Dea tersentak, wajahnya memerah dan bingung melihat semua orang yang kini menatapnya dengan harapan besar. Tatapan-tatapan itu seolah mendesak sesuatu yang selama ini berusaha ia hindari.“Aduh, Ma, Pa, jangan seperti itu,” gumam Dea dengan senyum kaku. Ia melirik Andre sekilas, lalu buru-buru mengalihkan pandangan. “Aku masih belum yakin. Aku belum siap,” suaranya terdengar lirih.Rita tidak menyerah. Ia meraih tangan Dea dengan hangat dan menatap putri mantan menantunya itu dengan mata berbinar. “Dea, Mama tahu kamu mungkin merasa ini terlalu cepat. Tapi Mama ingin kamu tahu, kami hanya ingin melihat kamu bahagia. Kamu pantas untuk itu, Sayang.”Andre menghela napas, senyum simpul tersungging di wajahnya. “Tenang saja, Tante. Aku menghargai semua keputusan Dea. Aku hanya ingin ada di sampingnya untuk mendukung apa pun yang dia pilih,” katanya sambil melemparkan tatapan penuh arti pada Dea.Levi, yang sejak tadi hanya diam, tiba-tiba menepuk bahu Dea dengan senyuman usil. “Dea, kalau
Read more