Semua Bab PELAYAN RESTORAN ITU, ISTRI BOS: Bab 91 - Bab 100

229 Bab

091

Xabier gelisah seharian, sampai-sampai terbawa ke rumah. Muncul rasa enggan untuk menemui ibunya, keterkejutanlah yang membuat Xabier merasa demikian. Dia tidak menyangka Andalaska senekat itu bekerja sama dengan Wisang untuk memisahkannya dari Batari. Sebelumnya, Xabier bahkan meminta pada ibunya agar pilihannya mempertahankan rumah tangga dihargai sebab ia tak ingin Xaba dari kecil memiliki keluarga yang tidak sempurna.Sambil memegangi ponselnya, Xabier berjalan bolak balik di taman belakang rumahnya. Rasa gundah memenuhi dirinya antara menghubungi ibunya meminta penjelasan atau meneruskan kasus hukum yang pasti akan menyeret Andalaska. Batari memang sepenting apa? bisik hatinya yang diam-diam mengambil kesempatan mempertanyakan kemurnian alasan Xabier. Untuk Xaba atau Batari? Hatinya mencemooh Xabier. Rahang Xabier mengetat kuat, ia ingin melampiaskan amarah, tetapi ia hanya sendiri di sana."Rumit sekali," lirih Xabier lalu menghempas tubuhnya ke bangku taman. Xabier hanya dit
Baca selengkapnya

092

"Untuk apa Mama bekerjasama dengan Wisang? Batari dan anaknya hampir celaka saat itu."Pagi ini Xabier memutuskan mengunjungi rumah mamanya, setelah tarik ulur keputusan. Andalaska dan Xinda tengah asyik menikmati sarapan sewaktu pertanyaan itu dilontarkan oleh Xabier. "Astaga, kamu datang, Nak. Mari duduk makan sama mama dan adikmu." Andalaska berdiri lalu menarik satu kursi yang paling dekat dengan dirinya."Maaf, Ma. Aku datang kemari bukan untuk makan."Gerak Andalaska terhenti di udara begitu mendengar penolakan ketus putra pertamanya. Xinda hanya diam menilai situasi yang sepertinya sedang tidak baik-baik saja.Andalaska kembali duduk ke bangkunya, ia mencicipi potongan roti kesukaannya. Sementara itu, Xabier tetap setia berdiri dan menunggu jawaban dari mamanya."Kakak, duduk dulu kalaupun tidak mau makan." Akhirnya Xinda angkat bicara di sela ketegangan pagi yang sedikit mendung di luar.Xabier bersedia mengikuti arahan adiknya, ia memilih bangku yang paling jauh dari Andalas
Baca selengkapnya

093

Hari ini tepat dua bulan usia Xaba, Batari sudah mulai tidak membedongnya sepanjang hari. Tangan dan kakinya bergerak-gerak bebas. Batari senang melihat tumbuh kembang putranya."Bu Tari." Terdengar panggilan dan ketukan pintu kamar Batari.Batari meninggalkan putranya untuk membuka pintu."Ada apa?""Bu, ada tamu datang untuk menemui Ibu. Namanya Xinda, Bu," lapor Sri lalu meninggalkan Batari."Untuk apa mbak Xinda datang ke sini?" ujar Batari pada dirinya sendiri.Berhubung Xaba tidak tidur, Batari memutuskan membawanya untuk menemui Xinda di ruang tamu."Mbak Xinda sudah lama datang?" tanya Batari sembari menggendong Xaba."Tidak lama, Kak." Xinda berdiri. Wajahnya semula datar berubah senang tatkala melihat Xaba dalam pelukan Batari.Mereka duduk dan berdiam dengan fokus melihat Xaba yang bergerak-gerak."Ada apa mbak datang kemari?" Batari memberanikan diri menanyakan keperluan Xinda yang mendadak mengunjungi dirinya.Tatapan Xinda pada Xaba beralih pada Batari, teringat pada tuju
Baca selengkapnya

