"Akhir adalah sebuah awalan yang baru" itulah kenapa setiap akhir Arc bukanlah klimaks, namun pengenalan masalah baru untuk dihadapi. Begitu juga hari ini, akhir dari bulan puasa tahun ini, namun sebuah permulaan kehidupan baru yang lebih baik. Terima kasih yang sudah membaca sampai di sini, semoga libur lebaran kalian semua berjalan dengan lancar. Selamat menikmati macet-macetan di jalan.
Dia adalah seorang gadis bertubuh ramping, dengan gumpalan lemak yang bisa dibilang pas di genggaman. Bibir kecilnya yang basah berwarna merah muda alami, memiliki kulit putih dengan semburat merah muda, tidak ada yang bisa menyaingi kecantikannya. Pakaian yang ia kenakan berupa bikini merah muda dengan bawahan yang dilapisi oleh kain seperti rok. Dia berdiri di pinggiran kolam, berkacak pinggang saat memandangi makhluk raksasa bernama Kraken."Kraken bodoh! Kenapa malah muncul!?" Tiba-tiba seseorang muncul di atasnya, melayang di udara dengan begitu tenang. Wanita berambut keemasan, dengan kain sutra lembut yang menutupi tubuh indahnya. "Kenapa sih Lisa cantik?" ucap wanita berambut keemasan yang perlahan-lahan mulai turun."Kak Vionaaa!" Lisa langsung merengek layaknya anak kecil yang mengadu kepada orang tuanya. Gadis inilah yang memberikan pelatihan'Penyatuan Alam' kepada Akara, juga yang menyebabkan malapetaka hilangnya para Kaisar. "Itu Kraken bodoh malah muncul saat dia mau
Sekitar tujuh orang yang mengepung mereka, menyebar, dengan posisi di atas dahan pohon. Semuanya berpakaian serba gelap, dengan jubah yang tudungnya dikenakan hingga wajahnya tersembunyi dalam bayangan. "Kembalilah, ini bukan wilayah yang bisa kalian datangi!" saru salah satunya.Alan yang sudah memasang badan di depan Akara, lalu mengulurkan tangannya ke depan dan muncullah sebuah topeng serigala. "Kami memang ingin ke desa Calin,"Walau semua pandangan mata mereka tertuju pada topeng serigala itu, namun mereka masih begitu tenang. "Datanglah sendirian, tidak ada tempat untuk tubuh besarnya dan juga seorang manusia!" "Dia bukanlah manusia biasa!" seru Alan sambil menunjuk pemuda di belakangnya. "Dia ingin melatih aura Naganya!" lanjutnya."Tidak ada waktu untuk itu sekarang, seharusnya kalian juga mengetahui apa yang telah terjadi dengan dunia ini. Berlatihlah di tempat lain!" Ia menunjuk ke salah satu sisi, lalu orang-orang yang mengepung di sana melompat menjauh untuk memberikan
Gurun OconiGurun pasir yang aneh. Pasalnya, pasir gurun ini bukanlah warna coklat, melainkan hitam legam. Pantas saja jika suhu di siang hari mencapai seratus derajat Celcius. Siang hari yang begitu terik, ditambah lagi tidak ada hembusan angin sedikitpun. Akan tetapi, swushh.. tiba-tiba ada hembusan angin yang melesat begitu cepat. Angin yang membawa seseorang berpakaian serba putih, dengan seekor Naga tanpa sayap yang bertengger di pundaknya. Pemuda bernama Akara ternyata nekat, tidak mengendahkan peringatan dari Alan. "Pantulan cahaya dari bawah lebih panass!" serunya sambil mengulurkan salah satu tangannya ke bawah, membuat sebuah papan dari kristal es. Cesss… Tidak butuh waktu lama untuk papan es itu meleleh, bahkan tetesan airnya sudah menguap sebelum menetes sampai pasir."Komo, cepat buat papan kristal di bawahku!" seru Akara saat kristal es miliknya sudah meleleh."Lah, panasnya Api Surgawi bisa kau kendalikan, tapi cahaya sep
Kota RubySebuah kota di tengah-tengah gurun pasir hitam yang awalnya adalah sebuah oasis. Akan tetapi, danau atau oasis ini tidak berada di permukaan gurun, melainkan berada di dalam gua yang besar. Selain minim pencahayaan, suhu udara di sini juga bisa dibilang dingin. Walau begitu, kota ini tidak pernah istirahat yang artinya, beroperasi selama 24 jam nonstop. Jalan utama yang mengapit sebuah aliran air, bangunan di kedua sisi kiri dan kanan sebagian besar merupakan tempat hiburan malam. Hampir di setiap sisi ada wanita cantik berpakaian minim yang menawarkan jasanya. Di saat itulah ada seseorang yang keluar dari tempat hiburan malam, sambil merapikan pakaian berwarna putih dengan aksen biru yang tajam, pria tampan itu melirik ke arah gadis-gadis yang ada di pinggir jalan. Sambil tersenyum mesum, ia segera mendekatinya dan meremas bokongnya. Bukannya marah, gadis itu malah tersipu malu saat menatap wajah tampannya."Woi bayar!" teriak seorang pria bert
