Home / Romansa / DENDAM ISTRI TARUHAN / Chapter 291 - Chapter 300

All Chapters of DENDAM ISTRI TARUHAN: Chapter 291 - Chapter 300

336 Chapters

294

"Justru aku yang berusaha merebut dia dari Kevin, Mon. Jangan coba menyalahkan Dea," sergah Andre yang membuat Monica semakin murka. "Kamu merebut Dea?" wanita itu tampak tak mengerti dengan arah pembicaraan tersebut. "Itu tidak mungkin. Pasti dia yang menggodamu kan?"Dea yang sedari tadi hanya diam, kini berusaha mengumpulkan keberanian untuk berbicara. "Monica, itu nggak benar. Aku sama sekali nggak pernah berniat merebut Andre darimu, apalagi menggodanya. Aku bahkan nggak tahu kalau perasaannya seperti ini," ujar Dea dengan suara gemetar. Matanya berkaca-kaca, merasa terjebak di antara dua orang yang ia pedulikan.Melihat pujaan hatinya tersinggung, Andre segera angkat bicara seraya menatap Monica dengan tegas. "Jangan sekali-sekali menyalahkan Dea. Aku yang jatuh cinta padanya, bukan sebaliknya. Dea tidak pernah menggodaku atau mencoba mendekatiku. Kamu harus menerima kenyataan ini. Aku mencintai Dea." Kalimat itu dikatakan Andre dengan penuh penekanan. Monica menggelengkan kep
last updateLast Updated : 2024-10-15
Read more

295

"Lucu sekali ucapanmu, Mon." Andre menatap wanita itu dengan jijik. Dia tak bisa menyembunyikan ekspresinya. "Setelah semua yang kamu lakukan, semudah itu kamu berbicara seperti itu?" Salah satu bibirnya terangkat. Napas Dea tercekat melihat interaksi dua orang di depannya."Dokter macam apa kamu ini? Bagaimana bisa kamu menjadi dokter, padahal sudah menghilangkan nyawa yang tak bersalah."Monica terpejam. "Sudah, Ndre. Hentikan semua ingatan masa lalu itu. Ayo mulai buka lembaran baru. Aku hanya cinta kamu, Ndre. Percayalah denganku," mohon dokter bedah tersebut dengan wajah memelas. Salah satu sudut bibir Andre terangkat. "Bagaimana dengan Vincent?" Mata Monica terbelalak mendengar pertanyaan itu. "Jangan pikir aku tidak tahu apa saja yang kamu lakukan di luar negeri. Bukannya kamu melenyapkan bayiku itu demi dia?""Ndre." panggilan Monica langsung terpotong."Tidak perlu dijelaskan. Aku tau seberapa hebat Vincent. Dia memang sangat hebat, jadi tak perlu memberi alasan soal hubun
last updateLast Updated : 2024-10-21
Read more

296

Dea memperhatikan wajah Andre yang pucat. Nafas lelaki itu tampak tersengal-sengal dan keringat dingin mengalir di pelipisnya. Kedua alis Dea berkerut, matanya terus memindai tiap inci wajah mantan kepala sekolahnya yang tampak semakin lesu. "Mas Andre, Mas..." panggil Dea menyadarkan pria di depannya yang melamun cukup lama."Eh! Iya, De?" Andre tampak kebingungan."Are you okay?" "I'm okay," jawab Andre sedikit terpaksa. "Sorry sudah bikin kamu khawatir."Dea menghela napasnya cukup panjang. Ia memutar otak mencoba meringankan emosi rekannya yang bagai angin puting beliung. "Apa Mas Andre mau mengunjungi makam bayi? Kalau iya, aku bisa nemenin," tawar perempuan itu. Alis Andre bertaut, matanya menyipit seolah mencoba memahami sesuatu yang tak jelas di depannya. Kepalanya sedikit miring, mencari sudut pandang baru yang bisa memberinya petunjuk dari tawaran Dea. Bibirnya terbuka setengah, tapi tak ada kata yang keluar."Aku akan menemani Mas Andre ke sana. Malam ini juga, tapi aku ma
last updateLast Updated : 2024-10-21
Read more

