Semua Bab PELAYAN RESTORAN ITU, ISTRI BOS: Bab 181 - Bab 190

229 Bab

S2 033 - Dilema

Di hari berbeda, Ayasya duduk di hadapan Wisang, dipisahkan oleh sebuah meja petak. Mereka hanya berdua dalam ruangan.Bos pemilik restoran makin sering mengunjungi restoran pusat.Sedari tadi Ayasya menunduk, Wisang melempar sorot tajam. Perempuan itu belum mengerti maksud Wisang memanggilnya."Saya dengar kamu ada masalah dengan pelanggan?"Ayasya mengulang memori yang dituduhkan oleh Wisang. Namun, ia tidak menemukan ingatan seperti yang dilontarkan."Maaf, Pak. Seingat saya tidak ada masalah dengan pelanggan," ucap Ayasya hati-hati.Wisang berdiri dari bangkunya, ia berjalan ke arah belakang punggungnya Ayasya."Kamu kenal Milen?"Ayasya tersentak, ia yakin Milen telah menceritakan ketidaksengajaan di toilet."Saat itu hanya insiden kecil, Pak, saya menyenggol lengan Ibu Milen," sahutnya, bola mata Ayasya mengerling sebagai bentuk antisipasi terhadap Wisang yang berada di belakang badannya.Wisang diam saja, ia kembali duduk di bangku."Saya ada tawaran untuk kamu, gaji kamu tiga
Baca selengkapnya

S2 034 - Tidak Sengaja Bertemu

Ayasya mengambil penerbangan Surabaya ke Jakarta pagi hari, ia tidak perlu singgah ke restoran untuk izin. Semua telah disiapkan oleh Wulan.Resepsionis menerima banyak tamu, Ayasya perlu mengantri karena hotel bintang empat tempatnya menginap sedang menggelar banyak acara dari berbagai lembaga, termasuk acara pengusaha kuliner yang bekerja sama dengan perhotelan dan mall.Memasuki ruang acara, Mendadak Ayasya dirundung rasa rendah diri lantaran semua peserta adalah pemilik restoran langsung, kecuali dirinya hanya seorang karyawan.Saat pertemuan jeda istirahat, pengusaha saling bercengkrama satu dengan lainnya, kecuali Ayasya. Perempuan itu hanya semangat mengikuti materi mengenai aplikasi digital yang memudahkan pengusaha kuliner mengelola usaha restoran.Ayasya sibuk menikmati makanan kecil yang berderet di meja prasmanan. Bila ada yang mendekati, ia hanya tersenyum lalu menjauh. Ayasya tidak ingin ditanya-tanya mengenai usaha restoran milik Wisang. Wulan pun tidak meninggalkan tug
Baca selengkapnya

S2 035 - Sengit

Xaba memarkir kendaraan di pinggir jalan. ia mengurungkan niat membawa Ayasya ke apartemen miliknya.Sebagai orang yang diajak pergi untuk ngobrol, Xaba diam saja sepanjang jalan, sementara Ayasya bingung memulai pembicaraan dari sisi mana.Menunggu beberapa waktu tanpa suara dari Ayasya, Xaba mulai tidak sabar, duduknya gelisah menatap keluar jendela."Sampai pagi mau begini?" tanya Xaba sembari menggenggam kemudi, ia enggan menoleh pada Ayasya. Ayasya gelagapan, ingin sekali menceritakan bagaimana aslinya Milen pada Xaba. Hanya itu yang ingin disampaikannya. Namun, rasa ragu akankah Xaba memercayainya nanti, malah menyerang batin."Apa kabar ibu dan bapak, Mas?"Setelahnya, Ayasya membuang napas kasar tanpa mengeluarkan suara dengkusan, ia sampai-sampai bimbang melontarkan kalimat.Xaba mengernyit, ia teringat pembicaraan bersama papanya tadi."Bukannya bertemu papa? Tapi kamu menghindar," tuduh Xaba, pria itu masih saja enggan menatap teman bicaranya. "Sekarang menanyakan kabar?"
Baca selengkapnya

