Semua Bab IBU SUSU UNTUK ANAK PEWARIS: Bab 211 - Bab 220

530 Bab

PENGAKUAN KIRANA

211Alexander dan Aira maju dan memegangi Raka di kedua sisinya. Mereka kaget Raka mengucapkan kalimat itu bahkan di tempat umum seperti ini. Beberapa orang yang kebetulan lewat, berhenti untuk menonton mereka karena penasaran. “Kakak, apa yang kamu ucapkan?” Aira mendesis di dekat telinga Raka. “Ayo, kita pulang. Kita selesaikan di rumah!” timpal Alexander yang tidak nyaman menjadi tontonan. “Biarkan saja, Ma, Pa. Aku hanya memenuhi keinginan wanita itu yang ingin lepas dariku. Lebih cepat lebih baik, bukan?” Raka menatap tajam wajah Kirana yang juga menatapnya sendu. Air mata yang sempat kering, kini meleleh lagi di pipinya. “Kakak menceraikan aku?” tanyanya dengan suara bergetar. “Ya. Bukankah itu yang kau inginkan? Kau ingin lepas dariku agar bisa bersama dia, bukan?” Raka menunjuk wajah Alister yang juga shock mendengar kata talak Raka. “Silakan, sekarang kau sudah bebas. Kau bisa mengejar pujaan hatimu. Aku tak akan menghalangi!” lanjut Raka dengan perih. “Dan ... kau!” I
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-01
Baca selengkapnya

SAMA-SAMA TERLUKA

212Tak ada yang mampu menggambarkan kondisi hati Alister saat ini. Kalau saja Kirana tidak dalam keadaan kritis, mungkin ia sudah membunuh wanita itu. Dan bila saja tidak punya rasa malu, mungkin ia sudah menangis berguling-guling karena menyesalkan kondisi Angel yang belum ada kabar. Alister takut. Sangat takut. Belum sembuh luka karena kehilangan sang istri. Kini, apa ia juga harus kehilangan satu-satunya kenangan hidup bersama Vlo? Tidak! Itu tidak boleh terjadi. Ia akan gila kalau sampai hal itu terjadi. “Aaarghhhh...!” Alister berteriak tertahan seraya memukul dinding dengan kuat. Kalau tahu akan seperti ini, ia memilih tidak akan keluar rumah hari ini. Andai waktu bisa diputar kembali, ia akan menutup semua pintu kemungkinan wanita itu bisa mendekati anaknya. Angel masih ditangani dokter di dalam. Aira yang shock dan pingsan di tempat kejadian juga masih ditangani. Kabarnya hipertensinya kambuh. Lalu Kirana? Ia sudah tak peduli wanita itu. Semua karena wanita itu. Sungguh,
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-01
Baca selengkapnya

PELINDUNG KELUARGA

213Raka berjalan gontai menuju ruangan Aira. Sang ibu sudah dipindah ke ruang perawatan. Setidak penting apa pun di matanya, Raka sangat mengkhawatirkan sang ibu. Ia membuka pintu ruangan luas dan nyaman itu. Pemandangan mengiris hati langsung tertangkap netranya. Aira berbaring lemah dengan selang infus dan selang oksigen tersambung ke tubuhnya. Napasnya terlihat sesak dan berat, tetapi ia memaksakan bicara dengan Alister yang duduk di kursi sebelah brangkarnya. Raka menoleh ke arah samping, di mana seorang laki-laki dan perempuan berlari menghampiri dirinya. Dan langsung memeluknya di kanan-kini. Ternyata Sandra dan Aldo sudah berada di sana. “Abang, sabar, ya.” Ucapan Sandra terdengar parau. Wajahnya menyusup di dadanya. “Abang kuat!” Kini giliran Aldo yang bicara. Sungguh, bagai mendapat oase di padang pasir, hati Raka sejuk mendengarnya. Walaupun hanya kalimat sederhana yang mereka ucapkan, itu sangat berarti baginya. Raka merasa masih punya keluarga yang memberinya dukungan
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-02
Baca selengkapnya

