Home / Fantasi / Penguasa Dewa Naga / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Penguasa Dewa Naga : Chapter 91 - Chapter 100

349 Chapters

89. Higanbana!

"Sania, bantu lindungi aku!" Akara mengeluarkan auranya, kini energi dinginnya muncul hingga membuat air yang ia lewati membeku. Kembali membuat kabut sebelum menyalakan aura alkemisnya. Setelah cahaya ungu cerah terpancar di bawahnya karena Aura Alkemis, mengulurkan tangan kanannya ke depan, menyelimutinya dengan energi dingin. Tangan kanannya dengan cepat diselimuti oleh kristal es seperti sebelumnya, berbentuk cakar tajam hingga lengannya. Disusul oleh kristal es berbentuk batang merambat yang berduri, melingkar di lengannya dan menuju telapak tangan. Energi yang begitu dingin itu sampai mempengaruhi api milik Leda Kentos, apinya kini jadi tidak stabil."Bocah itu!?" Ia lalu memadamkan apinya setelah melihat Akara, kemudian terbang mendekati temannya yang terjebak.Kini di telapak tangan Akara ada kristal es berbentuk bunga Spider blood Lily yang masih kuncup, lalu api di tangan kirinya. Ia alirkan energi api tadi ke dalam Spider blood Lily es di tangan kanan, s
Read more

90. Sania Kenapa?

Kedua siswa termasuk Leda Kentos tercengang dan tidak bisa berkata apa-apa. Setelah itu api surgawi menyebar dan membakar semua akar.Jangankan akar yang terkena langsung, gelombang energi yang disebabkan oleh ledakan saja bagaikan angin yang sangat besar. "Apa-apaan itu!?" seru Komo sambil menatap Akara dengan ngeri."Jadi saat itu ulahmu?" Sania mengingat kembali ledakan yang sama setelah pertempuran Lina dan pangeran Bram Bidara. Ledakan yang sama persis yang membakar hutan saat itu, namun saat itu hanya api berwarna biru saja.Setelah akar-akar itu hampir seluruhnya terbakar, nampaklah sebuah lubang besar yang disebabkan ledakan Higanbana. Lubang yang mengarah ke bawah, kini nampaklah cahaya oranye dari aura sang pemilik domain."Manusia sialan!""Itu dia!" Leda Kentos langsung melesat, diikuti satu temannya yang bisa terbang. Ia membuka Aura ranah dan membuat api di kedua tangannya, memanfaatkan api Surgawi untuk menguatkan
Read more

91. Terbongkar

"Sania!" Akara langsung mengubah haluan ke arah Sania, padahal sedikit lagi ia bisa memotong sumber kekuatan pohon itu."Fokus Akara!" teriak Komo.Kini pohon beringin bisa memfokuskan pertahanan untuk kristal Komo dan menyerang Sania dengan mudah. Sania tercambuk hingga terpental, lalu gadis itu mengenakan topeng serigalanya."Ada racun di udara!" teriak Sania setelah mengenakan topeng, dengan suaranya saja, ia sudah terdengar segar kembali."Spider blood Lily!?" Akara langsung menyelimuti tubuhnya dengan api, menghalau racun di udara."Bantu saja Komo!" teriak Sania, padahal Akara sudah ada di dekatnya."Tapi kamu?.." Akara cukup terkejut saat Sania tiba-tiba berada di dekatnya seperti teleportasi. Gadis itu menebas beberapa akar yang mengincar Akara karena ia lengah."Baiklah!" Akara langsung berlari ke arah Komo yang sedang kesulitan, karena ia sedang menjadi incaran pohon beringin. "Apa apaan kau ini!?" Po
Read more

