Semua Bab Kaya Setelah Diusir Mertua: Bab 191 - Bab 200

220 Bab

Bab 191

Rein muncul bersama seorang perawat. "Bagaimana, Rein? Apa Aku bisa masuk ke kamar Mas Yuda sekarang?" Wajahku berbinar melihat anggukan Rein. "Ayolah cepat, Rein!" Aku memandang Rein dengan tatapan memohon. Sabrina melirik kami dengan tatapan tak suka. Wanita itu mendengkus kesal. "Ingat, kamu bukan lagi istri Yuda!" ketusnya. Tanpa mempedulikan ucapan dokter itu, aku dan Rein mengikuti langkah perawat itu menuju pintu masuk tempat Mas Yuda berada. Sebelum masuk, aku dan Rein diminta perawat itu untuk menggunakan pakaian khusus. Bagai dejavu, aku kembali berada di situasi delapan tahun yang lalu. Ketika Mas Yuda terbaring tak berdaya karena kecelakaan itu. Langkahku terhenti tepat di samping Mas Yuda terbaring. Perlahan tanganku terangkat untuk menyentuh wajah yang selalu kurindukan siang dan malam. Namun aku sadar, kini kami bukan lagi suami istri. Ingin rasanya membelai wajah tampan yang telah mengisi hatiku itu. Andai saja saat ini kami masih sah sebagai suami istri, te
Baca selengkapnya

Bab 192

"Astaga! Mau apa kamu?" Aku terlonjak melihat Elkan berada di dapur. Ternyata yang menarikku barusan adalah Elkan. Mau apa dia? Elkan berdiri di dekat pintu dapur yang baru saja dia kunci. Matanya menatap dalam padaku. "Jangan macam-macam, El!" desisku. "Bagaimana Yuda?" "Kalau mau membicarakan Yuda, kenapa harus tutup pintu?" tanyaku ketus. "Maafkan aku Salma, Aku sudah tak bisa lagi menahan diri." Haah?? Aku tersentak mendengar ucapan Elkan barusan. Apa maksudnya? Apa Elkan akan berbuat sesuatu yang tidak pantas padaku? "Maksudmu apa?" Aku memandangnya dengan tatapan nyalang. Elkan berdiri semakin dekat. Tubuhnya yang tinggi semakin mengikis jarak diantara kami. "Elkan, Stop!" Aku meletakkan kedua tanganku di depan mencoba menghalangi Elkan. Sialnya, kedua tanganku malah menempel di dada bidangnya Secepat kilat kembali menarik kedua tanganku. "Aku ... nggak bisa lihat kamu dekat-dekat dengan pria lain. Aku nggak bisa lihat kamu dekat dengan Rein," tegasnya dengan tatapa
Baca selengkapnya

Bab 193

POV Sabrina "Pulanglah, Sabrina! Kasihan Tristan." Aku berdecak kesal mendengar permintaan ibu.Entah untuk yang ke berapa kalinya ibu menghubungiku dalam beberapa hari ini. Lagi-lagi alasannya karena Tristan. Padahal Sejak kecil Tristan sudah terbiasa aku tinggal. Bahkan hingga berbulan-bulan. "Maaf, Bu. Bukankah Tristan sudah biasa aku tinggal pergi dalam waktu yang cukup lama? ini hanya alasan ibu saja, kan?" Walau Tristan bukan anak kandungku, tapi sejak kecil anak itu memanggilku Mami. Yang dia tau aku adalah ibu kandungnya. Tapi Ibulah yang merawatnya sejak aku mengadopsinya. Waktu itu aku tidak tega melihat bayi kecil yang ditinggal mati oleh kedua orang tuanya. Tristan dirawat beberapa hari di rumah sakit tempat aku bertugas. Setelah sembuh, Aku membawanya pulang dan mengadopsinya. Beberapa bulan kemudian aku melanjutkan pendidikan ke luar negeri meninggalkan Tristan bersama Ibu dan pengasuhnya. Aku hanya pulang sesekali menengok mereka. "Lalu demi laki-laki itu kamu r
Baca selengkapnya