PENYESALAN TIADA ARTI

214Raka menarik napas panjang sebelum melangkah mendekati Kirana. Wanita yang wajah dan kepalanya penuh balutan kain kasa. Prihatin. Itu yang Raka rasakan melihat keadaan wanita yang beberapa saat lalu baru saja ia ceraikan. Kondisi Kirana sangat mengkhawatirkan. Kepala penuh balutan perban. Sebelah kakinya patah. Begitu juga tangannya. Wanita itu berbaring tanpa bisa bergerak. Hanya bola matanya yang mengikuti arah gerakkan tubuh Raka yang ingin duduk di sampingnya. “Apa yang ingin kau bicarakan?” tanya Raka datar. Mencoba menekan segala rasa yang berkecamuk dalam dada. Ia kasihan, tidak tega melihat keadaan wanita yang sejatinya masih ia cintai tergolek lemah. Hanya saja, semua karena ulahnya sendiri. Raka sudah meyakinkan dirinya sebelum masuk tadi, agar ia tak luluh karena rasa kasihan. Bukankah kekecewaan yang ditorehkan wanita itu sangat besar? Bahkan, kini di antara mereka sudah tak ada ikatan apa pun selain status suami istri secara hukum negara. Secara agama mereka sudah
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-02
Baca selengkapnya

PELAJARAN BERHARGA

215Raka berdiri menunduk di depan gundukan tanah merah bertabur bunga. Mengamini doa yang sedang dilantunkan seorang ustaz dengan khidmat, sebagai rangkaian prosesi pemakaman Kirana. Di sampingnya, berdiri Alexander yang wajahnya sangat kusut. Tidak banyak yang menghadiri pemakaman ini. Hanya beberapa teman dan karyawan kantor yang mengenal Kirana. Terlebih ia tak punya kerabat di sini. Bahkan keluarga inti pun, hanya Alexander, Raka, dan Aldo yang mengantar. Sandra menunggui Aira yang kesehatannya masih buruk. Alister masih mengurus Baby Angel yang terluka dan trauma. Sebagai keluarga yang merasa bertanggung jawab, walaupun Kirana sudah menorehkan luka dan kekecewaan sangat dalam, Alexander dan Raka tetap melaksanakan penguburan dengan semestinya. Bukankah secara negara Kirana meninggal dalam status masih istri Raka? Miris memang, dalam kurun waktu beberapa bulan, keluarga Alexander mengantar kepergian orang-orang terdekat. Rena, Vlora dan kini Kirana. Kirana sendiri dimakamkan
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-03
Baca selengkapnya

SANGGUPKAH AKU?

216Alister membuka pintu apartemen setelah menggesek kartu akses dan menekan beberapa nomor. Kemudian menepi untuk mempersilahkan tamunya masuk lebih dulu. Tamu yang sebenarnya bukan tamu, karena apartemen tersebut milik Mr. Willis. Saat gadis muda yang diperkenalkan Mr. Willis sebagai Eva Quiana lewat di depannya, seperti biasa gadis itu mengangkat dagunya dengan angkuh. Alister hanya mengembus napas pelan seraya tersenyum samar. Entah kenapa gadis itu selalu bersikap seperti itu, padahal ini pertemuan pertama mereka. Sebagai kerabat Mr. Willis harusnya mereka saling menyapa dengan sopan di pertemuan pertama. Kedua mertua Alister langsung beramah-tamah dengan Aira yang sudah menunggu sejak tadi sambil menggendong Baby Angel. Angel menangis saat istri Mr. Willis ingin menggendongnya. Mungkin ia lupa dengan neneknya itu. Padahal, mereka baru berpisah sekitar dua bulan. Padahal pula mereka sering video call. Sejak kejadian dengan Kirana tempo hari, Angel jadi trauma dan sulit dekat
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-03
Baca selengkapnya

AKU NORMAL

217Malam kedua Mr. Willis di Indonesia, Alexander dan Aira menjamu makan malam di rumahnya. Mereka memaksa, hingga Mr. Willis dan keluarga mau menerima. Semua anggota keluarga hadir untuk menyambut tamu, termasuk Raka. Walaupun sangat malas, lelaki itu nyatanya tetap datang memenuhi permintaan orang tuanya. Dan Rasa malas yang Raka bawa dari apartemennya, berubah menjadi antusias saat melihat gadis bule yang menyertai keluarga mertua Alister itu. Bahkan sepanjang acara makan malam itu, mata Raka tak lepas dari wajah yang lebih banyak menunduk dan membuang pandangan. Bahkan, suaranya nyaris tak pernah terdengar, selain bila Aira bertanya padanya. Semua yang Raka lakukan, tak lepas dari pengamatan Alister. Lelaki itu tersenyum sinis melihat betapa mata Raka berbinar cerah menatap wajah Quin. Sayangnya Raka tidak tahu gadis seperti apa sepupu istrinya itu. Bahkan ia yang bertemu gadis itu lebih dulu. Belum pernah berhasil membuatnya bicara apalagi tersenyum. Malam itu mereka semua
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-04
Baca selengkapnya

