Semua Bab Kurelakan Suamiku untuk si Pelakor Magang: Bab 51 - Bab 60

121 Bab

Bab 51

Mataku membulat sempurna, meraba bibir dan mencari apa yang dikatakan oleh gadis kecil yang tidak lain adalah adik dari Hilman. Tante Rumi memukul pundak gadis kecildi depanku, dan memarahinya. Sedangkan aku, langsung berlari ke kamar mandi. Mambasuh wajahku beberapa kali dengan air dingin, agar apa yang di katakan oleh gadis itu hilang dan juga kewarasanku kembali normal. Setelah selesai, aku keluar dan langsun berpamitan pada keluarga Hilman. Meski di tahan, aku tidak ingin lama-lama bersama mereka. Lagi pula aku belum melaksanakan sholat subuh yang kesiangan. Buru-buru aku ke musala terdekat dan melaksanakan sholat, meski jam sudah menunjukkan pukul 6 lebih. prinsipku, lebih baik terlambat, dari pada tidak sama sekali. "Maafin Disha, ya. Dia memang sedikit usil," ujar seseorang, ketika aku melipat mukena yang tela kupakai. "Eh, loh, Tan," ucapku kaget. Sedangkan orang di belakangku hanya tersenyum, lagi-lagi membuatku tidak nyaman. Ada apa dengan mereka sebenarnya, kenapa jadi
Baca selengkapnya

Bab 52

Setelah mandi dan membantu sedikit pekerjaan, aku menemui bapak. Meskipun ada keraguan, tapi aku tidak bisa menghindari ini."Pak," sapaku.Aku duduk di sampingnya, yang diam menatap ke arah mushaf yang di pegangnya. Jika sudah diam beini, aku bingung harus seperti apaa merayu bapak, pasti dia menahan amarahnya yang dipendam. Aku pun memilih diam dan menunduk, tidak ingin menambah amarah yang masih menguasai bapak."Kamu ada hubungan apa dengan Hilman?" tanya bapak, setelah beberapa saat terdiam."Tidak ada hubungan apa-apa, Pak. Seperti yang bapak ketahui, aku, Radit dan Hilman, adalah sahabat. Kenapa bapak bertanya seperti itu?" tanyaku penasaran. "Apa karena kata-kata Hilman kemarin?" tanyaku dengan serius.Bapak menatapku, tatapannya tidak menunjukkan amarah malah sebaliknya. Teduh dan menenangkan diriku yang masih lelah jiwa dan raga."Pak, Hilman berbicara seperti itu, bukan karena dia menyukaiku. Akan tetapi demi membuat Mas Attar tidak berlaku seenaknya denganku," Kugengam tan
Baca selengkapnya

Bab 53

"Apa yang ibu tanyakan!" ketus bapak. "Apa bapak belum yakin dengan Hilman?" tanya ibu. "Apa masih ingin menerima Attar?" Ibu sepertinya sedang memancing amarah bapak dengan pertanyaannya Bapak berdiri dan berjalan keluar dari kamar, menyisakan aku dan ibu yang tertawa aneh. Aku ingin mengejar bapak, tapi di tahan oleh ibu. Ibu memintaku untuk duduk di sampingnya, perlakuan ibu membuatku berdebar. Membuatku kembali mengingat masalalu, yang membuat kami berdua menangis semalaman. "Bu!" tegurku, ketika ibu mulai membelai rambutku, dan tersenyum haru. "Kamu tidak memiliki perasaan pada Hilman?" tanya ibu, sepertinya ibu juga tidak percaya dengan apa yang aku katakan. Ibu menghela napas berat dan menatapku, menangkup kedua pipiku dan tersenyum manis. Matanya mulai berembun, menandakan ada kesedihan di dalam hatinya yang belum hilang. "Bu, aku belum ingin menikah!" putusku. Rasa trauma itu hanya aku yang rasakannya, tidak mau menunjukkan pada orang-orang yang mencintaiku. Aku hanya
Baca selengkapnya

