"Mengapa mendadak, Bu?""Tidak mendadak," jawab Batari singkat membela keinginanya."Bisa kita bicarakan nanti sore, setelah aku pulang?" pinta Xabier, ia masih ragu untuk memberi izin pada istrinya."Tidak bisa, Pak. Belum tentu sore Bapak pulang, seperti seminggu ini selalu larut." Kalimat yang terlontar malah membuat Batari bertambah sedih.Xabier menggaruk-garuk kepalanya sambil mendesis, tentu saja ia tidak ingin jauh dari istri dan anaknya."Mau berapa hari di sana?""Bisa dua atau tiga hari.""Tidak bisakah lebih cepat supaya aku bisa temani ke sana?"Sejenak Batari merasa senang, Xabier tidak ingin jauh darinya. Saat akan merespon, Xabier lebih dulu melanjutkan kalimatnya."Ibu tahu 'kan di sini masih ada yang harus aku urus, mama, Serafina, Xinda, dan restoran," jelas Xabier dengan nada memohon.Batari terhenyak, ia mempertanyakan apakah egois meninggalkan suami yang sedang dalam rentetan masalah. Namun, ia pun harus memikirkan kesehatan jiwa dan mentalnya sendiri.Kecemburua
Read more