"Pembuat onar! Kau akan menyesalinya!" Para pengunjung lainnya langsung berkumpul untuk memberinya pelajaran. Walau tidak terlihat ada yang menyalahgunakan aura, namun energi intimidasi begitu kuat hingga membuat area sekitarnya bergetar hebat. Walau begitu, pria tampan itu masih dengan santai mendekati jeruji besi, ia berjalan tanpa beban hingga. Krenggg… Jeruji besi yang rapat langsung tersibak ke samping tanpa ia sentuh. Seketika para pengunjung yang ingin memberikan pelajaran jadi mematung terbelalak. Tidak mungkin! Bahkan jika seseorang di tingkat Naga dua pola tidak akan bisa merusaknya. Siapakah dia sebenarnya!? Mereka bergidik ngeri, menatap pria yang sedang menggendong budak incarannya. Saat ia berbalik badan, tak sedikit orang yang ketakutan hingga terjerembab ke belakang."Kenapa kalian?" Ia mengernyitkan dahi merasa aneh, lalu tiba-tiba menghilang.Di dalam arena, sebuah pelelangan sedang berlangsung, dengan bahan dagangan seperti ya
Kali ini di atas panggung, dalam sebuah jeruji besi yang disorot oleh cahaya, seorang pemuda terikat terlentang tanpa sehelai benangpun yang menutupi tubuhnya. Tidak sedikit pelanggan wanita yang tertarik dengan tubuhnya yang terbentuk, ditambah lagi pusaka yang menggantung di antara kakinya. Mereka memuji akan keindahan bentuk dan kebesarannya. Tubuhnya memang sangat bagus, apalagi masih di usia yang begitu muda, tapi harga satu juta pala bukankah terlalu berlebihan!? "Seratus juta pala!" tawar pria tampan sebelumnya, membuat keributan terjadi di seluruh peserta lelang. Cari mati! Kau akan dieksekusi mati jika tidak bertanggung jawab atas tawaranmu! Kalaupun bisa membayarnya, untuk apa membuang uang sebanyak itu untuk bocah sepertinya!?"Oh maaf, aku salah menawar!... Tiga ratus juta pala tawaran terakhirku!" tawarannya semakin membuat tercengang. Dengan uang sebanyak itu, bisa digunakan untuk membuat sekte dengan ribuan anggota di alam atas!"Kalian but
Selain Oren, ada juga Alan yang berbaris bersama para praktisi yang sedang berlatih. Beberapa saat kemudian ada setengah lusin gadis berpakaian Maid layaknya budak sebelumnya, mereka berlutut, berjejer di belakang pria tampan itu."Tuan Segoro ucap salah seorang maid," ucap Fera, seorang maid yang sangat cantik, berambut ungu dengan potongan Bob, ekspresi wajahnya acuh tak acuh. Walau tak berekspresi, namun alis dan sorot matanya begitu tajam, membuat setiap orang yang memandangnya jadi gugup."Fera, lama sekali dirimu menemuiku," ucap Segoro yang merupakan Naga Sejati elemen air. Ia berbalik badan sambil tetap menggenggam komo dengan erat. Fera tidak bereaksi apapun, pandangannya tertuju pada gadis di samping Segoro. Ia lalu memberi kode kepada salah satu bawahannya untuk mengajak pergi gadis itu. "Masih kurang?" ucap Fera dengan sinis setelah kepergian gadis tadi. "Hehe." Segoro malah nyengir, lalu pemimpin Maid di depannya melirik ke arah Komo yang ada di genggamannya."Apa itu
Di kota GnomeKota penempa yang ada di dalam perut pegunungan Vodor, sekarang sudah beraktivitas secara normal. Pertarungan yang terjadi sebelumnya hanya merusak langit-langit kota karena kubah pelindung yang Akara buat.Di dalam sebuah ruangan yang luas, ada sebuah singgasana dengan senderannya berupa senjata berbagai bentuk yang berjejer rapi. Yog Aren, Raja Penempa tengah duduk di sana, dengan latar belakang berupa dinding dengan aliran magma. Selain itu, sebuah karpet merah tergelar di depannya hingga mencapai pintu masuk, dengan di kedua sisinya ada beberapa meja yang berhadapan. Di meja paling dekat dengan singgasana, duduklah seseorang pria berumur 40 tahunan. Tubuh kekarnya tidak kalah dengan milik Yog Aren, namun memiliki kumis di wajahnya yang terlihat garang dan angkuh. Dia adalah Marbun Bidara, mantan Raja Glint sekaligus orang yang mengejar Akara."Aku juga tidak menyangka jika kau juga memiliki masalah dengan bocah itu," ucap Yog Aren."Ada apa kalian kumpul-kumpul!?" se