Bab 54

"Bukan ingin menyinggung Mbak Naura, tapi aku rasa Mbak Naura tahu persis bagaimana hati saat kehilangan. Tidak mungkin secepatnya membuka hati!" lirihku dengan di akhiri hembusan napas berat."Iya, Mbak tahu banget. Akan tetapi, kita beda Yumna. Mbak ditinggal selamanya, dan tidak bisa move on dari kebaikan Almarhum semasa hidupnya. Kamu harus membuka hati kamu, agar kelak Attar tidak semena-mena terhadapmu dan Aqila. Kami hanya mengawatirkanmu, tidak selamanya kami berada di sisimu. Mbak sudah punya pasangan, dan akan mengikuti ke mana pun Mas idris membawa Mbak dan anak-anak. Ibu dan kedua orang tuamu, kita tidak pernah tahu umur manusia. Radit pun kelak akan menikah, pikirkan baik-baik!" Mbak Naura menggenggam tanganku dan menepuknya pelan.Entah mengapa, pikiranku membenarkan ucapan Mbak Naura dan ibu, padahal aku sudah berjanji pada diri sendiri dan juga Aqila, meski gadis kecilku itu belum paham apa yang aku ucapkan."Aku hanya bisa jalani apa yang ada, Mbak. Saat ini, dalam pi
Baca selengkapnya

Bab 55

"Kenapa kamu mendekati bujangan, bukannya lebih cocok dengan seorang duda?" tanyanya dengan wajah serius. "Sudah ... sudah, kenapa jadi kayak gini, sih. Mutiara, ayo kita pulang, Mama kamu pasti nyariin kamu yang pergi tanpa pamit," Tante Rumi seakan-akan mengalihkan pembicaraan. Gadis itu mencebik kesal dan menghentakkan kakinya, kemudian keluar dari ruang rawat dengan menggerutu. Tante Rumi mengatakan padaku untuk menjaga Hilman sebentar, karena dia dan suaminya akan bertemu dengan orang tua Mutiara dan aku hanya bisa mengangguk pasrah. "Nak, mama tinggal dulu, ya. Kalau ada apa-apa, langsung telepon!" ujar Tante Rumi berpamitan dengan anaknya dan hanya ditanggapi dengan anggukkan kepala. "Yumna," sapa Hilman yang tersenyum padaku. Aku membalas senyumnya, "Kamu sudah bangun? Mama dan papa kamu tadi mengantar Mutiara, nanti juga balik lagi katanya." Aku duduk menjauh dari Hilman, enggan menimbulkan prasangka yang tidak-tidak. Memilih berkirim pesan dengan Mbak Naura yang kutahu
Baca selengkapnya

Bab 56

Seorang suster yang tidak memakai hijab ataupun topi perawat masuk dengan keadaan yang mengenaskan, rambut yang tergerai dan baju putih yang makin membuat auranya menakutkan. Hilman menepuk pundakku dan mengatakan, jika itu suster jaga. Aku langsung melihat ke arah suster yang dimaksud, dan benar, suster itu sedang merapihkan rambutnya dan langsun memakai topi yang biasa dikenakan para perawat. "Sus, bisa enggak sih enggak ngagetin orang! Kalau orang jantungan gimana?" Aku terpaksa menghampiri wanita manis yang masih berdiri di ambang pintu. "Tadi kepala saya ada cicaknya, Mbak. Jadi saya lepas dan gerai rambut, karena jijik!" teran suster itu, malah membuatku bergidik membayangkannya. Aku menarik napas beberapa kali dan menghembuskannya dengan perlahan, menetralkan rasa takut akan sesuatu yang tidak ada. Mungkin juga karena grogi dan kesal karena berada satu ruangan dengan Hilman, tanpa ada yang menemani. Suster itu berlalu, setelah mengecek infus yang terpasang di tangan Hilman.
Baca selengkapnya

Bab 57

"Ini seharusnya di sini, tapi para tukang memindahkan bagian ini ke sini," jawab Radit menunjuk bagian yang tidak jelas terlihat olehku dan ditanggapi serius oleh Hilman.Sepertinya itu sebuah denah dan aku yakin, itu adalah bangunan cafe yang sedang dibangun oleh mereka berdua. Radit menjelaskan secara detail, dan sesekali melirik ke arahku."Menurutmu gimana, Mbak?" tanya Radit dan aku hanya bisa mengedikkan bahu.Bagaimana mau berpendapat, aku saja tidak melihat dengan jelas itu gambar apa. Ingin berbicara, tapi sedang tidak ingin membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan Hilaman, meskipun aku sedang berada bersamanya. Hatiku masih masih tidak terima, bagaimana bisa Hilman mendapatkan hati dari semua orang dengan sangat cepat.Radit melipat kembali kertas itu dan menyimpannya di dalam tas, kemudian mendekatiku. Duduk di sampingku dan menatap dengan sangat lekat, membuatku risih."Mbak Marah denganku?" tanya Radit.Rasanya ingin kujitak kepalanyaa, karena tidak merasa bers
Baca selengkapnya