Bab 194

Napasku memburu memandang Mas Yuda yang berdiri di hadapanku. Keringat mulai bercucuran di dahiku. Bulir bening yang telah membendung siap akan tumpah membasahi kedua pipiku. "Pergilah, Elkan akan menemanimu!" Mas Yuda mengusirku dengan tatapan dinginnya. "Apa salahku, Mas? Aku nggak mau pergi dengan Elkan. Dia jahat, Mas. Kemarin aja aku dipeluknya. Da lancang, Mas. Pokoknya Aku nggak mau dekat-dekat dia lagi." Aku terus meracau sambil memohon pada Mas Yuda yang kemudian berbalik membelakangiku. "Elkan tidak jahat. Tapi dia justru sangat mencintaimu. Sudahlah, cepat kalian pergi!" tegas Mas Yuda tanpa menoleh sedikitpun. Saat ini aku hanya bisa memandang punggung tegapnya yang semakin kurus. Rambutnya pun mulai panjang dan tak terurus. "Aku pergi!" Tiba-tiba dia melangkah semakin menjauh tanpa menoleh padaku walaupun hanya sesaat. "Mas ... Mas Yuda! Mas Yuda ...., Mas!" Aku menjerit sangat keras memanggil namanya. "Bu ..., Bu Salma! Buka pintunya, Bu!" "Salma ...! Ada apa kam
Baca selengkapnya

Bab 195

"Yuda, apa kamu tidak mengerti bagaimana perasaan Salma? Dia sangat mencintaimu." Elkan berusaha meyakinkan Mas Yuda. Sementara aku hanya berdiri mematung sambil sesekali menyusut air mata yang tak henti-hentinya membasahi wajahku. "Aku hanya ingin dia bahagia. Aku tidak akan bisa membahagiakannya. Kamu juga sangat mencintainya, bukan?" Mas Yuda kembali bicara dengan oksigen yang masih menutupi mulut dan hidungnya. Napasnya terdengar naik turun. Ya Allah. Tidak mengertikah dia bahwa kabahagiaanku adalah hanya bersamanya? Tangisku semakin pecah. Aku memutuskan untuk keluar dari ruangan itu. Aku tak menemukan Rein di depan ruangan. Kemana dia? Seketika aku membuka ponselku, barangkali Rein mengirim pesan untukku. [Maaf aku tidak pamit. Katakan pada Yuda aku kembali ke Indonesia beberapa hari ini] Aku mendesah. Jika Rein pergi, lalu siapa yang mengurus Mas Yuda di sini? Sebaiknya aku minta izin pada guru Raihan untuk menunda kepulanganku. Setidaknya sampai Rein kembali. Aku tidak
Baca selengkapnya

Bab 196

POV Elkan "Apa maksudmu? Permintaan apa?" Aku mengerutkan kening. "Sekali lagi aku mohon padamu. Menikahlah dengan Salma. Aku ingin tenang. Aku tau kamu sangat mencintainya!" Aku menghela napas kasar. Entah apa yang yang ada dalam otak sahabatku ini. Jelas-jelas sampai hari ini dia masih hidup. Kenapa dia selalu berpikir akan pergi dengan tenang? Aku tersentak saat tiba-tiba saja Salma melangkah lebih dekat pada Yuda. Emosi di wajahnya mulai terlihat. "Kamu benar-benar nggak punya hati, Mas! Kamu pikir aku ini perempuan apa? Seenaknya saja kamu ceraikan, lalu kamu paksa menikah dengan pria lain." Aku menoleh pada Salma yang telah berlinang air mata sambil menunjuk-nunjuk dadanya. Kilatan amarah nampak jelas dari kedua netranya. Tatapan nyalang itu seakan menggambarkan emosi yang sudah tak terbendung lagi. Salma seakan menumpahkan sesuatu yang selama ini dia pendam. "Salma ... bukan maksudku ..., Aku hanya ingin ..." suara Yuda semakin berat dan tersendat. "Apa, Mas? Kamu ingin
Baca selengkapnya

Bab 197

POV ELKAN Hari ini aku membawa Salma dan kedua anaknya kembali ke Jakarta, setelah lebih dari dua bulan kami berada di Singapore. Sepanjang jalan Raihan dan Maina nampak antusias. Salma pun berusaha mengimbangi keceriaan anak-anaknya. Walaupun aku sangat tau, jauh di lubuk hatinya yang paling dalam tersimpan luka yang begitu perih dan sulit untuk diobati. Apakah aku mampu mengobati luka hatinya? Apakah aku bisa menghapus kenangan pahit yang pernah dia rasakan? Mampukah aku membuatnya selalu tersenyum? Kenapa justru keraguan itu semakin menghantuiku? Apa nanti aku bisa menjalani rumah tangga bersama Salma? Sementara wanita itu sama sekali tidak mencintaiku? Selama di pesawat Raihan dan Maina tertidur. Raihan duduk bersamaku dan minta berada di kursi dekat jendela. Begitu pula dengan Maina yang duduk dengan bundanya. Aku melirik pada Salma yang sejak tadi hanya diam dengan tatapan kosong ke depan. Pasti saat ini dia sangat sedih meninggalkan separuh jiwanya di negeri orang. "Salma,
Baca selengkapnya

