Beranda / Fantasi / Penguasa Dewa Naga / 193. Para Naga Sejati

Share

193. Para Naga Sejati

Penulis: Aldho Alfina
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Di suatu tempat, seorang pria melayang di angkasa lepas. Wajahnya memancarkan keteduhan yang begitu menenangkan. Matanya berkilau layaknya berlian, dengan warna yang indah seperti mentari pagi. Tubuh putih bersihnya diselimuti oleh cahaya yang membentuk pakaian dan selendang lembut yang melingkar di belakang pundaknya. Dari semua kesempurnaan yang ada padanya, ada sebuah bekas luka tebasan di dadanya. Dari pundak kiri hingga hampir mencapai perut kanannya.

Ia tersenyum jahil saat melihat gemerlap cahaya di depannya. Titik-titik cahaya dari suatu bintang, berjejer-jejer seperti pusaran membentuk suatu galaksi. Tidak hanya satu atau dua pusaran, namun puluhan pusaran yang disebut galaksi itu. Sebuah semesta terlihat di hadapannya, dengan ujung yang gelap tanpa batas karena tidak ada semesta lain di dekatnya.

Ia membentuk sebuah kaca berwarna keemasan yang begitu lebar di depannya, lalu sebuah tetesan yang bercahaya bergerak dari ujung jarinya ke tengah-tengah kaca besar. Setelah mengena
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Penguasa Dewa Naga    195. Kota Taru

    Pria itu hanya bisa tersenyum kecut, mendengar ancaman yang terlontar dari mulut gadis cantik. Saat ketegangan terjadi, muncullah seseorang yang memecahkannya."Kedatangan kalian membuatku panik saja, mengganggu kesenanganku!" Pria berbaju putih biru itu duduk di singgasana Ular Naga Air. Pria bernama Segoro itu duduk dengan santai sambil menyandarkan kepalanya. Sesaat kemudian Lisa sudah berada di depannya dan bertanya dengan lembut, namun bernada mengancam."Senang main-mainnya?" "Nona Lisa!?" Ia langsung terperanjat bangun, memandangi wajah gadis cantik itu dengan paniknya. Tanpa sadar peluh menetes dari dahinya, hingga tetesannya ditembak oleh laser berwarna keemasan milik Luce. "Kau kebanyakan main dengan wanita! Aku sampai tidak bisa merasakan kekuatanmu!" Mendengar ejekan dari Luce, Segoro hanya tersenyum tipis, lalu menoleh kembali pada Lisa."Nona, syukurlah Nona selamat, kapan kembalinya?" ucapnya agak canggung."Sudah beberapa tahun," jawab Lisa sambil berjalan perlahan

  • Penguasa Dewa Naga    196. Ditukar dengan Sebutir Pil!?

    Seorang pria paruh baya yang mengenakan blangkon, duduk di ujung joglo, dengan makanan ikan yang berada di genggamannya. Menyadari kehadiran dua pemuda itu, ia hanya melirik sekilas, lalu berjalan masuk ke tengah pendopo joglo. Di sana sudah ada kursi bambu dan sang tuan rumah duduk sambil tangannya mengoperasikan kedua pemuda untuk duduk."Tidak perlu berlama-lama pak tua!" Sin memegangi pundak Akara dan mendorongnya untuk duduk, sedangkan ia masih berdiri sambil mengulurkan tangannya ke depan."Mana barangnya?" ucapnya tanpa basa-basi. Pria blangkon bernama Zimo itu hanya bisa menghela napas pelan, lalu menjentikkan jarinya dan muncul botol kaca kecil yang biasa digunakan untuk menyimpan pil."Ada apa ini!?" seru Akara kebingungan, namun Sin menghiraukannya dan segera meraih botol obat. Saat ia membuka tutupnya, energi langsung berhembus, bahkan sampai menerpa pohon bambu dan menggoyangkannya. Aroma semerbak yang harum membuat mereka tanpa sadar menghirup napas dalam-dalam. Kemudian

