Home / Fantasi / Penguasa Dewa Naga / Chapter 191 - Chapter 200

All Chapters of Penguasa Dewa Naga : Chapter 191 - Chapter 200

349 Chapters

186. Pesona Rubah

Mendengar ancaman, ia malah tersenyum hingga matanya menyipit licik dan salah satu tangannya meraih pundak Akara. Ia berlenggak-lenggok mengitarinya hingga berada di belakang pemuda berjaket hitam dan berbisik padanya."Lakukanlah jika kau mampu. Memangs stamina jantan milikmu bertahan, namun energi di salam tubuhmu sudah aku serap sangat banyak."Akara hanya menghela napas panjang dan melepaskan tangan wanita itu dari pundaknya, lalu berjalan santai ke arah gurun. Wanita Rubah hanya bisa menatapnya dengan kesal karena diabaikan, lalu dengan ragu-ragu bahkan seperti gugup meneriakinya."Kau.. kau hanya akan mati di sana! Penguasa kota Ruby sangat kuat!" Akan tetapi Akara masih terus mengabaikannya. "Aishh…" ia bahkan semakin kesal hingga menghentakkan kakinya. "Kau hanya akan menjadi kering di gurun!" Ia kembali menghentakkan kakinya sebelum berjalan pergi ke arah yang sebaliknya. Baru beberapa langkah, ia berhenti, pergulatan batin terjadi antara mengikuti Akara dan berjalan pergi.
Read more

187. Mengenal Ayah Al!?

Rose terbelalak saat melihat tatapan mata Akara. Mata ular yang menyala terang dengan tiga warna, membuat mata rubahnya langsung padam. Ia langsung terduduk lemas dan terbatuk-batuk saat pemuda itu melepaskan cekikannya. Selendang sutra merah miliknya sudah sebagian terbakar, lalu ketakutan saat melontarkan pertanyaan. "Siapa dirimu sebenarnya!? Kenapa bisa menahan pessona rubahku, lalu mata itu!?"Akara lagi-lagi tidak menggubrisnya, bahkan berjalan menjauh dengan mata ular dan cakar Naga yang sudah padam.Tidak mendapatkan jawaban, Rose kembali berteriak dengan frustasi. "Jawab pertanyaanku!" Ia mengayunkan tangan ke depan, meluncurkan selendang sutra merah yang sebagian sudah terbakar. Tanpa menoleh sedikitpun dan tetap berjalan, kubah pelindung terbentuk dan langsung menghalaunya, dibarengi kilatan listrik merah di tubuhnya."Energi Ruang!?" seru Rose dengan mata melotot dan tubuh mematung, beberapa saat kemudian, ia menoleh ke arah jari-jemari Akara. Ia lalu teringat saat pemuda
Read more

188. Pesona Rubah

Sekumpulan pasukan berpakaian putih kekuningan serba tertutup, berjejer mengelilingi mereka. Tidak ada yang bisa Akara buat, selain hanya melayang di udara. Cahaya panas sekaligus menyilaukan mata menerpa dari atas dan bawah. Salah satu orang kemudian maju dan bertepuk tangan, ia dan pasukannya menapak di pasir hitam panas tanpa alas kaki. Ia adalah Zil, seorang pria tampan dengan jambang dan kumis yang maskulin. "Bagus Rose, akhirnya kmu membawanya ke sini,""Bukan!" seru Rose saat Akara menatapnya dengan tajam.Jlengg jlegg jleg!.. Pasir besi baja membentuk pasung dan menahan kaki serta tangan Akara, padahal pria itu hanya melambaikan tangannya sekilas."Sialan! Lepaskan!" Akara langsung berontak, namun tidak bisa berbuat apa-apa. Api Surgawi yang berkobar di tubuhnya sangatlah panas, bahkan membuat pasukan yang mengepungnya sekaligus Rose melompat menjauh, namun tetap tidak bisa melelehkan baja yang menjeratnya.Zil lalu mengulurkan tangannya ke depan dan menggerakkan jarinya seak
Read more