S2 036 - Lagi dan lagi

Sekuat apa pun Xaba menghindari Ayasya, alam semesta seolah-olah tidak merestui niat hatinya. Udara seakan-akan mengejek tekad bulat Xaba, tetapi elastis.Melirik arloji mahalnya, Xaba bosan menunggu Ayasya yang tak kunjung muncul di lobby apartemen, padahal Xaba harus syuting dua jam lagi ke arah Tangerang."Mas, maaf ya, saya telat dari janji," ucap Ayasya dengan nafas terengah-engah. Ia berlari dari taksi yang tengah antri untuk menurunkan penumpang. Membawa serta koper, Ayasya menggiring dengan langkah besar dan cepat menuju tempat Xaba duduk."Aku masih harus syuting. Itu paper bag kamu," ujar Xaba menggerakkan kepala menunjuk ke arah meja."Terima kasih, Mas." Sekedar mengangguk, begitulah respon Xaba.Pria itu tidak ingin repot-repot menanyakan alasan mengapa Ayasya terlambat. Xaba pergi begitu saja menuju parkiran khusus yang disewanya.Paras Ayasya menjadi muram, ia merasa Xaba berubah drastis. Namun, Ayasya tidak mungkin menegur sikap Xaba dengan alasan membuat Ayasya sedih.
Baca selengkapnya

S2 037 - Ganjil

Sesampainya di Jakarta sore hari, Milen dijemput oleh Candra. Ia langsung menuju apartemen tempat Xaba tinggal.Dengan kartu akses dan nomor pin yang ia miliki, Milen bisa masuk leluasa. Sementara, Candra kembali ke lokasi syuting."Milen aku antar ke apartemen," lapor Candra di sela rehat syuting."Oke," sahut Xaba."Hanya ingin mengingatkan, jaga diri Xaba, jangan berhubungan terlalu jauh dengan Milen."Kening Xaba mengernyit, tidak paham maksud Candra mengatakan demikian. Selama ini, Candra mendukung hubungan mereka."Maksudnya?"Candra menggaruk tengkuknya. "Ya, kalian berdua makin lengket, tapi belum terikat pernikahan," ingat Candra."Mau bicara moralitas?" kekeh Xaba sambil menepuk pundak sahabatnya."Terserah namanya apa. Hanya mengingatkan, masa depan masih panjang." Candra melipir ke tempat lain lantaran Xaba telah dipanggil untuk kembali beradegan.Malam hampir larut, Xaba kembali pulang ke apartemen."Kamu sudah pulang?" Milen menyambut dengan langsung memeluk Xaba."Ya, h
Baca selengkapnya

S2 038 - Kebohongan Elang

"Gawat Om, Xaba mendapati nota pembelian barang-barang mewah dari Om." Milen segera menelepon Wisang saat ia berada di parkiran apartemen. Nada panik membuat Wisang mengernyitkan kening. "Paper bag tertinggal di apartemennya," sesal Milen."Masalahnya apa? Nama pemilik barang-barang itu kamu.""Dia menanyakan apakah aku dari Surabaya, sepertinya ia tahu dari nota pembelian, Om."Wisang terdiam di seberang telepon. Dalam alam pikirnya, ia tidak ingin Xaba mengetahui dirinya sebelum balas dendamnya terpenuhi.Helaan napas panjang menandakan Wisang telah berpikir panjang. "Kamu harus lebih cerdas mencari jawaban, Milen. Tidak perlu panik sebab dia bisa curiga. Seharusnya katakan, kalau perhiasan itu barang yang dikirim oleh temanmu dari Surabaya.""Tapi, atas namanya aku, Om."Wisang mendengkus. "Jangan teledor dengan barang-barang kamu. Om tidak mau rencana ini gagal di tengah jalan!"Lantaran rasa kesal menyerang Wisang, ia mematikan panggilan secara sepihak.Pria itu menarik napas pan
Baca selengkapnya

S2 039 - Dipecat!?

Ayasya tiba di kos dengan perasaan gundah. Usai Elang mengungkapkan perasaan di cafe biasa mereka bertemu, bukannya merasa senang, Ayasya memikirkan bagaimana hubungannya dengan Wulan yang telah menerima bekerja di restoran milik keluarganya."Mas Elang memang baik, tapi memberi harapan palsu buat Mbak Wulan tidak bisa dibenarkan."Ponsel Ayasya berbunyi di atas nakas samping ranjang. Ada notifikasi pesan dari Wulan.[Ayas, besok temui saya pagi di ruangan.]Hembusan napas Ayasya menandakan kegelisahan yang mulai nyata. Kehilangan pekerjaan? Itu lagi dan lagi masalah yang mendera.Membasuh tubuh menjadi pilihan Ayasya malam ini untuk melepas penat, ia merasa lelah dikelilingi orang-orang problematik. Sementara itu, Ayasya hanya ingin ketenangan dalam menjalani hidup.Keesokan hari, Ayasya bangun dengan harapan yang menyusut mengenai pekerjaannya. Pembicaraan bersama Elang semalam membuat semangat paginya melorot drastis.Usai berbenah, Ayasya berangkat menuju restoran tempatnya bekerja
Baca selengkapnya

