Sekitar tujuh orang yang mengepung mereka, menyebar, dengan posisi di atas dahan pohon. Semuanya berpakaian serba gelap, dengan jubah yang tudungnya dikenakan hingga wajahnya tersembunyi dalam bayangan. "Kembalilah, ini bukan wilayah yang bisa kalian datangi!" saru salah satunya.Alan yang sudah memasang badan di depan Akara, lalu mengulurkan tangannya ke depan dan muncullah sebuah topeng serigala. "Kami memang ingin ke desa Calin,"Walau semua pandangan mata mereka tertuju pada topeng serigala itu, namun mereka masih begitu tenang. "Datanglah sendirian, tidak ada tempat untuk tubuh besarnya dan juga seorang manusia!" "Dia bukanlah manusia biasa!" seru Alan sambil menunjuk pemuda di belakangnya. "Dia ingin melatih aura Naganya!" lanjutnya."Tidak ada waktu untuk itu sekarang, seharusnya kalian juga mengetahui apa yang telah terjadi dengan dunia ini. Berlatihlah di tempat lain!" Ia menunjuk ke salah satu sisi, lalu orang-orang yang mengepung di sana melompat menjauh untuk memberikan
Gurun OconiGurun pasir yang aneh. Pasalnya, pasir gurun ini bukanlah warna coklat, melainkan hitam legam. Pantas saja jika suhu di siang hari mencapai seratus derajat Celcius. Siang hari yang begitu terik, ditambah lagi tidak ada hembusan angin sedikitpun. Akan tetapi, swushh.. tiba-tiba ada hembusan angin yang melesat begitu cepat. Angin yang membawa seseorang berpakaian serba putih, dengan seekor Naga tanpa sayap yang bertengger di pundaknya. Pemuda bernama Akara ternyata nekat, tidak mengendahkan peringatan dari Alan. "Pantulan cahaya dari bawah lebih panass!" serunya sambil mengulurkan salah satu tangannya ke bawah, membuat sebuah papan dari kristal es. Cesss… Tidak butuh waktu lama untuk papan es itu meleleh, bahkan tetesan airnya sudah menguap sebelum menetes sampai pasir."Komo, cepat buat papan kristal di bawahku!" seru Akara saat kristal es miliknya sudah meleleh."Lah, panasnya Api Surgawi bisa kau kendalikan, tapi cahaya sep
Kota RubySebuah kota di tengah-tengah gurun pasir hitam yang awalnya adalah sebuah oasis. Akan tetapi, danau atau oasis ini tidak berada di permukaan gurun, melainkan berada di dalam gua yang besar. Selain minim pencahayaan, suhu udara di sini juga bisa dibilang dingin. Walau begitu, kota ini tidak pernah istirahat yang artinya, beroperasi selama 24 jam nonstop. Jalan utama yang mengapit sebuah aliran air, bangunan di kedua sisi kiri dan kanan sebagian besar merupakan tempat hiburan malam. Hampir di setiap sisi ada wanita cantik berpakaian minim yang menawarkan jasanya. Di saat itulah ada seseorang yang keluar dari tempat hiburan malam, sambil merapikan pakaian berwarna putih dengan aksen biru yang tajam, pria tampan itu melirik ke arah gadis-gadis yang ada di pinggir jalan. Sambil tersenyum mesum, ia segera mendekatinya dan meremas bokongnya. Bukannya marah, gadis itu malah tersipu malu saat menatap wajah tampannya."Woi bayar!" teriak seorang pria bert