Bab 198

POV AUTHOR "Sabrina, kamu harus datang sekarang juga ke sini. Ada yang ingin aku perlihatkan padamu!" Sabrina mendengar permintaan dokter Ken dari ponselnya. Beberapa detik kemudian wanita yang membiarkan rambut panjangnya tergerai indah itu bergegas meraih tas dan melajukan mobilnya menuju Mount Elizabet Hospital. Tak berselang lama, Sabrina tiba di rumah sakit ternama di Singapore itu dan langsung melangkah menuju ruangan dokter Ken, yang juga sekaligus sahabatnya. Sejak Salma dan Elkan merawat Yuda selama beberapa bulan, Sabrina jarang datang menemui Yuda. Namun dia terus memantau kondisi Yuda dari jauh melalui dokter Ken. Sahabatnya itu selalu memberikan informasi terkini tentang perkembangan kondisi kesehatan Yuda. Ken baru saja selesai memberikan konsultasi pada salah seorang pasiennya, ketika Sabrina datang. "Masuklah, Sabrina!" Sabrina melangkah masuk dan medudukkan tubuhnya pada kursi di hadapan Ken. "Bagamana, Ken? Apa yang akan kamu perlihatkan padaku? Apa yang terja
Baca selengkapnya

Bab 199

"Neng Salma cantik sekali." Aku tersenyum getir mendapat pujian dari Mak Isah. Sejak setelah subuh tadi seorang penata rias wajah yang dikirim oleh Wedding Organizer yang ditunjuk Elkan, meriasku di kamar pengantin ini. Ya, sejak semalam kamarku sudah berubah menjadi sebuah kamar pengantin yang indah bernuansa biru muda. Sejak awal aku tak ikut campur dalam persiapan pernikahan ini. Semua Elkan yang mengurus. Entah kenapa aku sama sekali tak bersemangat. Untunglah Elkan memahamiku. Pria itu sungguh sabar menghadapi sikapku. Mungkin jika pria lain sudah protes atau bisa juga membatalkan pernikahan ini. "Bunda ... lihat aku dong, Aku cantik kan?" Aku tersenyum melihat putriku tercinta juga dirias bak seorang princess. Yumaina memang sangat cantik. Sebentar-sebentar gadis kecilku itu berputar di depan cermin sambil membawa seikat bunga. Dia pasti tidak paham dengan apa yang akan terjadi hari ini. Yumaina masih terlalu kecil untuk mengetahui hal-hal seperti ini. Biarlah lambat laun seir
Baca selengkapnya

Bab 200

"Ayaaah ...!" Raihan tiba-tiba saja keluar dari kamarnya dan berlari ke ruang tamu. Putraku itu ternyata juga mendengar suara yang sangat tidak asing bagi kami. Sementara kakiku terasa lemas seakan tak bertulang. Benarkah tadi itu suara Mas Yuda? "Bunda ... Ayah pulang!" pekik Yumaina seraya menjatuhkan rangkaian bunga ditangannya. Putriku itu pun berlari ke ruang tamu. Tubuhku gemetar. Mulutku terkunci. Ternyata sejak mendengar ucapan ijab kabul dan kata sah dari para saksi, aku sontak berdiri karena terkejut dengan suara yang sangat aku kenali. Bu Ratri datang menghampiriku. "Kita ke depan, Bu!" ujarnya seraya mengangguk sopan dan salah satu tangannya mempersilakan aku untuk berjalan lebih dulu.Aku yang masih shock hanya terdiam dengan berbagai pemikiran di kepalaku. Apakah benar tadi itu Mas Yuda? Bukankah kondisinya sangat lemah saat aku tinggalkan dua bulan yang lalu? Apakah dia sudah sembuh? Lalu dengan siapa dia ke sini? Astaga ... Elkan! Kemana pria itu? Apakah dia
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
171819202122
DMCA.com Protection Status