Beranda / Fantasi / Penguasa Dewa Naga / 183. Rubah ekor enam

Share

183. Rubah ekor enam

Penulis: Aldho Alfina
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Selain Oren, ada juga Alan yang berbaris bersama para praktisi yang sedang berlatih. Beberapa saat kemudian ada setengah lusin gadis berpakaian Maid layaknya budak sebelumnya, mereka berlutut, berjejer di belakang pria tampan itu.

"Tuan Segoro ucap salah seorang maid," ucap Fera, seorang maid yang sangat cantik, berambut ungu dengan potongan Bob, ekspresi wajahnya acuh tak acuh. Walau tak berekspresi, namun alis dan sorot matanya begitu tajam, membuat setiap orang yang memandangnya jadi gugup.

"Fera, lama sekali dirimu menemuiku," ucap Segoro yang merupakan Naga Sejati elemen air. Ia berbalik badan sambil tetap menggenggam komo dengan erat.

Fera tidak bereaksi apapun, pandangannya tertuju pada gadis di samping Segoro. Ia lalu memberi kode kepada salah satu bawahannya untuk mengajak pergi gadis itu.

"Masih kurang?" ucap Fera dengan sinis setelah kepergian gadis tadi.

"Hehe." Segoro malah nyengir, lalu pemimpin Maid di depannya melirik ke arah Komo yang ada di genggamannya.

"Apa itu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Penguasa Dewa Naga    184. Salah lawan

    Di kota GnomeKota penempa yang ada di dalam perut pegunungan Vodor, sekarang sudah beraktivitas secara normal. Pertarungan yang terjadi sebelumnya hanya merusak langit-langit kota karena kubah pelindung yang Akara buat.Di dalam sebuah ruangan yang luas, ada sebuah singgasana dengan senderannya berupa senjata berbagai bentuk yang berjejer rapi. Yog Aren, Raja Penempa tengah duduk di sana, dengan latar belakang berupa dinding dengan aliran magma. Selain itu, sebuah karpet merah tergelar di depannya hingga mencapai pintu masuk, dengan di kedua sisinya ada beberapa meja yang berhadapan. Di meja paling dekat dengan singgasana, duduklah seseorang pria berumur 40 tahunan. Tubuh kekarnya tidak kalah dengan milik Yog Aren, namun memiliki kumis di wajahnya yang terlihat garang dan angkuh. Dia adalah Marbun Bidara, mantan Raja Glint sekaligus orang yang mengejar Akara."Aku juga tidak menyangka jika kau juga memiliki masalah dengan bocah itu," ucap Yog Aren."Ada apa kalian kumpul-kumpul!?" se

  • Penguasa Dewa Naga    185. Meremehkan

    Di sebuah ruangan, cahaya matahari yang begitu terik masuk melalui celah jendela. Di siang hari yang panas itu terdengar suara desahan wanita diiringi suara hentakan daging dengan tempo yang begitu cepat. Setelah lolongan panjang sang wanita, suara hentakan terhenti, digantikan oleh suara napas yang terengah-engah. Akan tetapi, beberapa saat kemudian suara hentakan daging terdengar kembali, disusul oleh teriakan memelas sang wanita."Ampunn sudaaaahhjj" "Lalu lepaskan borgol di tanganku!" jawab seorang laki-laki dengan suara seakan mengancam, tanpa menghentikan aksinya."Baigghhh berhentiii,"Setelah kegiatan mereka berhenti, terdengar suara 'klekk!' lalu 'crang!' ia melemparkan borgol di kedua tangannya hingga membentur tembok. Ia lalu menggenggam pergelangan lengannya dan menggoyang-goyangkanya. Beberapa saat kemudian ia beranjak dari posisi misionarisnya, meninggalkan wanita ubah itu di atas ranjang dan mengenakan pakaiannya kembali. Saat ingin melangkahkan kakinya keluar, ia tiba

  • Penguasa Dewa Naga    186. Pesona Rubah

    Mendengar ancaman, ia malah tersenyum hingga matanya menyipit licik dan salah satu tangannya meraih pundak Akara. Ia berlenggak-lenggok mengitarinya hingga berada di belakang pemuda berjaket hitam dan berbisik padanya."Lakukanlah jika kau mampu. Memangs stamina jantan milikmu bertahan, namun energi di salam tubuhmu sudah aku serap sangat banyak."Akara hanya menghela napas panjang dan melepaskan tangan wanita itu dari pundaknya, lalu berjalan santai ke arah gurun. Wanita Rubah hanya bisa menatapnya dengan kesal karena diabaikan, lalu dengan ragu-ragu bahkan seperti gugup meneriakinya."Kau.. kau hanya akan mati di sana! Penguasa kota Ruby sangat kuat!" Akan tetapi Akara masih terus mengabaikannya. "Aishh…" ia bahkan semakin kesal hingga menghentakkan kakinya. "Kau hanya akan menjadi kering di gurun!" Ia kembali menghentakkan kakinya sebelum berjalan pergi ke arah yang sebaliknya. Baru beberapa langkah, ia berhenti, pergulatan batin terjadi antara mengikuti Akara dan berjalan pergi.

