Semua Bab Istri yang Terpaksa Kau Nikahi: Bab 131 - Bab 140

286 Bab

BAB 131 — JANGAN TERLALU PERCAYA, RA!

Serra membentangkan baju bayi bergambar jerapah dengan kedua tangannya. Kedua sudut bibirnya terangkat membayangkan betapa lucunya jika ada seorang bayi yang mengenakan baju ini. Namun, sesaat kemudian yang muncul dalam hati hanyalah tusukan jarum yang terulang puluhan kali. Kumpulan rasa bersalah yang sejak kemarin diredam olehnya kembali muncul ke permukaan.Tidak bisa ia tepiskan sebuah fakta yang tersaji dihadapannya saat ini, bahwa tidak ada bayi yang mengenakan tumpukan baju-baju bayi di ruangan ini.Wanita yang tengah mengenakan baju berwarna merah muda itu lantas membuang napas pelan, berusaha menyurut genangan air yang mulai berhimpun di pelupuk mata. Selanjutnya Serra melipat baju berbahan baby terry itu menjadi lebih kecil. Ditumpuknya baju itu pada sebuah lemari khusus. Semua baju yang tergelar di hadapannya ini adalah pilihan Gamma. Entah berapa kodi baju yang dibeli oleh suaminya, tetapi lemari yang disiapkan untuk menyimpan baju putranya itu penuh, bahkan tak cukup sek
Baca selengkapnya

BAB 132 – SEBUKET MAWAR PUTIH

“Gamma, maaf aku kesiangan hari ini, jadi aku hanya memasak nasi goreng saja.” Serra menyajikan sepiring menu sarapan di atas meja. Lebih tepatnya di hadapan Gamma yang baru saja datang. Suaminya itu sedang sibuk mengenakan jam tangannya. Kemudian duduk di sebuah kursi di samping Serra yang sedang berdiri kegerahan. Wanita itu mengibaskan-ngibaskan tangan, lalu mengambil sebuah tisu dari sebuah box berwarna ungu dan menyeka butiran keringat yang mengalir di wajahnya. Penampakan dapur pagi ini tak seperti biasanya. Beberapa bahan makanan berserakan di atas cabinet dapur, pan penggorengan, pisau dan beberapa alat memasak masih teronggok kotor di sana. Serra memang belum sempat membereskannya. Jangankan mencuci, memasak nasi goreng saja ia hampir tak memiliki waktu. Terlebih, ia hanya sendiri sekarang. Bi Sumi sudah kembali ke rumah ibu mertuanya beberapa hari yang lalu. Serra yang memintanya sebab Sudah dua bulan lamanya asisten rumah tangga kepercayaan keluarga Pranadipta itu tingga
Baca selengkapnya

BAB 133 — JANGAN GEGABAH!

“Sayang? Apa yang kau bawa itu?” Gamma mengernyitkan dahi kala sang istri datang membawa sebuah buket bunga mawar putih. Tidak peduli dengan bunga itu, tetapi yang menjadi masalah adalah perubahan raut wajah Serra. Terlihat Lesu dan sebuah bongkahan kaca pada kedua bola matanya. Apa yang terjadi dengannya? Tidak tahu. Pria bertubuh kekar itu belum menemukan jawabannya. Sepengetahuan Gamma, ia meninggalkan Serra hanya untuk menerima panggilan dari William sebentar. Pun Serra tadi sedang asik membereskan dapurnya. Memang sih, tadi saat berbincang dengan adiknya, Gamma sempat mendengar sebuah suara bel yang berdering. “Ra?” tegur Gamma kepada Serra yang masih bungkam seribu Bahasa. Serra hanya menoleh sebentar ke arahnya. Setelahnya terdengar sebuah helaan napas. “Bunga untukmu,” jawab wanita itu singkat, jelas, dan padat. Tangannya terulur lalu memberikan buketan bunga itu kepada Gamma membuat tekukan pada dahinya semakin dalam. “Untukku?” beo lelaki itu dengan perasaan bingung yan
Baca selengkapnya

