Viona menjawab dengan suara santai namun tegas. "Ingatan apa? Kami lebih tau apa yang harus dilakukan. Di dunia yang penuh misteri ini, jangan dikira apa yang kau lakukan saat ini memiliki akibat di masa depan, bisa saja akibat itu menuju ke masa lalu."Penjelasan Viona yang membingungkan, membuat pria itu terdiam untuk mencerna kata-katanya."Segoro, lihatlah luka di punggung Luce kemarin." Viona melanjutkan penjelasannya. "Pukulan keras yang didapatkannya, padahal ia tidak mengenal siapa lawan yang menyerangnya. Ternyata itu akibat yang disebabkan tingkahnya di masa depan. Pria itu menyadari tidak akan bisa melawan Luce di masa depan, makanya dia menuju masa lalu untuk membalaskan dendamnya,""Lalu tuanku!?" seru Segoro sambil mengerutkan keningnya karena kesal sekaligus bingung."Berikan Komo kepadaku." Viona mengulurkan tangannya, memintanya dengan halus."Tidak nona! Kadal itu harus diberi pelajaran, dia juga yang menyebabkan Nona be
Di sebuah altar teleportasi antar dunia, tepat di tengah-tengah kota yang begitu ramai. Dua orang pria muncul di sana, yaitu Zimo dan Akara. Mereka segera bergegas menuju suatu tempat. Di tengah perjalanan, Zimo menjelaskan kebingungan Akara akan teleportasi yang mereka lakukan. Di kekaisaran Amerta, Altar teleportasi sudah tertutup setelah kehilangan energinya. Akan tetapi, di kekaisaran Naga Sejati ada beberapa yang masih digunakan. Keberadaan Naga Sejati itu sendiri yang membuatnya tetap aktif.Sekarang, mereka berada di dunia Atla yang membuat Akara heran karena begitu mirip dengan dunia asal mereka. Sebab, kedua dunia itu memiliki jalur orbit yang sama terhadap matahari. Ada satu dunia lagi yang memiliki iklim sama, namun tidak berpenghuni yaitu dunia Lestari. Dunia yang dimiliki oleh Kaisar Amerta, dibuka beberapa tahun sekali untuk memberikan kesempatan generasi muda mendapatkan sumberdaya yang bagus. Paviliun Madu Emas, bangunan yang berbentuk he
Mendengar perkataannya, Akara terkekeh dan berkata."Itu lebih baik daripada menjadi seorang pengancam. Dasar sampah!"Blarr!! Hentakan energi yang begitu besar muncul dari Sung Ki, membuat mereka harus melompat menjauh. Saking besarnya, bahkan menggetarkan bangunan dan menjatuhkan barang-barang yang ada di rak. Aura Ranah Gambuh, dengan 6 bola energi yang berputar di belakang pundaknya.Beberapa penjaga langsung melesat mendekati dan berusaha menenangkannya."Tuan muda, ini masih di dalam paviliun, jangan memicu amarah ketua paviliun!"Mendengar perkataannya, energi yang meluap-luap di tubuh Sung Ki berangsur-angsur mengecil. Setelah sepenuhnya padam, ia malah terkekeh."Hmph! Hanya ranah Sinom, besar sekali lagakmu. Sekarang jelas siapa yang sampah di sini!" ucapnya bertepatan dengan kembalinya resepsionis tadi dengan segenap tanaman obat.Akara tidak menanggapi si kembar dan mengambil pesanannya."Apakah ada
Di sebuah ruangan yang dipenuhi oleh pernak pernik artefak, ada dua buah sofa yang berhadapan dengan sebuah meja di tengah-tengahnya. Akara dan Zimo duduk santai dengan saling berhadapan."Sudah bertemu kenalannya?" "Kalau sudah, aku tidak akan keluar mencarimu," jawabnya sambil tertawa kecil.Brakk… Pintu terbuka dengan paksa, namun tidak mengejutkan dua orang itu seperti mereka sudah tau hal ini akan terjadi. Muncullah seorang pria berumur 40 tahunan dengan si kembar di sampingnya. Hidung mereka masih memerah dengan plester yang menempel. Seperti yang Akara katakan di jauh-jauh hari, tulang hidung tidak bisa langsung sembuh dengan pil. Itulah mengapa ia memilih pukulan penghancur hidung untuk memberi pelajaran."Itu ayah! Bocah itu yang memukul kami!" teriak Sung Ka sambil menunjuk ke arah Akara.Pria itu langsung menyorot Akara dengan tatapan garang dan geram, bahkan bibir dengan kumis tipisnya sampai berkedut. "Kau!?" Ia me