"Pembuat onar! Kau akan menyesalinya!" Para pengunjung lainnya langsung berkumpul untuk memberinya pelajaran. Walau tidak terlihat ada yang menyalahgunakan aura, namun energi intimidasi begitu kuat hingga membuat area sekitarnya bergetar hebat. Walau begitu, pria tampan itu masih dengan santai mendekati jeruji besi, ia berjalan tanpa beban hingga. Krenggg… Jeruji besi yang rapat langsung tersibak ke samping tanpa ia sentuh. Seketika para pengunjung yang ingin memberikan pelajaran jadi mematung terbelalak. Tidak mungkin! Bahkan jika seseorang di tingkat Naga dua pola tidak akan bisa merusaknya. Siapakah dia sebenarnya!? Mereka bergidik ngeri, menatap pria yang sedang menggendong budak incarannya. Saat ia berbalik badan, tak sedikit orang yang ketakutan hingga terjerembab ke belakang."Kenapa kalian?" Ia mengernyitkan dahi merasa aneh, lalu tiba-tiba menghilang.Di dalam arena, sebuah pelelangan sedang berlangsung, dengan bahan dagangan seperti ya
Kali ini di atas panggung, dalam sebuah jeruji besi yang disorot oleh cahaya, seorang pemuda terikat terlentang tanpa sehelai benangpun yang menutupi tubuhnya. Tidak sedikit pelanggan wanita yang tertarik dengan tubuhnya yang terbentuk, ditambah lagi pusaka yang menggantung di antara kakinya. Mereka memuji akan keindahan bentuk dan kebesarannya. Tubuhnya memang sangat bagus, apalagi masih di usia yang begitu muda, tapi harga satu juta pala bukankah terlalu berlebihan!? "Seratus juta pala!" tawar pria tampan sebelumnya, membuat keributan terjadi di seluruh peserta lelang. Cari mati! Kau akan dieksekusi mati jika tidak bertanggung jawab atas tawaranmu! Kalaupun bisa membayarnya, untuk apa membuang uang sebanyak itu untuk bocah sepertinya!?"Oh maaf, aku salah menawar!... Tiga ratus juta pala tawaran terakhirku!" tawarannya semakin membuat tercengang. Dengan uang sebanyak itu, bisa digunakan untuk membuat sekte dengan ribuan anggota di alam atas!"Kalian but
Selain Oren, ada juga Alan yang berbaris bersama para praktisi yang sedang berlatih. Beberapa saat kemudian ada setengah lusin gadis berpakaian Maid layaknya budak sebelumnya, mereka berlutut, berjejer di belakang pria tampan itu."Tuan Segoro ucap salah seorang maid," ucap Fera, seorang maid yang sangat cantik, berambut ungu dengan potongan Bob, ekspresi wajahnya acuh tak acuh. Walau tak berekspresi, namun alis dan sorot matanya begitu tajam, membuat setiap orang yang memandangnya jadi gugup."Fera, lama sekali dirimu menemuiku," ucap Segoro yang merupakan Naga Sejati elemen air. Ia berbalik badan sambil tetap menggenggam komo dengan erat. Fera tidak bereaksi apapun, pandangannya tertuju pada gadis di samping Segoro. Ia lalu memberi kode kepada salah satu bawahannya untuk mengajak pergi gadis itu. "Masih kurang?" ucap Fera dengan sinis setelah kepergian gadis tadi. "Hehe." Segoro malah nyengir, lalu pemimpin Maid di depannya melirik ke arah Komo yang ada di genggamannya."Apa itu
Di kota GnomeKota penempa yang ada di dalam perut pegunungan Vodor, sekarang sudah beraktivitas secara normal. Pertarungan yang terjadi sebelumnya hanya merusak langit-langit kota karena kubah pelindung yang Akara buat.Di dalam sebuah ruangan yang luas, ada sebuah singgasana dengan senderannya berupa senjata berbagai bentuk yang berjejer rapi. Yog Aren, Raja Penempa tengah duduk di sana, dengan latar belakang berupa dinding dengan aliran magma. Selain itu, sebuah karpet merah tergelar di depannya hingga mencapai pintu masuk, dengan di kedua sisinya ada beberapa meja yang berhadapan. Di meja paling dekat dengan singgasana, duduklah seseorang pria berumur 40 tahunan. Tubuh kekarnya tidak kalah dengan milik Yog Aren, namun memiliki kumis di wajahnya yang terlihat garang dan angkuh. Dia adalah Marbun Bidara, mantan Raja Glint sekaligus orang yang mengejar Akara."Aku juga tidak menyangka jika kau juga memiliki masalah dengan bocah itu," ucap Yog Aren."Ada apa kalian kumpul-kumpul!?" se
