Ketiga tetua sudah menyalakan aura ranahnya, ranah Gambuh bintang 3, 4, dan 5, sedangkan Alan di ranah Gambuh bintang lima. Walau melawan tiga orang sekaligus di ranah yang sama, ia tidak gentar samasekali, ditambah dengan topeng serigala yang membuatnya mendapatkan kekuatan bayangan. Melihat topeng yang dikenakan pria berjubah, putri berambut merah mengernyitkan dahinya."Kau benar-benar sial Yog Aren, membuat orang sepertinya menjadi musuhmu." Tiba-tiba wajahnya malah memerah, mengingat kembali saat Akara mencuri ciuman pertamanya. Tanpa sadar ia mengusap pelan bibir merahnya..."Maaf merepotkan kalian," ucap Akara yang masih begitu lemas. Kedua pria di depannya hanya menoleh sekilas dan tersenyum tipis."Jangan sungkan!""Riwayat kalian akan berakhir di sini!" teriak salah satu tetua dengan gengaman tangan yang diselimuti oleh energi, ia lalu mengayunkannya ke atas, hingga mencuatlah gelombang magma. Wushh… Ombak yang begitu tinggi hingga menggulung mereka, untung Lemon dengan s
Dengan keenam belatinya yang sudah bergetar hebat saat ia alirkan energi, Wyvern tinggal beberapa meter di depannya.Cringg! Jruggg… Wyvern tertahan oleh rantai di kakinya hingga membuatnya tercebur kembali ke dalam kawah sebelum mencapai altar teleportasi. Tanpa pikir panjang, Alan bergegas menyusul Lemon dan Akara...Di pintu keluar, ternyata gerbang sudah terbuka, namun kubah pelindung masih menyelimuti. Di sana sudah ada pasukan Aliansi Angin Malam yang berjejer, sedangkan di luar kota sudah ada ular raksasa yang menunggu. Ia adalah Kyun, bersama Komo, serta Ken dan Amphipthere yang masih berukuran kecil. "Bentuk formasi!" seru Alan, lalu secara serentak puluhan anggota Aliansi Angin Malam membuat formasi. Lemon dan Akara sudah sampai di sana, namun mereka masih menunggu kedatangan Alan. "Ikuti aba-abaku!" seru Lemon sambil mengangkat tangannya dan melihat kedatangan Alan. Sekitar puluhan meter lagi, Alan menjentikkan jarinya. Muncul tanda bayangan di atas kepala Lemon, ia lang
Arc 4: Kekaisaran Naga SejatiSayang sekali, Esensi Magma Surgawi gagal didapatkan. Akara belum bisa naik ranah.Kota hutan Araves tercipta karena secuil energi Naga Sejati elemen Tanaman, membuat kota itu menjadi surganya para master Alkemis. Lalu bagaimana dengan tempat kediaman aslinya? Tentu saja menjadi jauh lebih baik dari itu. Ini juga alasan kenapa author tidak membiarkan Akara ikut kompetisi Alkemis sebelumnya. Ia yang notabenenya seorang master Alkemis tingkat enam, apakah jadi luar biasa di sana? Menurut judul, ia adalah Penguasa Dewa Naga, apakah akan mendapatkan warisan sang Dewa Naga? Tentu saja!!... Tidak! Tidak ada waris-warisan. Kekaisaran Naga Sejati merupakan tempat paling aman untuk makhluk seperti mereka. Juga demi mengembalikan ranah Amphipthere dan Ken. Awal-awal akan fokus ke masalah partner baru dan berlatih mengendalikan Aura Naga.Selain untuk mendapatkan beberapa pil, Akara melakukan kegiatan Alkemis juga untuk mendapatkan tiket masuk dunia tak berpenghuni.
