Malam tiba. Jenar menunggu di teras rumah dengan hujan gerimis yang membasahi malam. “Bu Jenar?” Wanita paruh baya memanggilnya. Dia adalah Mariani, pengasuh Jean sejak dia lahir—begitu kata Julian padanya. “Mau pulang?” tanya Jenar. Tersenyum tipis padanya. Dia memandang wanita itu dari atas sampai bawah. “Iya, Bu. Pak Julian kemarin berpesan kalau jam kerjaku akan berkurang karena Bu Jenar ada di sini.” Mariani berbicara lembut, penuh kesopanan meskipun Jenar seusia dengan anak termudanya. “Kalau Jean sudah tidur, aku boleh pulang.” Mariani mengimbuhkan. “Aku baru saja menidurkan dan membersihkan kamarnya, Bu.” Jenar manggut-manggut. “Biasanya kamu pulang jam segini?” Jenar melirik jam tangan miliknya. “Masih pukul tujuh,” sambungnya. “Biasanya pulang jam sembilan atau cepat jam delapan. Tergantung Pak Julian ada lembur atau tidak.” Senyum tidak pernah luntur darinya. Secara personal, tanpa mempertimbangkan banyak hal, sejak pertama kali dia melihat Jenar, Mariani sudah menyuka
Read more