92. Naga Satu Pola

"Promosi ranah!" seru Opi saat melihat aura ranah pohon beringin membesar dan keempat lapisan lingkaran perlahan-lahan mulai menyatu. Pohon itu harus fokus mengendalikan energinya agar tidak terjadi kegagalan dalam promosi ranah."Cepat bawa mereka semua pergi!" teriak Akara yang malah berlari ke arah pohon beringin itu."Mereka?" Komo nampak tidak mau membantu para siswa yang telah membuatnya jengkel."Perlu aku ulangi!?" Akara menatapnya dengan tajam menggunakan mata ularnya hingga membuat Komo segera menurutinya. Ia terus berlari mendekati pohon, namun ternyata tujuannya adalah Spider blood Lily di belakang pohon itu. Setelah berhasil mengambilnya, ia bergegas pergi lagi. Ia terkejut saat melihat Sania sudah mengacungkan pedangnya ke arah leher Leda Kentos. Para siswa itu memang masih sadarkan diri, namun begitu lemah karena energi mereka habis dan juga menghirup racun."Jangan!" Akara langsung melemparkan satu pedangnya, menangkis pedang Sania
Read more

93. Diketahui Marbun Bidara

"Berapa hari aku pingsan dan apa yang terjadi saat itu?""Tiga belas hari,""Aku tidak makan selama itu?" Akara langsung lemas dan tersungkur."Telat! Kenapa baru lemas sekarang!?" seru Opi dan Akara hanya tertawa hingga membangunkan Sania."Apa yang terjadi!?" Ia langsung berdiri dan tergesa-gesa mendekati Akara saat melihat remaja itu tersungkur di lantai."Lapar," jawab Akara memelas."Sukurin! Salah siapa ngeyel!" Sania mode emak-emak beraksi, mengomeli Akara yang masih tersungkur di lantai. Ia marah akan Akara yang nekat membakar daya hidupnya, juga membiarkan ketiga siswa akademi itu hidup. Setiap kali Komo menyela selalu saja dibentak untuk diam, sedangkan Akara hanya menurut. Setelah puas ngomel, lebih tepatnya capek, ia akhirnya membantu Akara kembali ke ranjang. Kemudian mencarikan makanan untuknya, bahkan sampai menyuapi."Tidak usah senyum-senyum!" ancam Sania mengacungkan sendok di leher Akara saat remaja it
Read more

94. Dhandhanggula 7 Bulan Energi!

…"Pemurnian pil menggunakan energi dingin? Tidak aku sangka bisa melihatnya secara langsung," ujar pria berjubah sesaat setelah naik ke atas batu."Kalian berdua mau tetap di sini?" ucap Akara kepada Sania dan Komo. "Akan sangat tidak nyaman, mungkin juga bahaya," lanjutnya."Tidak masalah!" jawab Sania, sedangkan Komo hanya mengangguk, kemudian Akara membuat kubah pelindung kembali."Nih." Akara memberikan kotak kecil dan ketika dibuka membuat pria berjubah cukup terkejut. Cahaya putih yang muncul dan juga aroma harum semerbak yang langsung menyebar."Beneran pil level lima? Lalu cahaya ungu begitu cerah tadi, aura alkemismu level berapa!?" ucapnya cukup terkejut."Tidak perlu banyak bicara dan makanlah!" bentak Akara. "Sebelum itu lepaskan jubahmu," lanjutnya.Pria berjubah langsung melepaskan jubahnya dan nampaklah seorang pria berumur tiga puluh tahunan. Rambutnya pendek, dengan muka mulus tanpa luka, namun tubuh atletis
Read more

95. Merobek Kehampaan

Melihat orang yang membunuh kedua orangtuanya, Komo dipenuhi oleh dendam amarah. Ia yang mencoba paling keras untuk berdiri, mengeluarkan aura mistisnya dan menciptakan kristal beracun. "Kau membunuh kedua orangtuaku!" Komo langsung membuat puluhan kristal yang memenuhi udara di atasnya dan segera ia luncurkan.Hanya dengan kibasan pelan telapak tangannya, Marbun Bidara membuat hembusan angin yang bahkan menangkis semua kristal yang Komo luncurkan. Kini Sania mengeluarkan topeng serigala dan langsung ia kenakan."Topeng itu? Pantas saja." Pria berjubah walau sedang kesakitan ternyata tertarik begitu melihatnya."Pasukan ASU? Aku tidak menyangka ada seorang bocah sepertimu di pasukan Assasin Superior Unit kekaisaran Amerta!" ujar Marbun Bidara."Tidak mengherankan bukan?" Sania langsung mempersiapkan belati kecil di setiap sela jarinya, lalu melesat dan melemparkan satu-satu belati dari segala arah. Setelah itu dirinya melesat menggunakan
Read more