  • Penguasa Dewa Naga    187. Mengenal Ayah Al!?

    Rose terbelalak saat melihat tatapan mata Akara. Mata ular yang menyala terang dengan tiga warna, membuat mata rubahnya langsung padam. Ia langsung terduduk lemas dan terbatuk-batuk saat pemuda itu melepaskan cekikannya. Selendang sutra merah miliknya sudah sebagian terbakar, lalu ketakutan saat melontarkan pertanyaan. "Siapa dirimu sebenarnya!? Kenapa bisa menahan pessona rubahku, lalu mata itu!?"Akara lagi-lagi tidak menggubrisnya, bahkan berjalan menjauh dengan mata ular dan cakar Naga yang sudah padam.Tidak mendapatkan jawaban, Rose kembali berteriak dengan frustasi. "Jawab pertanyaanku!" Ia mengayunkan tangan ke depan, meluncurkan selendang sutra merah yang sebagian sudah terbakar. Tanpa menoleh sedikitpun dan tetap berjalan, kubah pelindung terbentuk dan langsung menghalaunya, dibarengi kilatan listrik merah di tubuhnya."Energi Ruang!?" seru Rose dengan mata melotot dan tubuh mematung, beberapa saat kemudian, ia menoleh ke arah jari-jemari Akara. Ia lalu teringat saat pemuda

  • Penguasa Dewa Naga    188. Pesona Rubah

    Sekumpulan pasukan berpakaian putih kekuningan serba tertutup, berjejer mengelilingi mereka. Tidak ada yang bisa Akara buat, selain hanya melayang di udara. Cahaya panas sekaligus menyilaukan mata menerpa dari atas dan bawah. Salah satu orang kemudian maju dan bertepuk tangan, ia dan pasukannya menapak di pasir hitam panas tanpa alas kaki. Ia adalah Zil, seorang pria tampan dengan jambang dan kumis yang maskulin. "Bagus Rose, akhirnya kmu membawanya ke sini,""Bukan!" seru Rose saat Akara menatapnya dengan tajam.Jlengg jlegg jleg!.. Pasir besi baja membentuk pasung dan menahan kaki serta tangan Akara, padahal pria itu hanya melambaikan tangannya sekilas."Sialan! Lepaskan!" Akara langsung berontak, namun tidak bisa berbuat apa-apa. Api Surgawi yang berkobar di tubuhnya sangatlah panas, bahkan membuat pasukan yang mengepungnya sekaligus Rose melompat menjauh, namun tetap tidak bisa melelehkan baja yang menjeratnya.Zil lalu mengulurkan tangannya ke depan dan menggerakkan jarinya seak

  • Penguasa Dewa Naga    189. Rubah Membingungkan.

    "Bisa kau lepaskan?" ucap Akara dengan wajah datar sambil menunjuk ke arah kerahnya. Sin, pemuda berwajah dingin itu lalu melepaskan Akara."Nih!" Akara memberikan dua butir pil andalannya, membuat pemuda bermata hitam itu kesal."Kau bodoh!" teriaknya, namun segera terdiam saat Akara mengeluarkan sepasang pedang kayunya. Ia kembali dibuat kesal saat menyadari bahwa itu merupakan pedang kayu."Kalau kau ingin mati di sini biar aku bantu lebih cepat!"Akara hanya tersenyum, lalu melakukan kuda-kuda untuk mengayunkan pedangnya. Akan tetapi, terdengar suara langkah kaki dengan jelas karena lokasi yang hening dan beralaskan bedi baja. Pemuda berjaket hitam itu lalu mengurungkan niatnya dan mereka duduk kembali."Akara!" seru seorang wanita disusul suara langkah kaki yang kian cepat. Dia adalah Rose yang langsung menggenggam jeruji besi dan melihat keadaan Akara."Ada apa?" ucap Akara acuh tak acuh, namun berusaha berdiri. Di sisi lain, Sin langsung melompat dan melancarkan pukulan ke arah