Di sebuah ruangan, cahaya matahari yang begitu terik masuk melalui celah jendela. Di siang hari yang panas itu terdengar suara desahan wanita diiringi suara hentakan daging dengan tempo yang begitu cepat. Setelah lolongan panjang sang wanita, suara hentakan terhenti, digantikan oleh suara napas yang terengah-engah. Akan tetapi, beberapa saat kemudian suara hentakan daging terdengar kembali, disusul oleh teriakan memelas sang wanita."Ampunn sudaaaahhjj" "Lalu lepaskan borgol di tanganku!" jawab seorang laki-laki dengan suara seakan mengancam, tanpa menghentikan aksinya."Baigghhh berhentiii,"Setelah kegiatan mereka berhenti, terdengar suara 'klekk!' lalu 'crang!' ia melemparkan borgol di kedua tangannya hingga membentur tembok. Ia lalu menggenggam pergelangan lengannya dan menggoyang-goyangkanya. Beberapa saat kemudian ia beranjak dari posisi misionarisnya, meninggalkan wanita ubah itu di atas ranjang dan mengenakan pakaiannya kembali. Saat ingin melangkahkan kakinya keluar, ia tiba
Alhamdulillah selesai Season 1! Terima kasih buat yang sudah mendukung Author, semoga terhibur dengan imajinasi saya. Mohon maaf bila banyak kesalahan author, baik penulisan kata-kata yang kurang berkenan di hati para pembaca ataupun yang lainnya. Para pendukung semoga sehat selalu dan dilancarkan rezekinya, jadi dapat terus mengikuti perkembangan author dan Akara. Author akan hiatus dulu dan akan mulai kembali bulan depan, semoga diberikan kelancaran untuk semuanya. Oh iya, Author sarankan untuk membaca ulang Arc 1 (bab1-52) percayalah, ada rencana bagus yang Author siapkan untuk Akara. ******* Penguasa Dewa Naga Season 2 Takdir merenggut semua orang terkasihnya, membuat kekuatannya lepas kendali dan menciptakan lubang hitam. Dirinya terhisap ke dalam lubang hitam, lalu muncul kembali di dunia yang dipenuhi oleh api dan kekerasan. Neraka? Seperti itulah gambaran dunia ini. Dengan ingatan yang masih membekas, Akara mencari cara untuk keluar dari dunia itu. Menggunakan nama samaran
Pemuda dengan pakaian compang camping penuh luka bakar dan menenteng sepasang pedang kayu hitam, muncul di atas sebuah sungai, di belakangnya ada gua di bawah air terjun yang sudah hancur. Ia lalu melihat ke arah hilir sungai, pemukiman di pinggir bantaran sungai sudah hancur berantakan, dengan pepohonan raksasa yang ambruk dari hutan di belakangnya. Selain tubuh manusia yang berserakan, juga banyak binatang sihir raksasa yang kondisinya tidak jauh berbeda. "Tuan Agera!" teriak seseorang yang wajah dan tubuhnya penuh bekas luka, namun kali ini banyak sekali tambahan luka di tubuhnya. Ia tertatih-tatih mendekat, lalu melesat terbang mendekati pemuda itu. "Marbun Bidara! Kekaisaran Gletser Abadi!"Akara langsung menoleh ke samping, kesadarannya langsung mendeteksi ribuan mil di depan sana. Wush!... Dalam sekejap, ia sudah berada di atas gletser kutub, meninggalkan robekan ruang yang gelap di udara, seakan menggaris langit sejauh ribuan mil. Gleng!... Ia melompat turun, membuat cekung