96. Naga!

..Selagi berlari, Akara memadatkan Higanbana yang berbentuk bunga Lily . Ia kini tidak hanya menggunakan es, namun juga kristal beracun milik Komo. Di kedua sisinya, ada Komo dan Sania yang menyerang dan menangkis serangan pasukan yang mengejar mereka. Serangan kristal Komo begitu menakutkan bagi mereka, namun tidak dengan Avav. Pelayan tua itu sudah berada di ranah Gambuh enam bulan energi dua bintang. Ia menangkis serangan Komo dengan mudah, bahkan melesat terbang sangat cepat. Kibasan ekor Komo dan tebasan Sania selalu menghadang saat Avav mendekat."Cepat Akara! Aku bisa membunuh mereka, namun tidak dengan pak tua itu!" seru Komo karena Akara begitu lama memadatkan Higanbana. Ia tidak menggunakan aura alkemisnya, membuat pemadatan jauh lebih lama."Aghhh baiklah!" Akara nampak frustasi, namun ia nekat mengaktifkan aura alkemisnya. Lebih baik kekuatan yang ia sembunyikan diketahui oleh musuh, daripada kehilangan kehidupan.Wushh…Cahaya un
Read more

97. Tercebur Kolam Racun!

"Mati kalian!" Marbun Bidara menyeringai penuh kemenangan, melihat dua remaja yang ia kejar masuk ke dalam kandang seekor Naga. Tidak ada hasil lain selain kematian setelah memasukinya.Cetas!!Pecutan ekor berwarna ungu berkilau mengenai tubuh Marbun Bidara, menghancurkan pedang besar yang ia gunakan untuk menangkis, serta membuatnya terlempar begitu jauh. Arah lemparan berkilo-kilometer di udara sebelum menabrak hutan, namun masih saja berlangsung hingga menghancurkan hutan puluhan meter jauhnya. Melihat hal itu, Pria berjubah yang bergegas menuju gua jadi mengubah haluan. Ia mengejarnya, namun lagi-lagi Marbun Bidara menggunakan artifak teleportasi.…Di dalam gua"Bocah manusia!" Seekor King Kobra berukuran sangat besar mendekati Akara, Komo yang ukurannya terbilang besar saja tidak bisa dibandingkan dengannya. Namanya Ken, memiliki dua pasang tanduk di kepalanya yang membuatnya benar-benar terlihat seperti Naga. Ternyata tidak hanya seeko
Read more

98. Perasaan

Kini ekor Ken yang langsung masuk ke dalam kolam, mencari keberadaan tubuh remaja itu. Saat ia angkat ekornya, kini nampaklah bocah remaja yang sedang duduk bersila dengan tubuh sudah telanjang bulat. Rambut dan alisnya bahkan telah hilang karena ganasnya racun itu. Aura ranah dan alkemisnya menyala bersamaan, berputar begitu cepat untuk mengalirkan energi di tubuhnya. Walau sedikit terkejut dan tersipu malu, Sania tetap bergegas mendekatinya."Tenang saja, dia sudah minum air Kantong Semar Merah," jelas Ken sambil menunjuk Kantong Semar Merah yang sudah terbuka di genggaman tangan Akara.Seperti ular yang sedang ganti kulit, kulit luar remaja itu terus mengelupas, namun selalu tergantikan oleh kulit baru. Begitu hebatnya efek Kantong Semar Merah dalam meregenerasi sel, bahkan tubuhnya yang dalam masa pertumbuhan kini perlahan-lahan berubah. Ia tumbuh menjadi seorang laki-laki layaknya di umur dua puluhan. Kini rambutnya mulai tumbuh, terus memanjang hingga menutup
Read more
PREV
1
...
89101112
...
35
DMCA.com Protection Status