  • Penguasa Dewa Naga    197. Pohon Dewi Pengobatan

    Mendengar perkataannya itu, Akara langsung ingin mengayunkan pedangnya, namun Zimo malah mengangkat kedua tangannya dan berkata."Aku tidak bermaksud menyudutkanmu. Kesepakatanku pada pemuda bernama Sin hanya agar kau membantuku melakukan penelitian pil. Dia memberitahukan bahwa dirimu memiliki api surgawi, tidak aku sangka juga memiliki Aura Alkemis yang begitu tinggi."Akara tidak menelan perkataannya mentah-mentah, ia masih menyudutkan Zimo hingga ujung pedangnya menyentuh kulit leher pria itu. "Tenanglah! Aku juga berniat membantumu mendapatkan Esensi Surgawi lainnya!" seru Zimo. Akara berpikir beberapa saat, hingga akhirnya menarik kembali pedangnya dan menutup auranya. Zimo lalu berterimakasih dan mengenalkan dirinya."Walau ranahmu terhambat karena pelatihan 'Penyatuan Alam', namun sepertinya Aura Nagamu bukankah sebuah kecurangan?" Akara hanya diam, lalu mencoba mendongakkan kepalanya. Kilatan listrik merah langsung menyelimuti tubuhnya dan bergerak, berkumpul membentuk Aur

  • Penguasa Dewa Naga    198. Master Alkemis Jenius Termuda!?

    Akara terbayang-bayang kilas balik hidupnya. Saat bertemu dengan Lisa, bersama gadis kecil bernama Kana dan diinjak-injak oleh Cor Beton. Keseharian bersama Alice hingga harus berpisah. Pertemuan dengan Peri salju bernama Lina hingga perjalanan dan perpisahannya dengan Sania. Tidak lupa, kematian wanita Rubah bernama Rose yang walau singkat, namun Akara merasakan ketulusan di akhir hayatnya...Saat membuka matanya, mereka ternyata sudah berada di ruangan yang penuh dengan cahaya. Berdiri di atas sebuah altar, yang dikelilingi oleh beberapa batu besar yang melayang di udara. Batu dengan lingkaran altar kecil, berdirilah seorang pria berjubah putih.Zimo langsung menundukkan badannya, sedangkan Akara masih santai berdiri dan menatap pria di atas batu. Pria itu lalu bertanya dengan suara halus."Apa tujuan kalian ke sini?" "Altar pemurnian, tetua," jawab Zimo dengan hormat.Tanpa basa-basi, tetua itu menjentikkan jarinya, hingga altar

  • Penguasa Dewa Naga    199. Murid Bonyok, Guru Datang!

    Pemuda berjaket hitam berdiri di tempat, sambil matanya menelusuri seluruh sisi ruangan di hadapannya. Ruangan berbentuk lingkaran dengan dinding berisikan ukiran-ukiran unik yang indah. Di tengah-tengah lantainya ada altar melingkar, sajak yang terukir di sana tidak kalah indahnya, sekaligus rumit. "Ada apa?" ucap Zimo yang berhenti di sampingnya. Akara lalu menjawabnya sambil berjalan."Ntahlah, hanya saja nampak familiar." Ia berhenti di tengah-tengah altar, teringat kembali masa kecilnya saat berlatih bersama mama Lia. Ia tersenyum, namun alisnya semakin turun dengan mata yang memerah dan sembab. Setelah kesedihan karena teringat dengan gadis-gadis cantik itu, ia juga sangat merindukan orang tuanya. Zimo menyadari hal itu dan menepuk pundaknya dengan pelan dan berkata. "Aku mengerti, namun malapetaka itu tidak hanya mempengaruhi hidupmu, namun juga seluruh dunia ini." "Apa maksudmu? Kenapa berkata akan malapetaka?" ucap Akara sambil ujung j

  • Penguasa Dewa Naga    200. Rasakan Panasnya Api Surgawi!

    Glengg! Mendengar suara pintu terbuka dengan kencang, Zimo dan Akara langsung menoleh karena reflek. Namun sesaat kemudian kembali fokus. Posisi Akara yang menghadap ke arah pintu membuatnya dapat melihat kedatangan mereka. Melihat mata remaja itu melirik sekilas, Zimo penasaran dan bertanya kepadanya."Siapa?""Pemuda tadi," jawab Akara singkat sebelum kembali fokus mengendalikan api surgawi."Itu guru! Bocah itu yang kurang ajar memukulku!" teriak pemuda itu sambil menunjuk ke arah Akara."Anak muda, apa benar apa yang dikatakan oleh muridku?" Pak tua itu mendekati Akara dan mengabaikan keberadaan Zimo di sana. Tanpa mengalihkan fokusnya, Akara menjawabnya dengan tenang."Kenapa? Pukulanku masih kurang?" "Bocah kurang ajar!""Beri dia pelajaran guru!" seru pemuda itu saat gurunya mengulurkan tangan dengan api yang menyelimutinya."Hei!" seru Zimo menghentikan pergerakannya. "Apa kau melupakan kebera