  • Penguasa Dewa Naga    190. Melawan Penguasa Rubah

    Zil yang kesal mengayunkan tangan membentuk lonjakan besi baja, namun Sin lagi-lagi sudah menghilang dan melancarkan pukulan di lain sisi. Beberapa pukulan kembali mengenainya hingga ia frustasi dan melakukan segel tangan. Seketika terbentuk lima gerbang besi yang mengelilinginya dari segala sisi. Kini Sin muncul di samping Akara dan langsung menepuk pundaknya."Bagaimana bisa?" ucap Akara, namun tiba-tiba ia memejamkan matanya seperti merasakan kesakitan. Energi di tubuhnya dihisap oleh Sin."Akan aku ajari bagaimana menggunakan kekuatanmu sendiri!" seru Sin sebelum melesat untuk melayangkan tendangan pada Gerbang Baja yang melindungi Zil. Bukannya mengenainya, namun malah menembusnya hingga langsung menghantam muka Zil. Walau tidak bergeming, namun memicu kemarahan Zil yang wajah tampannya dirusak. "Sialan!" teriaknya diiringi hancurnya kelima gerbang dan hentakan energi. Napasnya terengah-engah penuh amarah dengan tatapan tajam memandangi kedua pemuda di depannya. "Akan aku past

  • Penguasa Dewa Naga    191. Higanbana Kembali!

    Tidak ada rasa gentar pada kedua pemuda itu. Lawan mereka merupakan binatang sihir tingkat Naga dua pola, yang memiliki kekuatan setara seorang di ranah Dhandhanggula penuh.Ketiga Esensi Surgawi berpadu menyelimuti tubuh Akara, dengan cakar naga Esensi Es di tangan kanan, tubuhnya dengan energi hijau Esensi Angin yang menerbangkannya, juga api tiga warna di telapak tangan kiri dan juga pedang kayunya. Di sisi lain, Sin juga diselimuti oleh energi yang membuat tubuhnya melayang di udara. Sebuah cahaya biru dan ungu layaknya cahaya bintang membentuk lingkaran di belakang kepalanya. Melayang layaknya aura ranah, namun dengan bagian tengah tercipta sebuah rasi bintang berlatarkan gelap layaknya di angkasa lepas. Tidak ada senjata yang ia gunakan selain tangan berotot dengan lengan baju yang yang terlipat rapi layaknya seorang tentara. Boombb… Zil melayangkan kakinya untuk melesat, hingga membentuk Sonic Boom berbentuk cincin energi yang mendorong bongkahan besi ke belakang. Kecepatanny

Bab terbaru

  • Penguasa Dewa Naga    Note Author

    Alhamdulillah selesai Season 1! Terima kasih buat yang sudah mendukung Author, semoga terhibur dengan imajinasi saya. Mohon maaf bila banyak kesalahan author, baik penulisan kata-kata yang kurang berkenan di hati para pembaca ataupun yang lainnya. Para pendukung semoga sehat selalu dan dilancarkan rezekinya, jadi dapat terus mengikuti perkembangan author dan Akara. Author akan hiatus dulu dan akan mulai kembali bulan depan, semoga diberikan kelancaran untuk semuanya. Oh iya, Author sarankan untuk membaca ulang Arc 1 (bab1-52) percayalah, ada rencana bagus yang Author siapkan untuk Akara. ******* Penguasa Dewa Naga Season 2 Takdir merenggut semua orang terkasihnya, membuat kekuatannya lepas kendali dan menciptakan lubang hitam. Dirinya terhisap ke dalam lubang hitam, lalu muncul kembali di dunia yang dipenuhi oleh api dan kekerasan. Neraka? Seperti itulah gambaran dunia ini. Dengan ingatan yang masih membekas, Akara mencari cara untuk keluar dari dunia itu. Menggunakan nama samaran

  • Penguasa Dewa Naga    338. Akhir Adalah sebuah Permulaan!

    Pemuda dengan pakaian compang camping penuh luka bakar dan menenteng sepasang pedang kayu hitam, muncul di atas sebuah sungai, di belakangnya ada gua di bawah air terjun yang sudah hancur. Ia lalu melihat ke arah hilir sungai, pemukiman di pinggir bantaran sungai sudah hancur berantakan, dengan pepohonan raksasa yang ambruk dari hutan di belakangnya. Selain tubuh manusia yang berserakan, juga banyak binatang sihir raksasa yang kondisinya tidak jauh berbeda. "Tuan Agera!" teriak seseorang yang wajah dan tubuhnya penuh bekas luka, namun kali ini banyak sekali tambahan luka di tubuhnya. Ia tertatih-tatih mendekat, lalu melesat terbang mendekati pemuda itu. "Marbun Bidara! Kekaisaran Gletser Abadi!"Akara langsung menoleh ke samping, kesadarannya langsung mendeteksi ribuan mil di depan sana. Wush!... Dalam sekejap, ia sudah berada di atas gletser kutub, meninggalkan robekan ruang yang gelap di udara, seakan menggaris langit sejauh ribuan mil. Gleng!... Ia melompat turun, membuat cekung

  • Penguasa Dewa Naga    337. Saling Membunuh!

