Rahma kembali bekerja tadi pagi, ia harus menjalani hari seperti biasa untuk bertahan hidup. Pekerjaan lancar dan tetap bisa mendapat gaji. Ia tidak bisa membawa serta Azka yang masih tidur, tapi jadi sedikit tenang saat Bu Ida dan Wiwin mengatakan akan bergantian menjaga putranya sementara."Maaf Mbak, tadi Azka dibawa sama mertuamu. Ibu tidak bisa menahan,” tutur Bu Ida dengan raut menyesal. Namun senyum lembut Rahma membuat wanita itu menarik napas lega. “Gak apa, Bu Ida. Sekarang saya juga belum tahu harus apa dan ke mana, biar Azka tenang dulu sama neneknya.” Rahma mengusap keringat usai bersepeda di tengah hari yang panas.“Iya, ibu pikiran logis begitu yang harus kamu pertahankan. Hadapi dulu urusan ini sampai selesai. Sana istirahat, kalau belum makan makan dulu, masih ada lauk di bawah tudung saji.” Bu Ida menganggapnya sudah seperti saudara, Rahma bahkan diminta tak segan, dan menganggap ini di rumah sendiri.“Terima kasih banyak, Bu.” Hati Rahma dipenuhi haru. Di saat or
Baca selengkapnya