  • Penguasa Dewa Naga    201. Ingatan yang Membekas

    Hentakan energi yang mendorong api di punggung Gigis, disusul oleh api merah delima sebagai pengalihannya. Api Surgawi tiga warna itu masih memyala di udara, sedangkan korbannya berguling di lantai. Walau sekejap, pakaian yang menutupi punggungnya sudah terbakar dan nampaklah kulit yang berwarna merah karena melepuh."Guru!" Rey langsung membantu gurunya untuk bangun dan duduk, namun pak tua Gigis itu langsung menoleh ke arah Akara. "Mutasi Api Surgawi!?" serunya, lalu terbelalak melihat Aura Alkemis di bawah pemuda itu. Sedangkan Rey bereaksi lebih parah, ia bahkan sampai gemetaran melihat api yang bahkan mampu melukai gurunya."Jangan banyak bicara Senior, lebih baik bantu aku menggabungkan semua cairan mujarab ini." Zimo sudah kembali santai memintanya, ia fokus mengendalikan ke dua belas cairan mujarab yang masih berpencar dan terus bergerak dengan liar. Sedangkan Gigis, ia masih bengong melihat Akara hingga akhirnya Zimo memanggilnya lagi."

  • Penguasa Dewa Naga    202. Menumpuk Segala Kerinduan

    Berputar semakin cepat dan cepat hingga akhirnya Prangg… Bahan terpisah menjadi dua dan terpental layaknya dua gangsing yang tengah terlaga. Api Surgawi langsung membesar, bahkan tungku pemurnian sepenuhnya dilahap olehnya. Cairan mujarab mulai menguap, menciptakan aroma harum yang semerbak memenuhi ruangan. Rey langsung tersenyum bahagia melihat tanda-tanda keberhasilan itu, namun tidak dengan dua Alkemis tua itu. Mereka menyadari bahwa ini fase yang begitu krusial.Cairan mujarab menyusut akibat hilangnya kadar air, namun tetap berputar hingga sari-sari obat yang mengering saling menyatu. Semuanya nampak begitu stabil hingga kepanikan kedua Alkemis tua menjadi kekaguman saat melihat sosok pemuda berjaket hitam. Saat sudah berbentuk menyerupai pil yang bulat sempurna, muncullah aliran energi layaknya aliran air yang begitu deras di udara. Jangkauannya bahkan sangat luas, hingga menyerap energi alam dari dalam bilik-bilik di sekelilingnya. Fokus par

Bab terbaru

  • Penguasa Dewa Naga    Note Author

    Alhamdulillah selesai Season 1! Terima kasih buat yang sudah mendukung Author, semoga terhibur dengan imajinasi saya. Mohon maaf bila banyak kesalahan author, baik penulisan kata-kata yang kurang berkenan di hati para pembaca ataupun yang lainnya. Para pendukung semoga sehat selalu dan dilancarkan rezekinya, jadi dapat terus mengikuti perkembangan author dan Akara. Author akan hiatus dulu dan akan mulai kembali bulan depan, semoga diberikan kelancaran untuk semuanya. Oh iya, Author sarankan untuk membaca ulang Arc 1 (bab1-52) percayalah, ada rencana bagus yang Author siapkan untuk Akara. ******* Penguasa Dewa Naga Season 2 Takdir merenggut semua orang terkasihnya, membuat kekuatannya lepas kendali dan menciptakan lubang hitam. Dirinya terhisap ke dalam lubang hitam, lalu muncul kembali di dunia yang dipenuhi oleh api dan kekerasan. Neraka? Seperti itulah gambaran dunia ini. Dengan ingatan yang masih membekas, Akara mencari cara untuk keluar dari dunia itu. Menggunakan nama samaran

  • Penguasa Dewa Naga    338. Akhir Adalah sebuah Permulaan!

    Pemuda dengan pakaian compang camping penuh luka bakar dan menenteng sepasang pedang kayu hitam, muncul di atas sebuah sungai, di belakangnya ada gua di bawah air terjun yang sudah hancur. Ia lalu melihat ke arah hilir sungai, pemukiman di pinggir bantaran sungai sudah hancur berantakan, dengan pepohonan raksasa yang ambruk dari hutan di belakangnya. Selain tubuh manusia yang berserakan, juga banyak binatang sihir raksasa yang kondisinya tidak jauh berbeda. "Tuan Agera!" teriak seseorang yang wajah dan tubuhnya penuh bekas luka, namun kali ini banyak sekali tambahan luka di tubuhnya. Ia tertatih-tatih mendekat, lalu melesat terbang mendekati pemuda itu. "Marbun Bidara! Kekaisaran Gletser Abadi!"Akara langsung menoleh ke samping, kesadarannya langsung mendeteksi ribuan mil di depan sana. Wush!... Dalam sekejap, ia sudah berada di atas gletser kutub, meninggalkan robekan ruang yang gelap di udara, seakan menggaris langit sejauh ribuan mil. Gleng!... Ia melompat turun, membuat cekung

  • Penguasa Dewa Naga    337. Saling Membunuh!