447Walau tubuhnya masih penuh luka bakar yang mulai mengering, ia mengangkat satu tangannya ke atas. Wush!... Ketiga Auranya menyala, membuat hembusan energi dan seketika energi meluap keluar dari tubuhnya, membentuk aliran energi yang bergerak ke atas. Enegi itu membentuk lingkaran energi besar yang memiliki pola rumit layaknya di atas altar teleportasi. "Kau ingin kabur!?" Sonic Boom terbentuk di belakang Rose, sambil mengulurkan satu tangan ke depan dan segera diselimuti oleh energi merah berbentuk cakar. Akan tetapi, lingkaran teleportasi sudah sepenuhnya menyala dan Whup!... Para master Alkemis menghilang, namun ternyata Akara masih berada di sana. Cring!... Ia menangkis cakar rubah menggunakan pedang kayunya sambil tersenyum menyeringai."Sudah aku bilang, aku akan membunuhmu!"Wush!... Rose melesat menjauh bagaikan bayangan, namun Akara langsung berada di depannya. Mereka melesat hingga luka bakar di tubuh keduanya terlepas sendiri-sendiri. Akara terus mengincar lehernya, mem
Laser menembus energi pelindung dan langsung menerpa tubuhnya, cukup lama laser bersinar hingga akhirnya padam. Gelombang radiasi panas masih memenuhi angkasa lepas, lalu ada bongkahan batu yang menyala merah. Krek!... Batu itu retak dan tidak lama kemudian hancur, muncullah pemuda berjaket hitam di dalamnya. Walau tubuhnya diselimuti oleh Esensi Surgawi, namun pakaian dan tubuhnya penuh luka bakar. "Apa aku bilang!" seru Komo, namun tuannya masih terlihat santai dan meraih kedua pedangnya kembali. Akan tetapi.."Agkh!" Ia langsung memegangi dadanya dan tatapannya begitu tajam melihat ke arah gadis rubah di depannya. "Ada apa Akara!?"Ia menjawabnya sambil menahan emosi dan giginya mengatup karena sangat geram. "Kubah pelindung di kota Bhinneka telah hancur, bahkan yang menyelimuti Gua Pelindung Harapan juga hancur!"Rose lalu tertawa puas, seolah-olah dia dapat mendengar apa yang Akara katakan. "Apa kau merasakannya!? Pasukanku telah menemukan keberadaan kekasih fanamu! Para gadism
335Di angkasa lepas yang gelap dan dihiasi cahaya bintang. Bruak!... Rose kembali tertahan oleh dinding transparan dan Akara langsung berada di depannya, memukul hidungnya dengan sekuat tenaga. Dinding transparan langsung hancur dan gadis itu terlempar ke belakang. Akara ingin membuat dinding transparan lagi, namun segera ada energi kematian yang menyelimuti tubuh Rose. Gadis itu tidak lagi menabrak dinding transparan dan menembusnya. Akan tetapi, Akara tetap muncul di depannya dengan mengayunkan pedangnya. Tring tring!... Benturan pedang dan cakar rubah menciptakan percikan api, lalu mereka saling menyerang sambil terus melesat. Bugh!... Rose menendang perut Akara hingga terlempar mundur, namun pemuda itu langsung berteleport di belakangnya. Crang!... Ia mengayunkan pedangnya, ditahan oleh selendang, namun tetap membuat meluncur jauh. Ia kembali berteleport dan menendang punggungnya, hingga melenting sebelum terlempar. Gadis itu terlempar menuju planet di dekatnya, terbakar saat mem
Kubah pelindung arena bergetar hebat, membuat semua orang menoleh, termasuk para penyandera dan yang di sandera. Pria bertopeng kucing oranye sempat melirik leher penyandera, namun getaran itu tidak berlangsung lama. ...Di dalam arena, bongkahan batu tadi sudah menyala merah layaknya bara api. Sedangkan Rose diselimuti oleh selendangnya yang perlahan-lahan membuka. Ia terkekeh saat melihat sekitarnya dipenuhi asap bekas terbakar. "Kau bodoh! Membakar seluruh tempat hanya akan membunuh dirimu sendiri! Sekarang tidak ada lagi oksigen untukmu ber..." Ia terdiam saat bongkahan batu yang melayang-layang tersibak, nampaklah pemuda berjaket hitam yang melebarkan kedua tangannya ke samping. Di ujung telapak tangannya, ada sebuah benda seperti kelereng yang bercahaya sangat terang, dengan ketiga auranya yang menyala. Aliran energi sangat lebar layaknya selendang sutra merahnya, bergerak masuk ke dalam kedua titik bercahaya. "Sudah kubilang, aku akan membunuhmu!" Akara menyeringai, namun se