Pertemuan tiga arus samudera menyebabkan ombak dan badai yang begitu mengerikan. Ditambah lagi ada pegunungan Vodor yang berada di bawah laut, membelokkan arus laut hingga membentuk pusaran ombak. Seekor ular King kobra raksasa meliuk-liuk, mengarungi lautan dengan dua orang yang ada di atas kepalanya. Akara, pemuda berjaket hitam itu masih duduk dengan tenang di atas kepala Kyun, memulihkan energinya yang sepenuhnya terkuras saat melawan Yog Aren. Sedangkan Alan si pria berjubah sudah berdiri, di sampingnya ada ular bersayap yang terbang, lalu ada ular king kobra kecil dan naga tanpa sayap seukuran kadal.Melihat pusaran ombak jauh di depan sana, Ken lalu menoleh ke arah pria berjubah dan berkata."Alan, pergilah bersama tuan muda terlebih dahulu, biarkan kami perlahan-lahan menyeberangi lautan ini sendiri!"Akara yang sebelumnya fokus memulihkan energi jadi terbangun dan langsung melompat ke arah Ken. Plukk.. ia memukul kepala ular kecil itu, lalu menggenggam tubuhnya dan mengangkat
Sranggg… Ekor Kyun menerjang ratusan ikan itu, menghalaunya agar tidak menyerang Akara."Tuan muda!" serunya, sambil melirik pemuda di atas kepalanya."Aman!" seru Akara."Ikan sialan!" teriak Ken, disusul cahaya warna oranye yang menyala di atas kepala istrinya. Aura mistis empat pola, terlihat begitu kontras di tengah-tengah cahaya biru tingkat langka."Tidak mungkin!" Ken kembali dibuat kesal. Pasalnya, ikan-ikan itu tidak takut akan aura mistis milik Kyun. Padahal seharusnya binatang sihir tingkat mistis satu pola saja langsung ketakutan jika melihatnya, terlebih lagi, mereka hanya tingkat langka yang maksimal hanya dua pola aura. Kyun tidak bisa melanjutkan berenang, ekornya kini digunakan untuk menyapu ikan-ikan yang akan menyerang mereka. Begitu lama mereka menahan di keadaan itu hingga akhirnya Kyun kesal. Ikan yang tidak ada habis-habisnya itu akhirnya ia sembur menggunakan racun. Ia memutar kepalanya ke segala arah agar racunnya menyebar. Mereka merasa lega saat hal itu ter
Dia adalah seorang gadis bertubuh ramping, dengan gumpalan lemak yang bisa dibilang pas di genggaman. Bibir kecilnya yang basah berwarna merah muda alami, memiliki kulit putih dengan semburat merah muda, tidak ada yang bisa menyaingi kecantikannya. Pakaian yang ia kenakan berupa bikini merah muda dengan bawahan yang dilapisi oleh kain seperti rok. Dia berdiri di pinggiran kolam, berkacak pinggang saat memandangi makhluk raksasa bernama Kraken."Kraken bodoh! Kenapa malah muncul!?" Tiba-tiba seseorang muncul di atasnya, melayang di udara dengan begitu tenang. Wanita berambut keemasan, dengan kain sutra lembut yang menutupi tubuh indahnya. "Kenapa sih Lisa cantik?" ucap wanita berambut keemasan yang perlahan-lahan mulai turun."Kak Vionaaa!" Lisa langsung merengek layaknya anak kecil yang mengadu kepada orang tuanya. Gadis inilah yang memberikan pelatihan'Penyatuan Alam' kepada Akara, juga yang menyebabkan malapetaka hilangnya para Kaisar. "Itu Kraken bodoh malah muncul saat dia mau
Sekitar tujuh orang yang mengepung mereka, menyebar, dengan posisi di atas dahan pohon. Semuanya berpakaian serba gelap, dengan jubah yang tudungnya dikenakan hingga wajahnya tersembunyi dalam bayangan. "Kembalilah, ini bukan wilayah yang bisa kalian datangi!" saru salah satunya.Alan yang sudah memasang badan di depan Akara, lalu mengulurkan tangannya ke depan dan muncullah sebuah topeng serigala. "Kami memang ingin ke desa Calin,"Walau semua pandangan mata mereka tertuju pada topeng serigala itu, namun mereka masih begitu tenang. "Datanglah sendirian, tidak ada tempat untuk tubuh besarnya dan juga seorang manusia!" "Dia bukanlah manusia biasa!" seru Alan sambil menunjuk pemuda di belakangnya. "Dia ingin melatih aura Naganya!" lanjutnya."Tidak ada waktu untuk itu sekarang, seharusnya kalian juga mengetahui apa yang telah terjadi dengan dunia ini. Berlatihlah di tempat lain!" Ia menunjuk ke salah satu sisi, lalu orang-orang yang mengepung di sana melompat menjauh untuk memberikan
Gurun OconiGurun pasir yang aneh. Pasalnya, pasir gurun ini bukanlah warna coklat, melainkan hitam legam. Pantas saja jika suhu di siang hari mencapai seratus derajat Celcius. Siang hari yang begitu terik, ditambah lagi tidak ada hembusan angin sedikitpun. Akan tetapi, swushh.. tiba-tiba ada hembusan angin yang melesat begitu cepat. Angin yang membawa seseorang berpakaian serba putih, dengan seekor Naga tanpa sayap yang bertengger di pundaknya. Pemuda bernama Akara ternyata nekat, tidak mengendahkan peringatan dari Alan. "Pantulan cahaya dari bawah lebih panass!" serunya sambil mengulurkan salah satu tangannya ke bawah, membuat sebuah papan dari kristal es. Cesss… Tidak butuh waktu lama untuk papan es itu meleleh, bahkan tetesan airnya sudah menguap sebelum menetes sampai pasir."Komo, cepat buat papan kristal di bawahku!" seru Akara saat kristal es miliknya sudah meleleh."Lah, panasnya Api Surgawi bisa kau kendalikan, tapi cahaya sep