BAB 134 — SEBUAH EMOSI YANG LEPAS KENDALI

“Apa katamu? Bagaimana bisa? Bertahun-tahun aku berhubungan dengan wanita sialan itu, tapi aku tidak pernah melihat dan mendengar nama Bian sama sekali!” Gamma membuat punggunggnya lebih berjarak dengan kursi. Kedua matanya sudah memicing tajam ke arah William, meminta penjelasan yang sejelas-jelasnya. Tangannya lalu terulur mengembalikan sebuah benda pipih dengan layar menyala itu kepada pemiliknya. William menganggukkan kepalanya pelan. Lelaki itu menerima ponsel yang dikembalikan oleh Gamma kemudian meletakkan di atas meja. Setelahnya ia mencerup kembali kopi hitam miliknya. “Jelas kau tak melihatnya karena dia ada di penjara karena kasus obat terlarang! Dia baru keluar beberapa hari setelah kau memutuskan hubungan dengan Rossa. Aku juga baru tahu itu, kau harus berhati-hati, Gam. Aku yakin, mereka pasti akan terus mengincar Serra saat ini.” “Aku harus mengatur rencana kalau begitu. Di kejadian lalu, kita masih beruntung karena Serra masih bisa bertahan, tapi bagaimana dengan ren
Baca selengkapnya

BAB 135 — BUKAN KARENA ITU

Helaan napas panjang telah keluar dari bibir Gamma kala menginjakkan kaki di lantai ruang tamu rumahnya. Akhirnya setelah siang yang begitu berat dan panjang sudah ia lalui. Laki-laki itu cukup beruntung Rapat dengan beberapa manager proyek petang ini bisa segera berakhir dengan begitu damai. Tidak terbayang bagaimana kalutnya Gamma jika rapat itu hanya mengundang amarahnya kembali. Baiklah, lupakan pekerjaan itu. Saat ini yang ada dalam pikiran Gamma hanyalah Serra. Arloji yang melingkar pada tangan kirinya menunjukkan pukul delapan malam. Ia bermain tebak-tebakkan dengan batinnya sendiri, apakah istrinya itu sudah terlelap? Ah, Bukan. Itu tak penting. Maksudnya, apakah ia baik-baik saja? Sejak tadi siang fokus terbelah menjadi dua. Pekerjaan di kantor dan juga Serra di rumah. Semoga malam ini tidak ada pertengkaran. Doa itu terus ia rapalkan dalam hati, berharap sang pencipta mengabulkannya. Semoga saja begitu. Sampai pada akhirnya ia tiba di ruang tengah. Lampu ruangan ini me
Baca selengkapnya

BAB 136 — INVOICE MENCURIGAKAN

“Sudah larut, Gam. Kau masih tak ingin pulang juga?” tanya William seraya memberikan segelas air mineral kepada Gamma yang sedang menghibur diri dengan sebotol vodka. Pria yang tengah mengenakan piyama berwarna hitam itu tidak menghitung berapa sloki cairan beralkohol yang diteguk kakaknya. Namun, ia melihat dengan jelas sebotol vodka yang ada di meja bundar miliknya itu sudah hampir tandas. “Aku menginap.” Sebuah jawaban singkat keluar dari bibir Gamma. Pria itu duduk bersandar pada kursi seraya memejamkan matanya. Satu tangannya menyangga dahi dan satu tangan lainnya memegang gelas sloki berisi cairan bening. Kening pria itu berkerut dalam, wajahnya muram, dan rambutnya sudah berantakan. Baru tadi siang, William menceramahinya untuk mengendalikan diri dan ia berharap Gamma akan mengingatnya baik-baik. Akan tetapi, sepertinya pesan itu bagai masuk telinga kanan lalu keluar telinga kiri. Malam ini saat baru saja merebahkan diri, ia dikejutkan dengan kedatangan Gamma di rumahnya, la
Baca selengkapnya

BAB 137 — YANG TERPENTING BAGIKU ADALAH KAU!

Serra termenung melihat bayangan dirinya di cermin. Kedua tangannya berpegangan pada cabinet berbahan marmer. Entah sudah berapa jam ia menumpahkan air mata, yang jelas sekarang ini ia merasa kelopak matanya lebih berat dari biasanya. Dadanya sesak dan kepala terasa pening. Wanita itu baru saja mencuci wajahnya dengan air hangat. Ia berharap suhu ruam kuku yang membasahi bisa meredakan rasa perih pada matanya. Beberapa kali wanita itu mengatur napas dengan mulut agar pergantian karbondioksida itu meredakan rasa sesaknya. Setelah merasa baik, istri Gamma Pranadipta itu beranjak menuju kamar tidur. jam beker pada nakas sudah menunjukan pukul lima subuh. Itu artinya, matahari sudah hampir menjulang tinggi, tetapi suaminya belum juga menampakkan diri. Apakah pria itu sudah tidur dengan baik? Atau justru malah sama sepertinya tak bisa memejamkan mata hingga pagi? Helaan napas panjang diloloskan wanita itu. Semua pikiran negative yang menjauh kini menyerangnya kembali bersamaan dengan r
Baca selengkapnya

BAB 138 — SEBAIKNYA, PIKIRKAN LAGI!