094

"Sedang membaca majalah, Pak." Batari sedikit gugup menanggapi pertanyaan Xabier. Ia mengangkat sebuah bahan bacaan untuk membuktikan kalau tadi memang sedang membaca.Batari menerka apakah Xabier akan mengatakan sesuatu padanya terkait Andalaska sebab hampir tidak pernah suaminya menghampiri keberadaannya bila sedang sendirian."Aku ingin bicara sesuatu."Benar saja pikiran Batari, ia langsung meletakkan majalah kembali ke raknya. Batari memposisikan duduk dengan baik untuk siap berdiskusi mengenai Andalaska."Bapak ingin bicara tentang apa?" Batari sebenarnya telah mengerti topik yang akan dibicarakan, tetapi dia memilih pura-pura tidak mengerti."Usia Xaba sudah dua bulan, sebagai karyawan seharusnya kamu sudah bisa kembali bekerja."Batari terhenyak.Dugaannya salah besar, ternyata Xabier tidak sedang membicarakan tentang mamanya. Pikiran Batari jadi kosong sebab topik yang diangkat Xabier lupa dipikirkan selama ini."Apa... apa... kita harus membicarakan hal itu malam ini, Pak?"
Baca selengkapnya

095

Ruang keluarga mendadak hening. Tidak ada pergerakan dari pasangan suami istri yang baru saja membicarakan tentang pekerjaan.Entah apa yang mendorong Batari menyeret pembicaraan yang hampir selesai pada persoalan perasaan. Xabier pun membeku di posisinya.Bila saja detak jantung bisa terdengar, mungkin keduanya sedang berlomba siapa yang paling kencang berdegup. Untungnya tak seorang pun tahu selain diri mereka sendiri.Xabier membalik tubuhnya, berjalan perlahan menuju Batari yang mengerjap panik.Salah bicara, rutuk Batari dalam hati.Batari memundurkan tubuhnya, hingga betisnya menyentuh bangku lalu terduduk di sana."Apa yang kamu katakan, coba diulangi," pinta Xabier yang menjulang di hadapan Batari. Batari terkekeh, "Saya tadi hanya spontan, Pak. Tidak benar-benar bertanya," kilah Batari gugup mencoba bercanda."Tidak minta penjelasan, coba diulangi kalimat tadi."Batari merasa tidak mungkin mengulanginya lagi lantaran terlalu berani melontarkan kalimat seperti itu, meskipun di
Baca selengkapnya

096

Batari terbangun dengan lintasan tangis Xaba dalam mimpinya. Ia baru teringat kalau menjadwalkan Xaba menyusui sekali empat jam.Saat terbangun, Batari tersadar bukan di kamarnya melainkan bersama Xabier yang sedang telungkup nyenyak. Rasa malu menjalar di sekujur tubuhnya, ia teringat kalau telah membaur dengan Xabier setelah suaminya mengungkapkan perasaan terdalamnya.Batari memandangi suaminya dengan ulas senyum manis. Hatinya menghangat, kini telah menjadi istri yang diinginkan oleh suami. Harapan hampir pupus, tetapi begitulah suasana hati bisa dibolak-balik.Tidak bisa berpikir terlalu lama mengingat ada sosok kecil yang juga membutuhkan sentuhan darinya. Buru-buru Batari berpakaian kembali lalu meninggalkan kamar suaminya. Di sana, Batari melihat Xaba masih terlelap, seakan memberi kesempatan bagi ayah dan ibunya, pikir Batari.Kesempatan ini digunakan Batari untuk membersihkan dirinya lantaran kapan saja Xaba bisa terbangun. Saat dirinya keluar, Xaba menangis terbangun ingin
Baca selengkapnya

097

Kelegaan mengisi hati Batari, ternyata Xaba berada dalam gendongan papanya yang telah rapi. "Saya kaget Xaba tidak ada di tempat tidurnya," ucap Batari sembari mengelus pipi putranya."Tidur kamu pulas banget, jadi aku tidak ganggu." Xabier menyerahkan Xaba pada istrinya. "Aku pergi dulu, ada kunjungan cabang pagi ini.""Apa bapak sudah sarapan?""Sudah, cukup roti dan kopi di pagi ini. Nanti di sana akan lanjut menikmati menu terbaru dari koki resto."Xabier lantas mengecup kening Batari yang langsung mengerjap-ngerjap mendapat perlakuan manis di pagi hari dari suaminya lalu berlanjut ke Xaba. "Papa pergi kerja dulu ya, Jagoan.""Hati-hati ya, Pak."Xabier menoleh pada istrinya dengan ulas senyum yang tak kalah bagus. "Masih mau panggil suami dengan sebutan Bapak dan Pak?""Memangnya mau dipanggil apa?"Xabier pura-pura berpikir. "Mungkin bisa sayang, cinta, hubby," ujarnya sambil melirik Batari yang tampak meringis."Tapi tidak apa-apa juga kalau mau panggil Pak karena faktanya suda
Baca selengkapnya