    447Walau tubuhnya masih penuh luka bakar yang mulai mengering, ia mengangkat satu tangannya ke atas. Wush!... Ketiga Auranya menyala, membuat hembusan energi dan seketika energi meluap keluar dari tubuhnya, membentuk aliran energi yang bergerak ke atas. Enegi itu membentuk lingkaran energi besar yang memiliki pola rumit layaknya di atas altar teleportasi. "Kau ingin kabur!?" Sonic Boom terbentuk di belakang Rose, sambil mengulurkan satu tangan ke depan dan segera diselimuti oleh energi merah berbentuk cakar. Akan tetapi, lingkaran teleportasi sudah sepenuhnya menyala dan Whup!... Para master Alkemis menghilang, namun ternyata Akara masih berada di sana. Cring!... Ia menangkis cakar rubah menggunakan pedang kayunya sambil tersenyum menyeringai."Sudah aku bilang, aku akan membunuhmu!"Wush!... Rose melesat menjauh bagaikan bayangan, namun Akara langsung berada di depannya. Mereka melesat hingga luka bakar di tubuh keduanya terlepas sendiri-sendiri. Akara terus mengincar lehernya, mem

  • Penguasa Dewa Naga    336. Penculik Master Alkemis!

    Laser menembus energi pelindung dan langsung menerpa tubuhnya, cukup lama laser bersinar hingga akhirnya padam. Gelombang radiasi panas masih memenuhi angkasa lepas, lalu ada bongkahan batu yang menyala merah. Krek!... Batu itu retak dan tidak lama kemudian hancur, muncullah pemuda berjaket hitam di dalamnya. Walau tubuhnya diselimuti oleh Esensi Surgawi, namun pakaian dan tubuhnya penuh luka bakar. "Apa aku bilang!" seru Komo, namun tuannya masih terlihat santai dan meraih kedua pedangnya kembali. Akan tetapi.."Agkh!" Ia langsung memegangi dadanya dan tatapannya begitu tajam melihat ke arah gadis rubah di depannya. "Ada apa Akara!?"Ia menjawabnya sambil menahan emosi dan giginya mengatup karena sangat geram. "Kubah pelindung di kota Bhinneka telah hancur, bahkan yang menyelimuti Gua Pelindung Harapan juga hancur!"Rose lalu tertawa puas, seolah-olah dia dapat mendengar apa yang Akara katakan. "Apa kau merasakannya!? Pasukanku telah menemukan keberadaan kekasih fanamu! Para gadism

  • Penguasa Dewa Naga    335. Peniru Higanbana!

    335Di angkasa lepas yang gelap dan dihiasi cahaya bintang. Bruak!... Rose kembali tertahan oleh dinding transparan dan Akara langsung berada di depannya, memukul hidungnya dengan sekuat tenaga. Dinding transparan langsung hancur dan gadis itu terlempar ke belakang. Akara ingin membuat dinding transparan lagi, namun segera ada energi kematian yang menyelimuti tubuh Rose. Gadis itu tidak lagi menabrak dinding transparan dan menembusnya. Akan tetapi, Akara tetap muncul di depannya dengan mengayunkan pedangnya. Tring tring!... Benturan pedang dan cakar rubah menciptakan percikan api, lalu mereka saling menyerang sambil terus melesat. Bugh!... Rose menendang perut Akara hingga terlempar mundur, namun pemuda itu langsung berteleport di belakangnya. Crang!... Ia mengayunkan pedangnya, ditahan oleh selendang, namun tetap membuat meluncur jauh. Ia kembali berteleport dan menendang punggungnya, hingga melenting sebelum terlempar. Gadis itu terlempar menuju planet di dekatnya, terbakar saat mem

  • Penguasa Dewa Naga    334. Raja Kutukan!

