Jenar meletakkan secangkir teh di atas meja. Matanya memandang perawakan tubuh Luce yang jauh lebih tinggi dan besar dari dirinya. “Di minum tehnya, Nyonya Luce.” Jenar menawarkan dengan sopan padanya. “Aku mendapat informasi dari Bi Mariani kalau Nyonya Luce tidak menyukai minuman yang terlalu manis,” tuturnya dengan senyuman. Luce memutar tubuhnya dan tersenyum pada Jenar. “Kamu pandai memahami tamu.” Luce mendekati Jenar dan duduk di depannya. “Ngomong-ngomong, Julian belum pulang?” tanyanya lagi. Memandang suasana rumah. Jenar menggelengkan menggelengkan kepalanya. “Paling sebentar lagi,” jawab Jenar seadanya. Jenar merasakan canggung yang luar biasa di sini, baru kali ini, dia tidak bisa berbicara banyak. Pada dasarnya, dia sama sekali tidak mengenal Luce. “Ngomong-ngomong, bagaimana rasan
Read more