333Mengetahui kekasihnya disandera, puluhan bor spiral terbentuk dan langsung melesat, meliuk-liuk menghindari selendang merah yang hendak menangkisnya. Akan tetapi, ada energi kematian yang langsung membuat bor spiral melebur. Benar-benar lenyap di udara tanpa menyisakan sebutir debupun. Ia langsung berhenti, melihat Lina yang pergi bersama pasukan yang mengepungnya, memasuki portal dan menghilang. "Lihatlah! Apalagi yang bisa kau miliki!? Sang Peri Salju telah pergi, putri Kaisar Atla telah dikepung, tidak ada yang bisa kau lakukan lagi!?" Wush tring tring tring tring!... Akara melesat dengan tatapan tajam ke arahnya. Walau banyak selendang yang menghadang, namun ia tebas begitu mudahnya. Karena terus mendekat, energi kematian seperti asap hitam kehijauan keluar dari tubuh Rose. Persis seperti seekor gurita yang menyemprotkan tintanya. Akan tetapi, ada angin yang berputar, menembus kepulan energi kematian. Ia melesat dan sudah siap posisi Cakaran Naga Hitam, membuat gadis itu terb
Kedua peserta sudah berada di atas arena, mereka masih terlihat begitu tenang, walau gong tanda mulainya pertandingan sudah berbunyi. "Apa yang kau lakukan? Cepat menyerah!" Komo yang tidak sabar langsung melompat dan bertengger di pundaknya."Iya iya!" Akara ingin mengangkat tangannya, namun gadis yang menjadi lawannya berbicara. "Kau mirip dengan ayahmu!"Akara langsung menarik kembali tangannya dan menatapnya sambil mengernyitkan dahi. "Kau kenal ayahku?"Rose langsung tertawa lepas, lalu berjalan mendekat sambil berkata. "Tidak hanya kenal!" Ia mengangkat satu tangannya. "Dengan tangan ini aku membunuhnya!" Akara langsung terbelalak dan mengepal erat, namun masih berusaha menahan emosinya. "Apa maksudmu!?"Gadis itu kembali tertawa puas dan terdengar menakutkan, lalu berkata dengan ritme cepat. "Kau tau bagaimana ekspresi ibumu si Rani yang marah meluap-luap? Kau tau bagaimana ekspresi Violet yang dingin dan menak
Akara berjalan di sebuah lorong sambil menggandeng tangan kekasihnya. Di lorong yang sepi, namun terdengar suara riuh dari penonton dari sebuah tribun di atas mereka. Saat itulah mereka berpapasan dengan seorang gadis bergaun merah dan bercadar. Langkahnya begitu tenang dan mantap saat melewati lorong, ditemani oleh seorang pemuda berpakaian rapi. Akara langsung mengenali pemuda itu, sang wakil komandan pasukan Bintang, Baester. Ia langsung mempercepat langkahnya dan mendekat, lalu melebarkan tangan kanannya ke samping, menyentuh dinding lorong dan menghalangi jalan mereka.Melihat nonanya dihadang, Baester langsung menghardiknya. "Akara, apa yang kau lakukan!?"Akara lalu menatapnya dan berkata dengan tenang. "Pergilah!" Ia langsung membuat pemuda itu tehentak, lalu gadis bercadar berkata tanpa menoleh. "Pergilah terlebih dahulu!""Baik nona!" Ia langsung melesat pergi, sedangkan Akara langsung tersenyum lebar dan berkata."Kenapa memak