Siang ini Gamma tersentak dari alam mimpi karena sebuah suara yang meraung keras di sebelahnya. Ia mendesis, menyentuh keningnya. Kedua kelopak matanya masih terasa sangat berat bagai menahan kiloan beban. Badannya terasa linu dan jerih. Setelah berhasil menetralkan rasa nyeri, Gamma mengusap wajahnya. Sedikit menguap akibat kantuk yang masih hinggap. Akhirnya kedua mata itu bisa terbuka lebar. Satu hal yang tertangkap penglihatan adalah Serra yang masih bergelung nyaman pada selimut yang ia gunakan. Tubuh wanita itu meringkuk menggunakan lengan berototnya sebagai alas kepala. Sejenak pria itu termenung, menghela napas panjang ke dasar diafragma. Kepalanya mereka ulang kembali peristiwa yang terjadi sebelum akhirnya menghantarkan sepasang suami istri ini lelap. Mengabaikan jeritan ponsel yang berangsur lenyap. Entah siapa duluan yang tidur, pria itu tidak ingat. Satu hal yang ia sadari adalah mereka baru istirahat beberapa jam setelah pertengkaran itu terjadi. Ponsel yang ada di sa
Baca selengkapnya

BAB 139 — SUAMI NAKAL!

“Aku sudah siapkan bajumu.” Serra menghampiri suaminya yang sedang sibuk mengenakan pengharum badan. Baru beberapa semprot saja Aroma maskulin dari botol berwarna ungu sudah menguar di segala penjuru ruangan. Begitu pekat, hingga membuat Serra harus menekuk dahi dan mengusap hidungnya yang terasa geli berulang kali. Entahlah, setiap kali Gamma menggunakan parfume, reaksinya selalu begitu. Anehnya, meski menggelitik bulu hidungnya, nyatanya tidak bisa ia pungkiri jika bau wangi itu selalu ia rindukan. Lucu memang. Ada yang begitu? Jika iya, maka kalian sama dengan Serra. Wanita itu membawa dua sweater rajut model serupa dengan warna yang berbeda. Tangan kirinya membawa sweater biru dongker, sementara tangan kanannya membawa sweater serupa berwarna cream. Berbeda dengan istrinya, Gamma tidak terganggu sama sekali, menikmati dinginnya alcohol yang menyentuh kulitnya. Bahkan menyemprotkan kembali di bagian yang sama kemudian meletakkan botol parfumenya di atas meja rias istrinya. Pri
Baca selengkapnya

BAB 140 — KENAPA TIDAK MEMBERITAHUKU?

Pukul 19.30 WIB di ruang Lotus Private Room, Rich Hotel. “Ada masalah apa di kantor?” Sebuah pertanyaan dilemparkan Romana. Seolah menyidang dua putranya yang tengah menikmati daging wagyu. Nadanya terdengar begitu pelan bahkan terkesan biasa saja tanpa penekanan, tetapi sorot matanya begitu tajam kepada Gamma dan William. Wanita paruh baya itu sendiri sedang menuang wine ke dalam gelas goblet berwarna emas. Gelas khusus yang diminta untuknya. “Tidak ada masalah, Bu. Semua laporan dariku dan Gamma sudah kuberikan pada ibu dua hari yang lalu,” jawab William membuka suara menatap ibunya sekilas kemudian berkutat kembali dengan dagingnya. Mendengar jawaban itu, Romana menganguk mengiakan pernyataan William. Memang beberapa hari yang lalu, William sudah memberikan banyak laporan mulai dari profit hingga dividen saham yang telah dibagikan ke pemegang saham padanya. Namun, bukan itu maksud pertanyaannya. “Aku tahu.” Wanita yang berusia hampir enam puluh tahun itu meletakan botol wine ya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1213141516
...
29
DMCA.com Protection Status