Mataku membulat sempurna, meraba bibir dan mencari apa yang dikatakan oleh gadis kecil yang tidak lain adalah adik dari Hilman. Tante Rumi memukul pundak gadis kecildi depanku, dan memarahinya. Sedangkan aku, langsung berlari ke kamar mandi. Mambasuh wajahku beberapa kali dengan air dingin, agar apa yang di katakan oleh gadis itu hilang dan juga kewarasanku kembali normal. Setelah selesai, aku keluar dan langsun berpamitan pada keluarga Hilman. Meski di tahan, aku tidak ingin lama-lama bersama mereka. Lagi pula aku belum melaksanakan sholat subuh yang kesiangan. Buru-buru aku ke musala terdekat dan melaksanakan sholat, meski jam sudah menunjukkan pukul 6 lebih. prinsipku, lebih baik terlambat, dari pada tidak sama sekali. "Maafin Disha, ya. Dia memang sedikit usil," ujar seseorang, ketika aku melipat mukena yang tela kupakai. "Eh, loh, Tan," ucapku kaget. Sedangkan orang di belakangku hanya tersenyum, lagi-lagi membuatku tidak nyaman. Ada apa dengan mereka sebenarnya, kenapa jadi
Baca selengkapnya