Senja purna dari tugasnya. Julian yang memimpin acara makan malam sederhana kali ini. Suasana hening, tanpa ada suara selain dentingan sendok dan garpu di atas piring. "Di mana Jasmine?" tanya Julian pada akhirnya. "Sedari tadi aku menunggu dia kembali. Aku bahkan memperlambat makanku agar putriku bisa bergabung," tukas Julian. Julian memandang kursi kosong di sisi Jenar. "Dia berpamitan denganmu, Jenar?" Jenar menoleh. Dia tidak jadi menyantap nasi goreng miliknya. Dengan ragu, Jenar menganggukkan kepalanya. "Tentu saja. Dia berpamitan pagi tadi."Julian manggut-manggut. "Katakan apa katanya, selain dia bersekolah dan pulang pergi les." Jenar tidak punya jawaban. Dia diam di tempatnya, sesekali melirik Julio yang tak acuh. Pemuda itu mulai terbiasa beraktivitas menggunakan tangan kirinya. "Kenapa diam saja?" tanya Julian. Jujur saja, Jenar sedikit was-was dengan pandangan suaminya itu. Julian banyak berubah setelah mereka menikah. Terkadang Julian menjadi pria yang hangat, manj
Read more