-engah, memandangi ledakan jurusnya yang berangsur-angsur menghilang. Akan tetapi, swushh… keluar seseorang dari kobaran api di udara. Raja bertubuh besar itu terjun dari langit, dengan kondisi pakaian dan tubuhnya penuh luka bakar. Ia masih sadarkan diri, bahkan melirik pemuda yang membuatnya jadi seperti itu."Para tetua dan seluruh pasukan Wyvern!" teriaknya, disusul oleh Akara yang langsung melesat ke arahnya."Tangkap bocah itu, jangan biarkan dia lolos!" lanjutnya, namun pemuda itu dengan cepat terbang ke arahnya. Di saat yang sama, kelima tetua, Alan dan Lemon langsung membuka sayapnya. Posisi pa
Baca selengkapnya

173. Wyvern Mengesalkan!

Ketiga tetua sudah menyalakan aura ranahnya, ranah Gambuh bintang 3, 4, dan 5, sedangkan Alan di ranah Gambuh bintang lima. Walau melawan tiga orang sekaligus di ranah yang sama, ia tidak gentar samasekali, ditambah dengan topeng serigala yang membuatnya mendapatkan kekuatan bayangan. Melihat topeng yang dikenakan pria berjubah, putri berambut merah mengernyitkan dahinya."Kau benar-benar sial Yog Aren, membuat orang sepertinya menjadi musuhmu." Tiba-tiba wajahnya malah memerah, mengingat kembali saat Akara mencuri ciuman pertamanya. Tanpa sadar ia mengusap pelan bibir merahnya..."Maaf merepotkan kalian," ucap Akara yang masih begitu lemas. Kedua pria di depannya hanya menoleh sekilas dan tersenyum tipis."Jangan sungkan!""Riwayat kalian akan berakhir di sini!" teriak salah satu tetua dengan gengaman tangan yang diselimuti oleh energi, ia lalu mengayunkannya ke atas, hingga mencuatlah gelombang magma. Wushh… Ombak yang begitu tinggi hingga menggulung mereka, untung Lemon dengan s
Baca selengkapnya

174. Memikul Nasib dan Harapan!

Dengan keenam belatinya yang sudah bergetar hebat saat ia alirkan energi, Wyvern tinggal beberapa meter di depannya.Cringg! Jruggg… Wyvern tertahan oleh rantai di kakinya hingga membuatnya tercebur kembali ke dalam kawah sebelum mencapai altar teleportasi. Tanpa pikir panjang, Alan bergegas menyusul Lemon dan Akara...Di pintu keluar, ternyata gerbang sudah terbuka, namun kubah pelindung masih menyelimuti. Di sana sudah ada pasukan Aliansi Angin Malam yang berjejer, sedangkan di luar kota sudah ada ular raksasa yang menunggu. Ia adalah Kyun, bersama Komo, serta Ken dan Amphipthere yang masih berukuran kecil. "Bentuk formasi!" seru Alan, lalu secara serentak puluhan anggota Aliansi Angin Malam membuat formasi. Lemon dan Akara sudah sampai di sana, namun mereka masih menunggu kedatangan Alan. "Ikuti aba-abaku!" seru Lemon sambil mengangkat tangannya dan melihat kedatangan Alan. Sekitar puluhan meter lagi, Alan menjentikkan jarinya. Muncul tanda bayangan di atas kepala Lemon, ia lang
Baca selengkapnya

Arc 4: Kekaisaran Naga Sejati

Arc 4: Kekaisaran Naga SejatiSayang sekali, Esensi Magma Surgawi gagal didapatkan. Akara belum bisa naik ranah.Kota hutan Araves tercipta karena secuil energi Naga Sejati elemen Tanaman, membuat kota itu menjadi surganya para master Alkemis. Lalu bagaimana dengan tempat kediaman aslinya? Tentu saja menjadi jauh lebih baik dari itu. Ini juga alasan kenapa author tidak membiarkan Akara ikut kompetisi Alkemis sebelumnya. Ia yang notabenenya seorang master Alkemis tingkat enam, apakah jadi luar biasa di sana? Menurut judul, ia adalah Penguasa Dewa Naga, apakah akan mendapatkan warisan sang Dewa Naga? Tentu saja!!... Tidak! Tidak ada waris-warisan. Kekaisaran Naga Sejati merupakan tempat paling aman untuk makhluk seperti mereka. Juga demi mengembalikan ranah Amphipthere dan Ken. Awal-awal akan fokus ke masalah partner baru dan berlatih mengendalikan Aura Naga.Selain untuk mendapatkan beberapa pil, Akara melakukan kegiatan Alkemis juga untuk mendapatkan tiket masuk dunia tak berpenghuni.
Baca selengkapnya

175. Penghuni badai di Laut

Pertemuan tiga arus samudera menyebabkan ombak dan badai yang begitu mengerikan. Ditambah lagi ada pegunungan Vodor yang berada di bawah laut, membelokkan arus laut hingga membentuk pusaran ombak. Seekor ular King kobra raksasa meliuk-liuk, mengarungi lautan dengan dua orang yang ada di atas kepalanya. Akara, pemuda berjaket hitam itu masih duduk dengan tenang di atas kepala Kyun, memulihkan energinya yang sepenuhnya terkuras saat melawan Yog Aren. Sedangkan Alan si pria berjubah sudah berdiri, di sampingnya ada ular bersayap yang terbang, lalu ada ular king kobra kecil dan naga tanpa sayap seukuran kadal.Melihat pusaran ombak jauh di depan sana, Ken lalu menoleh ke arah pria berjubah dan berkata."Alan, pergilah bersama tuan muda terlebih dahulu, biarkan kami perlahan-lahan menyeberangi lautan ini sendiri!"Akara yang sebelumnya fokus memulihkan energi jadi terbangun dan langsung melompat ke arah Ken. Plukk.. ia memukul kepala ular kecil itu, lalu menggenggam tubuhnya dan mengangkat
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1617181920
...
35
DMCA.com Protection Status