098

Pagi usai Xabier ke restoran, Batari dihubungi oleh Ningsih. Ibu dari Wisang ingin bertandang ke rumah Batari.Di sinilah mereka kini, duduk berhadapan saling berdiaman. Batari tadinya banyak bertanya, hanya saja respon Ningsih pendek dan datar. Suasana tegang dirasakan Batari."Jadi, bagaimana? Apa kami tidak bisa lagi minta bantuan pada kamu? Kejadian itu membuat kamu sangat membenci Wisang?"Batari gelagapan menjawab, tidak menyangka kalau penuturan Ningsih begitu tajam dan menohok. Selama ini Ningsih sangat lembut padanya, Batari merasakan kasih sayang, tetapi kini dia merasa seperti dimusuhi."Sa--.""Permintaan Ibu hanya satu, tolong bebaskan Wisang. Kami tidak akan mengganggu hidup kamu lagi, bila perlu usai kasus ini, anggap kita tidak pernah saling mengenal."Pahit rasa hati Batari mendengar hal itu, dia ingin sekali melepaskan Wisang, hanya saja meminta pembebasan Wisang pada Xabier akan membuat relasi yang baru saja membaik berubah rusak dan bisa berakhir buruk.Batari mene
Baca selengkapnya

099

Paras Batari sumringah usai Xabier berjanji mengabulkan permintaannya untuk laporan kasus terhadap Wisang dicabut. Batari tidak menaruh dendam apapun pada mereka yang menjahatinya.Pada perjalanannya, Batari merasa menjadi pemenang atas hati suaminya. Tidak pernah menyangka kalau Xabier memiliki perasaan yang sama terhadapnya dan mereka bersatu sebagai suami dan istri."Kenapa senyum-senyum sendiri." Xabier menoleh sekilas pada istrinya lalu fokus kembali menyetir. Xaba ada di bangku belakang, ditidurkan di car seat yang aman dan nyaman."Karena punya suami yang baik," pujinya tanpa rasa segan dan malu lagi.Xabier terkekeh mendengar sanjungan istri yang dulu tidak disukainya. Ia mengelus kepala Batari dengan sedikit kekuatan sehingga rambut Batari menjadi kusut."Bapak, rambut saya jadi berantakan," ucap Batari seraya merapikan kembali surai hitam tebal miliknya."Untuk apa rapi-rapi ke sana, apa karena mau bertemu mantan kekasih?" tanya Xabier bercanda dengan tetap fokus pada keadaa
Baca selengkapnya

100

Batari terisak di dada suaminya, ia merasa sedih dengan kenyataan yang baru saja diketahui. Selama ini Batari tidak menaruh prasangka terhadap Suyati dan Ningsih. "Kamu masih sedih? Maksud aku baik supaya kamu tidak lagi dimanfaatkan di masa depan oleh mereka. Atau kamu mau kita memperkarakan lagi tentang hutang piutang ini?"Xabier mengusap rambut istrinya yang duduk menyandar padanya.Batari menarik diri lalu menatap suaminya. Dia menggelengkan kepala. "Tidak usah, saya berusaha ikhlas saja."Senyum samar di wajah Xabier menandakan kekagumannya pada sang istri. "Tapi, kenapa tidak diperkarakan saja. Mereka telah mengambil apa yang menjadi hak kamu, peninggalan orang tua." Xabier penasaran dengan isi otak istrinya.Batari kembali menyandarkan kepalanya di dada suaminya. Mereka berada di ruang keluarga."Kalau saja dulu saya mendapat warisan itu, mungkin saja saya tidak akan menjadi istri Bapak. Cita-cita saya masa remaja ingin menjadi seorang desainer, saya suka menggambar. Karena k
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
23
DMCA.com Protection Status