    447Walau tubuhnya masih penuh luka bakar yang mulai mengering, ia mengangkat satu tangannya ke atas. Wush!... Ketiga Auranya menyala, membuat hembusan energi dan seketika energi meluap keluar dari tubuhnya, membentuk aliran energi yang bergerak ke atas. Enegi itu membentuk lingkaran energi besar yang memiliki pola rumit layaknya di atas altar teleportasi. "Kau ingin kabur!?" Sonic Boom terbentuk di belakang Rose, sambil mengulurkan satu tangan ke depan dan segera diselimuti oleh energi merah berbentuk cakar. Akan tetapi, lingkaran teleportasi sudah sepenuhnya menyala dan Whup!... Para master Alkemis menghilang, namun ternyata Akara masih berada di sana. Cring!... Ia menangkis cakar rubah menggunakan pedang kayunya sambil tersenyum menyeringai."Sudah aku bilang, aku akan membunuhmu!"Wush!... Rose melesat menjauh bagaikan bayangan, namun Akara langsung berada di depannya. Mereka melesat hingga luka bakar di tubuh keduanya terlepas sendiri-sendiri. Akara terus mengincar lehernya, mem

  • Penguasa Dewa Naga    336. Penculik Master Alkemis!

    Laser menembus energi pelindung dan langsung menerpa tubuhnya, cukup lama laser bersinar hingga akhirnya padam. Gelombang radiasi panas masih memenuhi angkasa lepas, lalu ada bongkahan batu yang menyala merah. Krek!... Batu itu retak dan tidak lama kemudian hancur, muncullah pemuda berjaket hitam di dalamnya. Walau tubuhnya diselimuti oleh Esensi Surgawi, namun pakaian dan tubuhnya penuh luka bakar. "Apa aku bilang!" seru Komo, namun tuannya masih terlihat santai dan meraih kedua pedangnya kembali. Akan tetapi.."Agkh!" Ia langsung memegangi dadanya dan tatapannya begitu tajam melihat ke arah gadis rubah di depannya. "Ada apa Akara!?"Ia menjawabnya sambil menahan emosi dan giginya mengatup karena sangat geram. "Kubah pelindung di kota Bhinneka telah hancur, bahkan yang menyelimuti Gua Pelindung Harapan juga hancur!"Rose lalu tertawa puas, seolah-olah dia dapat mendengar apa yang Akara katakan. "Apa kau merasakannya!? Pasukanku telah menemukan keberadaan kekasih fanamu! Para gadism

  • Penguasa Dewa Naga    335. Peniru Higanbana!

    335Di angkasa lepas yang gelap dan dihiasi cahaya bintang. Bruak!... Rose kembali tertahan oleh dinding transparan dan Akara langsung berada di depannya, memukul hidungnya dengan sekuat tenaga. Dinding transparan langsung hancur dan gadis itu terlempar ke belakang. Akara ingin membuat dinding transparan lagi, namun segera ada energi kematian yang menyelimuti tubuh Rose. Gadis itu tidak lagi menabrak dinding transparan dan menembusnya. Akan tetapi, Akara tetap muncul di depannya dengan mengayunkan pedangnya. Tring tring!... Benturan pedang dan cakar rubah menciptakan percikan api, lalu mereka saling menyerang sambil terus melesat. Bugh!... Rose menendang perut Akara hingga terlempar mundur, namun pemuda itu langsung berteleport di belakangnya. Crang!... Ia mengayunkan pedangnya, ditahan oleh selendang, namun tetap membuat meluncur jauh. Ia kembali berteleport dan menendang punggungnya, hingga melenting sebelum terlempar. Gadis itu terlempar menuju planet di dekatnya, terbakar saat mem

  • Penguasa Dewa Naga    334. Raja Kutukan!