297

Icha dan Kevin yang sudah mengantongi surat nikah sipil beriringan ke rumah Paijo, pria tua kepercayaan Seno. Keduanya melangkah dalam diam, hanya sesekali saling menatap. Hubungan mereka masih belum sepenuhnya pulih, tapi Kevin merasa perlu mendampingi Icha, sekaligus menjadi syarat yang diberikam papa mertuanya. Dalam hatinya ia seakan dipaksa untuk tetap bertanggung jawab, walaupun perasaannya terhadap Icha masih campur aduk.Kevin menghela napas panjang, memandangi jalan setapak di depan mereka. Pikirannya terbayang pada pertemuannya dengan orangtuanya beberapa waktu lalu. Bagaimana kerasnya penolakan mereka terhadap pernikahannya dengan Icha, dan bagaimana perasaan bersalah terus menghantui dirinya sejak saat itu.Icha, di sisi lain, merasa sedikit cemas. Meskipun Kevin bersikap lebih terbuka dan mau menemaninya ke rumah Paijo, Icha tahu betul bahwa hubungan mereka masih jauh dari kata harmonis. Rumah Paijo bernuansa kayu tua klasik, masih memancarkan ketenangan yang sama sepert
last updateLast Updated : 2024-10-23
Read more

298

Seno sudah duduk di balik meja panjang, mengenakan seragam narapidana berwarna oranye. Wajahnya tampak lebih tua dan lebih letih daripada terakhir kali Icha melihatnya, tapi senyum hangat masih terlihat di wajahnya ketika dia melihat putrinya masuk.“Icha, Kevin,” sapa Seno dengan nada lembut, meskipun sorot matanya lebih banyak tertuju pada Icha.Icha tersenyum tipis. “Papa, apa kabar?”Seno menghela napas panjang. “Yah, begini-begini aja. Gimana kabar kalian berdua? Sudah lama nggak lihat kalian.”Kevin tetap diam, hanya duduk di kursinya dengan tatapan kosong. Icha menoleh sejenak ke arah suaminya, sebelum memutuskan untuk menjawab sendiri. “Kami baik-baik aja, Pa. Tapi, aku ke sini sebenarnya ingin nanya soal kunci yang dititipin Pak Paijo ke aku tadi. Kunci apa itu, Pa?”Seno menatap Icha dengan tatapan serius, matanya sejenak melirik ke arah Kevin sebelum menjawab. “Itu kunci brankas di panti asuhan. Di sana ada sesuatu yang harus kamu lihat, sesuatu yang akan menjelaskan tentan
last updateLast Updated : 2024-10-23
Read more

299

Sesuai janjian, Andre dan Dea berangkat ke panti asuhan bersama. Pertemuan terakhir saat dinner membawa kedua insan dengan gelagat yang berbeda dari biasanya. Nala dan David pun merasakan seperti ada yang tumbuh di hati putri mereka."Have fun, Sayang." Nala mengecup kening putrinya dengan lembut. Dea hanya mengangguk dan segera masuk mobil. Andre membukakan pintu untuk Dea, bak treatment like a princess.Begitu Dea duduk di dalam mobil, Andre berjalan memutari mobil dan mengambil tempat di kursi pengemudi. Suasana di antara mereka terasa tenang, tetapi ada getaran halus yang seakan-akan menyelimuti perjalanan mereka. Andre sesekali melirik Dea yang tampak sedikit gelisah, matanya terfokus ke luar jendela, tetapi ada senyum kecil yang tidak bisa disembunyikan dari wajahnya.“Kamu siap?” Andre bertanya sambil memutar kemudi dan melaju pelan keluar dari halaman rumah Dea.Dea menoleh dengan senyuman tipis. “Tentu saja. Ini bukan kali pertama aku ke panti, tapi... rasanya kali ini beda,
last updateLast Updated : 2024-11-09
Read more

300

Icha tampak tergagap, sementara Kevin, yang biasanya tenang dan dingin, hanya mengangkat alis tanpa banyak bicara. Melihat reaksi Dea yang begitu kaget dan sedikit cemas, Andre memasang tatapan serius, menyadari ada sesuatu yang tidak biasa.“K-kami cuma mau ke panti asuhan. Nggak sengaja ketemu kalian,” jawab Icha pelan sambil menyincingkan bibirnya, berusaha meredakan ketegangan.“Oh.” Andre mengangguk singkat, masih tidak melepas genggamannya dari tangan Dea, seolah hendak memastikan kehadirannya bisa melindungi wanita itu sepenuhnya. Ia menatap Kevin dengan tatapan penuh kewaspadaan, meskipun mantan suami Dea tetap menunjukkan ekspresi acuh.“Kalau begitu, silakan masuk. Hari sudah hampir malam,” ucap Andre sambil menganggukkan kepalanya ke arah pintu panti.Icha tampak ragu, matanya melirik pada Dea yang diam-diam mengangguk tipis seolah memberi sinyal bahwa mereka boleh melanjutkan urusannya. Namun, sebelum mereka berbalik, Kevin, dengan nada datar dan sedikit tajam, akhirnya me
last updateLast Updated : 2024-11-09
Read more

