'Duh, Mas Farhan membuatku kesal,' ucapku dalam hati, walaupun terbersit senyum karena kejadian tiba-tiba tadi.Permasalahannya sekarang, bagaimana caranya aku mandi keramas dan tidak menimbulkan pertanyaan yang aneh dari Santi. Apalagi, kamar mandi ada di belakang dan melewati mereka. Terlebih, membayangkan tatapan curiga dari karyawan yang sudah mulai bekerja di belakang. Aku ada ide!"San, adonannya sudah Mbak siapkan. Kalau kurang bilang, ya?" Aku mendekati dia yang menjawab chat dari pelanggan di marketplace. "Sementara cukup, Mbak." Dia menoleh sekilas dan menoleh lagi ke arahku. Kemudian menyudahi aktifitas dengan memicingkan mata menatap ke rambutku. "Mbak Fika, rambutnya kena tepung, ya?" Aku menelengkan kepala pada cermin, lalu menimpali ucapannya. "Iya, San. Kok banyak, ya. Mungkin pas tadi buat adonan. Duh, rambut Mbak jadi kotor." Aku melirik sebentar melihat reaksinya."Dikeramasi saja, Mbak. Nanti, kelamaan lengket, lo, kecampur keringat."Der! Akhirnya pancinganku
Baca selengkapnya