    Kubah pelindung arena bergetar hebat, membuat semua orang menoleh, termasuk para penyandera dan yang di sandera. Pria bertopeng kucing oranye sempat melirik leher penyandera, namun getaran itu tidak berlangsung lama. ...Di dalam arena, bongkahan batu tadi sudah menyala merah layaknya bara api. Sedangkan Rose diselimuti oleh selendangnya yang perlahan-lahan membuka. Ia terkekeh saat melihat sekitarnya dipenuhi asap bekas terbakar. "Kau bodoh! Membakar seluruh tempat hanya akan membunuh dirimu sendiri! Sekarang tidak ada lagi oksigen untukmu ber..." Ia terdiam saat bongkahan batu yang melayang-layang tersibak, nampaklah pemuda berjaket hitam yang melebarkan kedua tangannya ke samping. Di ujung telapak tangannya, ada sebuah benda seperti kelereng yang bercahaya sangat terang, dengan ketiga auranya yang menyala. Aliran energi sangat lebar layaknya selendang sutra merahnya, bergerak masuk ke dalam kedua titik bercahaya. "Sudah kubilang, aku akan membunuhmu!" Akara menyeringai, namun se

  • Penguasa Dewa Naga    333. Ledakan Kilonova

    333Mengetahui kekasihnya disandera, puluhan bor spiral terbentuk dan langsung melesat, meliuk-liuk menghindari selendang merah yang hendak menangkisnya. Akan tetapi, ada energi kematian yang langsung membuat bor spiral melebur. Benar-benar lenyap di udara tanpa menyisakan sebutir debupun. Ia langsung berhenti, melihat Lina yang pergi bersama pasukan yang mengepungnya, memasuki portal dan menghilang. "Lihatlah! Apalagi yang bisa kau miliki!? Sang Peri Salju telah pergi, putri Kaisar Atla telah dikepung, tidak ada yang bisa kau lakukan lagi!?" Wush tring tring tring tring!... Akara melesat dengan tatapan tajam ke arahnya. Walau banyak selendang yang menghadang, namun ia tebas begitu mudahnya. Karena terus mendekat, energi kematian seperti asap hitam kehijauan keluar dari tubuh Rose. Persis seperti seekor gurita yang menyemprotkan tintanya. Akan tetapi, ada angin yang berputar, menembus kepulan energi kematian. Ia melesat dan sudah siap posisi Cakaran Naga Hitam, membuat gadis itu terb

  • Penguasa Dewa Naga    332. Kekacauan

    Kedua peserta sudah berada di atas arena, mereka masih terlihat begitu tenang, walau gong tanda mulainya pertandingan sudah berbunyi. "Apa yang kau lakukan? Cepat menyerah!" Komo yang tidak sabar langsung melompat dan bertengger di pundaknya."Iya iya!" Akara ingin mengangkat tangannya, namun gadis yang menjadi lawannya berbicara. "Kau mirip dengan ayahmu!"Akara langsung menarik kembali tangannya dan menatapnya sambil mengernyitkan dahi. "Kau kenal ayahku?"Rose langsung tertawa lepas, lalu berjalan mendekat sambil berkata. "Tidak hanya kenal!" Ia mengangkat satu tangannya. "Dengan tangan ini aku membunuhnya!" Akara langsung terbelalak dan mengepal erat, namun masih berusaha menahan emosinya. "Apa maksudmu!?"Gadis itu kembali tertawa puas dan terdengar menakutkan, lalu berkata dengan ritme cepat. "Kau tau bagaimana ekspresi ibumu si Rani yang marah meluap-luap? Kau tau bagaimana ekspresi Violet yang dingin dan menak

  • Penguasa Dewa Naga    331. Pertemuan 2 Gadisnya

    Akara berjalan di sebuah lorong sambil menggandeng tangan kekasihnya. Di lorong yang sepi, namun terdengar suara riuh dari penonton dari sebuah tribun di atas mereka. Saat itulah mereka berpapasan dengan seorang gadis bergaun merah dan bercadar. Langkahnya begitu tenang dan mantap saat melewati lorong, ditemani oleh seorang pemuda berpakaian rapi. Akara langsung mengenali pemuda itu, sang wakil komandan pasukan Bintang, Baester. Ia langsung mempercepat langkahnya dan mendekat, lalu melebarkan tangan kanannya ke samping, menyentuh dinding lorong dan menghalangi jalan mereka.Melihat nonanya dihadang, Baester langsung menghardiknya. "Akara, apa yang kau lakukan!?"Akara lalu menatapnya dan berkata dengan tenang. "Pergilah!" Ia langsung membuat pemuda itu tehentak, lalu gadis bercadar berkata tanpa menoleh. "Pergilah terlebih dahulu!""Baik nona!" Ia langsung melesat pergi, sedangkan Akara langsung tersenyum lebar dan berkata."Kenapa memak

DMCA.com Protection Status