301

Kepala panti terlihat bingung melihat kunci yang ditunjukkan oleh Icha. Ia menoleh ke wanita paruh baya yang ada di belakangnya. Wanita itu hanya menggeleng, kemudian berkata, "Siapa nama papamu, Miss?"Icha menelan ludah sejenak sebelum menjawab, “Seno. Papa saya bernama Seno.”Kepala panti mengernyitkan dahinya, tampak memikirkan sesuatu. Dia lalu melihat wanita paruh baya yang tadi mendampinginya, seolah menunggu konfirmasi. Wanita itu akhirnya mengangguk pelan, tampak mengerti, lalu berkata, “Oh, Pak Seno. Bagaimana kalau kita masuk dulu?"Kepala panti pun setuju, dan mempersilakan Icha dan Kevin untuk masuk ke ruangannya.Icha dan Kevin mengikuti kepala panti dan wanita paruh baya masuk ke ruangan kecil yang dipenuhi oleh lemari arsip dan berkas-berkas tua. Ruangan itu sunyi, hanya terdengar derit kecil lantai kayu di bawah mereka. Kepala panti dan wanita paruh baya yang tadi berdiri di belakangnya tampak sibuk mencari sesuatu di dalam salah satu laci besar.Setelah beberapa saat
last updateLast Updated : 2024-11-09
Read more

302

Ibu panti menghela napas. "Ayo ikut saya. Mungkin ini bisa membantumu." Icha dan Kevin diajak berjalan cukup jauh dari bangunan utama panti. Ibu panti berhenti di depan pintu kayu yang terlihat tua, catnya memudar dan gagangnya berderit saat diputar."Ini adalah kamar Maya waktu tinggal di sini. Mungkin kalian bisa mencari kunci apa itu, di sini," ujar Ibu Panti seraya memutar kunci untuk membuka pintu. Ia melirik Icha sejenak, kemudian dengan perlahan membuka pintu kamar kecil itu. Di dalamnya, aroma kayu tua dan sedikit debu memenuhi udara, seolah waktu terhenti di ruangan tersebut. Di sudut kamar, ada sebuah tempat tidur besi berkerak, lemari tua, dan meja kayu yang di atasnya terlihat usang."Kamar ini tidak pernah kami ubah sejak Maya pergi," bisik ibu panti dengan nada penuh kenangan. "Kami menyimpan barang-barangnya, seperti ia tinggalkan dulu." Ibu panti segera undur diri mempersilakan mereka berdua untuk menjelajah ruangan yang ditinggalkan kawan masa kecilnya.Icha melangkah
last updateLast Updated : 2024-11-09
Read more

303

Icha segera membuka kotak itu. Matanya terbelalak melihat isi kotak itu. Meskipun kotaknya hanya berukuran segenggam tangannya, tetapi cukup dalam dan isinya sangat luar biasa. "Mas!" pekiknya memanggil Kevin. Kevin yang sebelumnya sibuk mencari penerangan, langsung terlonjak. "Kenapa?"Wanita itu menunjukkan isi kotak yang ia temukan. Bongkahan emas tertata rapi di sana. "Emas, Mas! Ini emas!" histeris Icha menemukan harta karun yang ditinggalkan orangtuanya. Berbeda dengan Icha yang senang bukan kepalang, Kevin justru bersikap biasa saja. Memilih menutup pintu dan mengiring Icha untuk duduk di ranjang. "Coba hitung ada berapa gram."Wanita itu mengangguk, dengan hati yang riang menghitung bongkahan yang ia keluarkan dari kotak. "368 gram, Mas." Di sana terbagi atas bongkahan 1 gram, 5 gram, hingga 50 gram."Cepat simpan. Ayo pulang," ajak Kevin. Icha pun setuju dan langsung menyimpan kotak itu ke tasnya. Kemudian mereka berpamitan dengan ibu panti dan kepala panti. Di sela-sela ber
last updateLast Updated : 2024-11-09
Read more
PREV
1
...
2829303132
...
34
DMCA.com Protection Status