GADIS ANEH

218Malam ini, Alister sudah duduk di meja makan. Ia menyuruh pelayan memanggil Quin di kamarnya untuk makan bersama. Sebenarnya ia tidak nyaman ada wanita asing tinggal satu atap. Bagaimana pun mereka tidak ada ikatan apa-apa. Sebagai lelaki normal, ia takut terjerumus melakukan sesuatu yang tidak pantas. Untunglah Quin selalu berpakaian sopan, baik di dalam rumah apalagi bila keluar rumah. Alister sempat merasa heran. Quin tidak seperti wanita dari Barat pada umumnya yang terlihat bebas dan terbuka. Padahal dulu sebelum Vlo mengikuti agamanya, ia gadis yang bebas dalam berpakaian. Berbeda dengan Quin, mungkin karena lama kuliah di negara Asia yang mayoritas penduduknya memeluk Islam. Hingga berpengaruh ke cara berpakaiannya. Ia terkesan selalu memakai pakaian yang panjang dan longgar. Pernah terbersit dalam benak Alister untuk pindah saja dari sana, karena itu apartemen Mr. Willis Bukankah ia memiliki cukup uang untuk membeli sebuah rumah? Hanya saja, kalau meninggalkan gadis it
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-04
Baca selengkapnya

UJIAN KESABARAN

219“Mr. Alister, apa kau sudah mau berangkat?” Quin muncul di pintu kamarnya yang akan dilalui Alister. Ia terlihat terburu-buru. “Ya.” Alister menjawab singkat sambil berlalu. “Kenapa pagi sekali? Aku bahkan belum sarapan.” Quin protes. Alister berbalik menghadap gadis yang memakai sepatunya dengan kesusahan efek terburu-buru. “Pagi katamu?” Alister menatap heran. “Lihatlah, matahari bahkan sudah bisa membakar kulitmu. Ini sudah jam sepuluh, Nona Quin,” lanjutnya seraya menunjuk jam dinding yang menempel di tembok belakang lemari TV. “Apa anak gadis bangun sesiang ini?” Alister memiringkan kepala. Senyum sinis terukir di bibirnya. “Ini semua salahmu!” Quin cemberut dengan menuduh seperti biasa. “Salahku?” Kening Alister berkerut. “Karena kau menakutiku semalam, aku jadi tidak bisa tidur. Dan baru tidur menjelang pagi.”“Menakutimu? Kening lelaki itu semakin berkerut. “Tidak bisa tidur?” Alister mengetuk pelipis. “Hmmm ... jangan-jangan kau membayangkan....”“Membayangkan a
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-05
Baca selengkapnya

MENYEBALKAN

220Alister langsung mencium pipi Aira yang terlihat lebih tirus, begitu mereka berhadapan. “Kenapa Mama tidak bilang mau ke sini?” tanya Alister seraya mencium dan menggenggam tangan Aira. Tangan yang dengan telaten sudah merawat dan membesarkan dirinya. “Mama mau check up ke rumah sakit, hanya saja karena jadwalnya siang, setelah zuhur, jadi memutuskan mampir dulu ke sini. Mama kira kamu sudah datang.” Aira membelai wajah Alister dengan lembut. Sungguh, walaupun anak itu kini sudah menjadi lelaki dewasa dan seorang ayah, baginya ia tetap bayi kecilnya yang posesif. Alister menangkap dan kembali mencium tangan itu. Ia tidak pernah malu melakukannya walaupun banyak orang yang melihat. “Maaf, aku belum bisa mengantar Mama check up. Pekerjaan hari ini padat. Sore nanti aku juga harus membawa Angel menemui psikiater anak.” Alister menatap dengan raut menyesal. “Tidak apa, Sayang. Mama diantar Raka.” Aira dan Alister menoleh ke arah Raka yang ternyata ... sedang gencar mengajak Quin
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-06
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2021222324
...
53
DMCA.com Protection Status