S2 040 - Penculikan

Ayasya terbangun dengan rasa pening hebat di kepala. Ia meringkuk di lembaran karpet dalam sebuah ruangan remang-remang. Sontak Ayasya memundurkan tubuh hingga punggung membentur dinding. Berkelebat dalam pikiran memgenai peristiwa ia dihadang orang di depan kos.'Dimana ini?' pikirnya dengan degup jantung mengencang. Mengamati ke sekeliling, Ayasya yakin kalau ia sendirian di dalam ruangan dengan bangunan dan ornamen megah.Diculik.Kata itu hinggap di otak sampai membuat tubuh Ayasya gemetar ketakutan. Ia merapal banyak doa agar tidak menjadi korban kejahatan.Ayasya mendengar bunyi langkah kaki dari luar ruangan, ia kembali ke tempat semula lalu berpura-pura meringkuk seperti tadi."Dia masih pingsan, Bos bilang tidak usah dibangunkan sampai pwrempuan itu bangun sendiri.""Tapi, coba periksa, jangan-jangan sudah tidak bernapas. Posisinya dari tadi tidak berubah," sanggah temannya memperhatikan letak Ayasya. Mereka seperti berpikir lantaran tidak terdengar suara apa pun. Bunyi hen
Baca selengkapnya

S2 041 - Ayasya Memutuskan

Pagi hari di akhir pekan, Ayasya terbangun dalam keadaan terpaksa. Telah tiga hari ia tidak melakukan apa pun semenjak dipecat. Hanya mengurung diri di dalam kamar. Nafsu makannya turun, sehari hanya dua kali mencukupi kebutuhan nutrisi. Semalam sebuah notifikasi pesan kaleng masuk ke ponselnya menanyakan tugasnya kapan dikerjakan disertai ancaman.Menjadi duri dalam daging. Begitulah Ayasya menyebut perintah Wisang yang seenaknya menggunakan kuasa untuk menjeratnya dalam tugas kotor. Ingin Ayasya melaporkannya pada pihak berwajib, akan tetapi, siapa yang akan percaya pada peristiwa penculikan dirinya bila ia pulang dalam keadaan baik-baik saja?Persis semalam juga, ia meminta rekaman di sekitar kos, sayangnya pemilik kos mengungkapkan kalau alat rekam sedang rusak saat itu. Betapa malang nasib Ayasya. Helaan napas panjang menandakan Ayasya tidak mampu berbuat apa-apa selain mengutuki Wisang mantan bos besar yang melampiaskan dendam menggunakan dirinya.Dalam balutan busana rapi, A
Baca selengkapnya

S2 042 - Bertunangan

Mengherankan buat Xaba lantaran Ayasya menginap di rumah orang tuanya malam ini. Kamar Ayasya memang masih dibiarkan kosong oleh Batari, tetapi Xaba menilai terlalu mudah Ayasya mengubah keputusan."Kamu kembali ke rumah ini?" Xaba terus terang dengan pertanyaannya. Ayasya terkesiap mendengar suara dari arah punggung. Perempuan itu tadi ke dapur untuk mengambil segelas air, kerongkongannya terasa kering usai mimpi buruk menyerang di saat tidur."Eh, Mas Xaba," sapa Ayasya, ia tidak mampu menatap pupil Xaba karena ada beban dalam hati yang tidak terucap."Ibu meminta untuk menginap di sini supaya besok pagi tidak terlambat mengikuti...." Suara Ayasya tersendat. "acara tunangan Mas Xaba dan Mbak Milen," ucapnya berhasil mengungkapkan usai menarik napas panjang."Oh...." Xaba mengangguk sambil berdiri tegak dengan kedua tangan di pinggang. "Apa tujuan kamu sebenarnya kembali ke rumah? Bukan hanya untuk mengikuti acara tunangan besok, 'kan?" tanya Xaba sampai melahirkan kegelisahan dal
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1718192021
...
23
DMCA.com Protection Status