    Kubah pelindung arena bergetar hebat, membuat semua orang menoleh, termasuk para penyandera dan yang di sandera. Pria bertopeng kucing oranye sempat melirik leher penyandera, namun getaran itu tidak berlangsung lama. ...Di dalam arena, bongkahan batu tadi sudah menyala merah layaknya bara api. Sedangkan Rose diselimuti oleh selendangnya yang perlahan-lahan membuka. Ia terkekeh saat melihat sekitarnya dipenuhi asap bekas terbakar. "Kau bodoh! Membakar seluruh tempat hanya akan membunuh dirimu sendiri! Sekarang tidak ada lagi oksigen untukmu ber..." Ia terdiam saat bongkahan batu yang melayang-layang tersibak, nampaklah pemuda berjaket hitam yang melebarkan kedua tangannya ke samping. Di ujung telapak tangannya, ada sebuah benda seperti kelereng yang bercahaya sangat terang, dengan ketiga auranya yang menyala. Aliran energi sangat lebar layaknya selendang sutra merahnya, bergerak masuk ke dalam kedua titik bercahaya. "Sudah kubilang, aku akan membunuhmu!" Akara menyeringai, namun se

  • Penguasa Dewa Naga    333. Ledakan Kilonova

    333Mengetahui kekasihnya disandera, puluhan bor spiral terbentuk dan langsung melesat, meliuk-liuk menghindari selendang merah yang hendak menangkisnya. Akan tetapi, ada energi kematian yang langsung membuat bor spiral melebur. Benar-benar lenyap di udara tanpa menyisakan sebutir debupun. Ia langsung berhenti, melihat Lina yang pergi bersama pasukan yang mengepungnya, memasuki portal dan menghilang. "Lihatlah! Apalagi yang bisa kau miliki!? Sang Peri Salju telah pergi, putri Kaisar Atla telah dikepung, tidak ada yang bisa kau lakukan lagi!?" Wush tring tring tring tring!... Akara melesat dengan tatapan tajam ke arahnya. Walau banyak selendang yang menghadang, namun ia tebas begitu mudahnya. Karena terus mendekat, energi kematian seperti asap hitam kehijauan keluar dari tubuh Rose. Persis seperti seekor gurita yang menyemprotkan tintanya. Akan tetapi, ada angin yang berputar, menembus kepulan energi kematian. Ia melesat dan sudah siap posisi Cakaran Naga Hitam, membuat gadis itu terb

  • Penguasa Dewa Naga    332. Kekacauan

    Kedua peserta sudah berada di atas arena, mereka masih terlihat begitu tenang, walau gong tanda mulainya pertandingan sudah berbunyi. "Apa yang kau lakukan? Cepat menyerah!" Komo yang tidak sabar langsung melompat dan bertengger di pundaknya."Iya iya!" Akara ingin mengangkat tangannya, namun gadis yang menjadi lawannya berbicara. "Kau mirip dengan ayahmu!"Akara langsung menarik kembali tangannya dan menatapnya sambil mengernyitkan dahi. "Kau kenal ayahku?"Rose langsung tertawa lepas, lalu berjalan mendekat sambil berkata. "Tidak hanya kenal!" Ia mengangkat satu tangannya. "Dengan tangan ini aku membunuhnya!" Akara langsung terbelalak dan mengepal erat, namun masih berusaha menahan emosinya. "Apa maksudmu!?"Gadis itu kembali tertawa puas dan terdengar menakutkan, lalu berkata dengan ritme cepat. "Kau tau bagaimana ekspresi ibumu si Rani yang marah meluap-luap? Kau tau bagaimana ekspresi Violet yang dingin dan menak

  • Penguasa Dewa Naga    331. Pertemuan 2 Gadisnya

    Akara berjalan di sebuah lorong sambil menggandeng tangan kekasihnya. Di lorong yang sepi, namun terdengar suara riuh dari penonton dari sebuah tribun di atas mereka. Saat itulah mereka berpapasan dengan seorang gadis bergaun merah dan bercadar. Langkahnya begitu tenang dan mantap saat melewati lorong, ditemani oleh seorang pemuda berpakaian rapi. Akara langsung mengenali pemuda itu, sang wakil komandan pasukan Bintang, Baester. Ia langsung mempercepat langkahnya dan mendekat, lalu melebarkan tangan kanannya ke samping, menyentuh dinding lorong dan menghalangi jalan mereka.Melihat nonanya dihadang, Baester langsung menghardiknya. "Akara, apa yang kau lakukan!?"Akara lalu menatapnya dan berkata dengan tenang. "Pergilah!" Ia langsung membuat pemuda itu tehentak, lalu gadis bercadar berkata tanpa menoleh. "Pergilah terlebih dahulu!""Baik nona!" Ia langsung melesat pergi, sedangkan Akara langsung tersenyum lebar dan berkata."Kenapa memak

DMCA.com Protection Status