189. Rubah Membingungkan.

"Bisa kau lepaskan?" ucap Akara dengan wajah datar sambil menunjuk ke arah kerahnya. Sin, pemuda berwajah dingin itu lalu melepaskan Akara."Nih!" Akara memberikan dua butir pil andalannya, membuat pemuda bermata hitam itu kesal."Kau bodoh!" teriaknya, namun segera terdiam saat Akara mengeluarkan sepasang pedang kayunya. Ia kembali dibuat kesal saat menyadari bahwa itu merupakan pedang kayu."Kalau kau ingin mati di sini biar aku bantu lebih cepat!"Akara hanya tersenyum, lalu melakukan kuda-kuda untuk mengayunkan pedangnya. Akan tetapi, terdengar suara langkah kaki dengan jelas karena lokasi yang hening dan beralaskan bedi baja. Pemuda berjaket hitam itu lalu mengurungkan niatnya dan mereka duduk kembali."Akara!" seru seorang wanita disusul suara langkah kaki yang kian cepat. Dia adalah Rose yang langsung menggenggam jeruji besi dan melihat keadaan Akara."Ada apa?" ucap Akara acuh tak acuh, namun berusaha berdiri. Di sisi lain, Sin langsung melompat dan melancarkan pukulan ke arah
Read more

190. Melawan Penguasa Rubah

Zil yang kesal mengayunkan tangan membentuk lonjakan besi baja, namun Sin lagi-lagi sudah menghilang dan melancarkan pukulan di lain sisi. Beberapa pukulan kembali mengenainya hingga ia frustasi dan melakukan segel tangan. Seketika terbentuk lima gerbang besi yang mengelilinginya dari segala sisi. Kini Sin muncul di samping Akara dan langsung menepuk pundaknya."Bagaimana bisa?" ucap Akara, namun tiba-tiba ia memejamkan matanya seperti merasakan kesakitan. Energi di tubuhnya dihisap oleh Sin."Akan aku ajari bagaimana menggunakan kekuatanmu sendiri!" seru Sin sebelum melesat untuk melayangkan tendangan pada Gerbang Baja yang melindungi Zil. Bukannya mengenainya, namun malah menembusnya hingga langsung menghantam muka Zil. Walau tidak bergeming, namun memicu kemarahan Zil yang wajah tampannya dirusak. "Sialan!" teriaknya diiringi hancurnya kelima gerbang dan hentakan energi. Napasnya terengah-engah penuh amarah dengan tatapan tajam memandangi kedua pemuda di depannya. "Akan aku past
Read more

191. Higanbana Kembali!

Tidak ada rasa gentar pada kedua pemuda itu. Lawan mereka merupakan binatang sihir tingkat Naga dua pola, yang memiliki kekuatan setara seorang di ranah Dhandhanggula penuh.Ketiga Esensi Surgawi berpadu menyelimuti tubuh Akara, dengan cakar naga Esensi Es di tangan kanan, tubuhnya dengan energi hijau Esensi Angin yang menerbangkannya, juga api tiga warna di telapak tangan kiri dan juga pedang kayunya. Di sisi lain, Sin juga diselimuti oleh energi yang membuat tubuhnya melayang di udara. Sebuah cahaya biru dan ungu layaknya cahaya bintang membentuk lingkaran di belakang kepalanya. Melayang layaknya aura ranah, namun dengan bagian tengah tercipta sebuah rasi bintang berlatarkan gelap layaknya di angkasa lepas. Tidak ada senjata yang ia gunakan selain tangan berotot dengan lengan baju yang yang terlipat rapi layaknya seorang tentara. Boombb… Zil melayangkan kakinya untuk melesat, hingga membentuk Sonic Boom berbentuk cincin energi yang mendorong bongkahan besi ke belakang. Kecepatanny
Read more

192. Domain & Terror!

Akara lupa bahwa lawannya merupakan seorang binatang sihir yang tentu saja memiliki Domain sendiri. Cukup lama ia tidak melawan binatang sihir di dalam domainnya hingga tidak sadar akan hal itu. Higanbana walau meledak sangat dahsyat, namun sia-sia karena tidak ada yang mengenainya. Hembusan angin panas menerpa mereka, dengan sorotan cahaya terang yang membuat mereka jelas saling pandang. "Hati-hati, Energi ruang sangat membebani tubuhmu, jangan gunakan lagi," ucap Akara sambil mengeluarkan dua pil andalannya. Saat Sin sedang memulihkan energinya, Akara melihat ke sekelilingnya. Semuanya hanya kegelapan yang begitu pekat, hanya ada cahaya dari Higanbana yang berangsur-angsur mulai sirna. "Aku tidak pernah melihat Domain seperti ini. Untuk mencari jalan keluarnya, dengan terpaksa harus menghajar pemilik domainnya," jelasnya seraya menoleh perlahan-lahan ke arah Zil. "Humph! Tenang saja, kita tidak akan berakhir di sini!" Sin kembali berdiri, sambil meregangkan otot lengan dan pungg
Read more