Sebuah kanal air membentang melintasi tengah kota dengan perahu wisata dan jalan di kedua sisinya. Tepat di pinggiran kanal, seorang gadis meniti tembok pembatas. Pakaiannya yang seperti selendang sutra, merumbai tertiup angin saat ia berjalan. Tangannya membentang, menyeimbangkan tubuhnya agar tidak jatuh. Di sampingnya ada seorang pemuda berjaket hitam yang berjalan sambil terus melihatnya."Mau ke mana?" ucap pemuda itu.Gadis itu lalu menoleh sambil tersenyum sebelum menjawabnya. "Tuan muda Akara terlihat baru pertama kali ke ibukota, jadi saya ingin berterima kasih tentang ramuan tadi dengan mengajak tuan muda berkeliling." Karena tidak memperhatikan jalan, gadis itu limbung hingga akhirnya terpeleset ke arah jalan. Untung saja Akara dengan sigap meraihnya, mendekap tubuhnya hingga wajah mereka berdekatan dan saling pandang. Tanpa sadar gadis itu terus menatapnya, bahkan tidak mengedipkan matanya samasekali."Siapa namamu?" Akara yang masih
Tidak hanya Akara, Alkemis tua berjenggot viking juga terbang bersama muridnya. Ia segera mendekatinya dan bertanya dengan siapa pak tua itu berselisih.Dia adalah Sung Gicung, leluhur keluarga Sung sekaligus kakek dari si kembar. Walaupun generasinya masih sampai cucu, namun umurnya sudah lebih dari lima ratus tahun. Keluarga utama selalu memprioritaskan ranahnya sebelum berumahtangga. Bahkan di dunia atas, umur tiga ratusan tahun masih dibilang muda. Tentu saja semua itu dengan syarat tidak melebihi batasan umur ranah mereka. Master Aura akan menemui belenggu Megatruh jika melewati umur 150 tahun untuk ranah Asmaradana, 250 tahun ranah Gambuh, 450 tahun ranah Dhandhanggula, 750 tahun ranah Durma dan 1.150 tahun ranah Pangkur. Mereka terbebas dari belenggu jika naik ranah sebelum mencapai umur itu.…Dua orang tua itu terbang di udara, saling berhadapan dengan suasana sekitar yang begitu mencekam. Walau begitu, Zimo masih penuh ketenangan, bahkan sampai menyap
Mereka masih saling mengejar, tanpa ada luka gores sedikitpun, bahkan pakaian mereka masih sangat mulus. "Tidak akan ada yang Akhirnya formasi yang dibuat oleh pasukan Bintang Hijau terbentuk sempurna. Secara serentak mereka melakukan segel tangan dan muncullah gerbang besar di antara keduanya. Menghalau Sung Gicung agar tidak mengejar Zimo lagi, membuat pria tua kekar itu langsung menoleh ke arah mereka. Salah seorang pasukan Bintang Hijau akhirnya memberanikan diri mendekat dan berkata dengan hati-hati."Maaf kedua leluhur, pelindung kota sudah sangat melemah setelah Malapetaka. Mohon hentikan pertarungannya." Mereka secara serentak menunduk hingga cukup lama dan akhirnya berdiri lagi saat Sung Gicung menyetujuinya."Baiklah!" Muncul lubang hitam di bawah gerbang energi tadi, menelannya masuk ke dalam kekosongan hingga akhirnya formasi lingkaran sihir lenyap. Akara langsung terbang ke arah Zimo, juga ada si kembar Sung dan ayahnya ya
Di sebuah ruangan, seorang gadis cantik bergaun merah sedang mengaca setelah dibantu beberapa dayang untuk membenarkan gaunnya. Paras yang begitu cantik dengan wajah tenang dengan aura yang begitu elegan. Setelah para dayang berpamitan dan meninggalkan ruangan, muncullah pusaran air di lantai yang membentuk seorang manusia. Dia merupakan seorang pria tampan yang berpakaian putih dengan aksen biru.Gadis itu sontak mengeluarkan sepasang belati, namun tangannya ke belakang untuk menyembunyikannya. "Wahh, pewaris Kaisar Atla ternyata gadis secantik ini," ucap pria itu seraya berjalan mengelilingi gadis bergaun merah untuk memperhatikan penampilannya dari segala sisi. "Siapa tuan ini?" ucap Sania dengan tenang. Di depan ruangan ada pasukan Bintang Hijau yang menjaganya, namun pria ini bisa masuk tanpa menyebabkan keributan."Bukan siapa-siapa." Ia mendekati gadis itu perlahan, sambil tangannya menjulur untuk meraih dagunya. "Hanya seorang pria yang ingin memasukanmu ke dalam daftar hare