Bab 58

"Tentu saja aku!" jawab Hilman, dan matanya tetap memandangku."Kamu mau menikah dengan siapa Hilman?" tanya wanita yang baru saja datang. "Siapa wanita yang membuat kamu melupakanku? Siapa wanita yang berani mengambilmu dariku?" Sederet pertanyaan dilontarkan oleh wanita yang tidak kuketaui."Sudahlah, Rin. Siapapun yang aku pilih, bukan urusan kamu. Kita sudah sama-sama dewasa, dan kamu sudah tahu keputisanku apa!" jawab Hilman tegas, tanpa menatap wanita itu.Aku merasa berada di tengah-tengah perang dunia kedua, diam salah, ingin pergi pun salah. Aku anya bisa menunduk dan kembali fokus dengan ponselku.Wanita yang di sapa Rin oleh Hilman, masuk ke dalam dan langsung mendekati Hilman. Mungkin wanita itu belum melihatku atau memang sengaja tidak mau melihatku, aku sih enggak begitu memperdulikannya. Lagi pula, itu urusan mereka, setidaknya aku masih ada tanggung jawab di sini."Aku enggak mau putus dari kamu, mamaku sudah merestui kita. Kamu harus melamarku, Hilman," ujar wanita it
Baca selengkapnya

Bab 59

Rasa kesalku berpindah pada lelaki berpakaian serba hijau ini, di tambah dengan wajahnya yang datar dan mengesalkan."Dasar cewek gila!" makinya."Dasar cowok aneh!" balasku, dan aku meletakkan kertas yang kupungut ke tangannya dengan kasar.Aku berdiri dan segera berlalu dari yang masih memungut sisa kertas yang bertebaran, tadinya aku ingin membantunya hingga selesai, tapi mulutnya terlalu pedas untuk seorang dokter. Ya, aku tahu dia seorang dokter dari pakaian yang dia kenakan."Yumna, kamu mau ke mana?" tanya Tante Rumi, yang baru datang.Apes sekali diriku, yang ingin menjauh dari Hilman, malah mendapatkan kejadian tidak menyenangkan dua kali. Ditambah harus kembali bertemu dengan mamanya Hilman, aku memilih tenggelam ke dalam dasar bumi untuk saat ini."Aku mau beli minuman dan cemilan, Tan," jawabku bohong."Ini Tante sudah bawain, tadi tante baru ingat. Jadi Tante buru-buru ke sini," ujarnya membuatku menghela napas panjang.Tante Rumi kembali menarik tanganku dan mengajakku u
Baca selengkapnya

Bab 60

"Apa kamu yakin?" tanya bapak dengan raut wajah yang tidak percaya dan aku hanya mengangguk saja. Kemudian berlalu dari depan bapak, untuk menemui Aqila. Aku tidak menceritakan tentang bagaimana kondisiku di sana dan apa saja yang terjadi, tidak ingin kembali dicap sebagai pelakor dan tidak ingin membebani pikiran bapak saat ini. Aqila sepertinya sedang rindu padaku, karena dia sangat manja dan tidak mau lepas dari pelukanku. Atau mungkin dia merasakan hatiku yang sedang gundah. Aku tidak memiliki perasaan lebih pada Hilman, hanya saja tidak menyukai kondisi ini. Keadaan yang membuat kami harus dalam situasi yang sangat sulit. "Yumna, boleh ibu masuk," ujar ibu lirih. "Sini, Bu. Aqila sepertinya sedang merindukanku yang beberapa hari ini sangat sibuk," ucapku sebelum ibu menanyakan hal yang membuatku pusing. "Bagaimana usaha kamu?" tanya ibu. "Semua aku serahkan ke Radit, Bu. Biar dia yang mengelola sepenuhnya, untuk urusan cafe. Saat ini, Yumna fokus di usaha yang lain." Aku mem
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
13
DMCA.com Protection Status