193. Ancaman Seluruh Dunia

Ia berkata dengan santainya, membuat mental kedua pemuda itu seperti terhentak ke tembok. Mereka mati-matian melawannya, namun pria itu bahkan tanpa harus menunjukkan batang hidungnya bisa membuatnya terbunuh."Kenapa kalian diam saja?" Ia dengan riang mendekat, lalu menepuk pundak keduanya. Bagaikan melihat teror yang sangat menakutkan, mereka melihat sesosok ular naga raksasa di belakangnya. Dengan aliran air yang mengalir di sekitarnya, juga berwarna putih kebiruan layaknya sisiknya. Sorot matanya yang besar begitu menggetarkan hati, dengan taring yang tajam dan hembusan napas yang begitu dalam. "Ahh maaf, aku lupa menutup energiku," seakan tanpa dosa, pria itu melepaskan mereka dan terkekeh pelan. Setelah energi yang begitu dahsyat itu ditutup, kedua pemuda ini langsung gelagapan, menghirup udara begitu dalam seperti sehabis tenggelam dalam air. "Hahaha, padahal aku sudah menutup aura, tapi kadang secuil energiku masih keluar," jelasnya tak berdosa, membuat Akara dan Sin saling
Read more

193. Para Naga Sejati

Di suatu tempat, seorang pria melayang di angkasa lepas. Wajahnya memancarkan keteduhan yang begitu menenangkan. Matanya berkilau layaknya berlian, dengan warna yang indah seperti mentari pagi. Tubuh putih bersihnya diselimuti oleh cahaya yang membentuk pakaian dan selendang lembut yang melingkar di belakang pundaknya. Dari semua kesempurnaan yang ada padanya, ada sebuah bekas luka tebasan di dadanya. Dari pundak kiri hingga hampir mencapai perut kanannya.Ia tersenyum jahil saat melihat gemerlap cahaya di depannya. Titik-titik cahaya dari suatu bintang, berjejer-jejer seperti pusaran membentuk suatu galaksi. Tidak hanya satu atau dua pusaran, namun puluhan pusaran yang disebut galaksi itu. Sebuah semesta terlihat di hadapannya, dengan ujung yang gelap tanpa batas karena tidak ada semesta lain di dekatnya.Ia membentuk sebuah kaca berwarna keemasan yang begitu lebar di depannya, lalu sebuah tetesan yang bercahaya bergerak dari ujung jarinya ke tengah-tengah kaca besar. Setelah mengena
Read more

195. Kota Taru

Pria itu hanya bisa tersenyum kecut, mendengar ancaman yang terlontar dari mulut gadis cantik. Saat ketegangan terjadi, muncullah seseorang yang memecahkannya."Kedatangan kalian membuatku panik saja, mengganggu kesenanganku!" Pria berbaju putih biru itu duduk di singgasana Ular Naga Air. Pria bernama Segoro itu duduk dengan santai sambil menyandarkan kepalanya. Sesaat kemudian Lisa sudah berada di depannya dan bertanya dengan lembut, namun bernada mengancam."Senang main-mainnya?" "Nona Lisa!?" Ia langsung terperanjat bangun, memandangi wajah gadis cantik itu dengan paniknya. Tanpa sadar peluh menetes dari dahinya, hingga tetesannya ditembak oleh laser berwarna keemasan milik Luce. "Kau kebanyakan main dengan wanita! Aku sampai tidak bisa merasakan kekuatanmu!" Mendengar ejekan dari Luce, Segoro hanya tersenyum tipis, lalu menoleh kembali pada Lisa."Nona, syukurlah Nona selamat, kapan kembalinya?" ucapnya agak canggung."Sudah beberapa tahun," jawab Lisa sambil berjalan perlahan
Read more
PREV
1
...
1819202122
...
35
DMCA.com Protection Status