Home / Romansa / Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar: Chapter 71 - Chapter 80

129 Chapters

bab 71

"Sial!" umpat Aldo dengan sangat sarkas.Saat ini Aldo baru saja memasuki kamar mandi. Urat amarahnya sudah hampir meledak, maka dari itu ia memilih untuk melipir dan menjauh dari kerumunan orang-orang berduit itu.Menatap bayangannya yang terpantul dari cermin, Aldo melonggarkan dasinya sedikit. Geraman dan gertakkan giginya juga masih sangat jelas."Para orang kaya tua bangka itu ... benar-benar, semuanya menyebalkan!" umpatnya lagi. Dia kesal mengingat kejadian yang baru saja terjadi."Dan lagi," kesalnya lagi. "Si mertua tua bangka itu, bisa-bisanya dia menatapku dengan dongol seperti itu? Bukannya membantu menantunya tetapi ia hanya memandangiku? Ck!"Mengingat bahwa mertuanya malah menatap kesal dan jengah ke arah Aldo saat ia kesusahan tadi, membuat Aldo semakin merinding penuh amarah.Bukankah sebagai mertua ia harus membantu Aldo? Aldo adalah menantunya, suami dari putri satu-satunya. Setidaknya dengan membantu Aldo maka wajah putrinya juga terselamatkan. Tetapi nyatanya tida
Read more

bab 72

Suasana kantor terlihat cukup ramai namun semua karyawan cukup tertib, acara serah terima jabatan telah selesai di lakukan dengan lancar.“Berhubung acara serah terima sudah selesai, seluruh karyawan di persilahkan kembali ke tempat masing-masing, terima kasih sudah hadir dengan tenang sehingga proses serah terima berlangsung tertib.”MC acara memberikan pengumuman penutupan, sehingga para karyawan satu per satu meninggalkan aula kantor tersebut. Tidak lupa MC juga berpesan kalau perusahaan juga menyediakan makan siang gratis dan hal itu di sambut sangat antusias oleh para karyawan.Para karyawan itu merasa tenang karena berkat kebaikan pemilik perusahaan baru yaitu Nugroho, mereka di pekerjakan lagi sehingga tidak ada PHK.Sebelumnya semua karyawan sempat was-was, mereka khawatir dengan adanya perubahan kepemilikan, maka karyawan akan di rumahkan, ternyata kekhawatiran tersebut tidak terbukti.Di saat semua karyawan sudah kembali ke tempatnya masing-masing, para pemimpin perusahaan
Read more

bab 73

Suara tawa Nugroho sukses membuat semua memandang heran ke arahnya, padahal situasi acara serah terima jabatan itu masih sedang serius-seriusnya.Arumi yang duduk di samping Nugroho langsung menepuk bahu suaminya, dia sendiri juga bingung mengapa suaminya itu tiba-tiba terkekeh seperti habis melihat suatu kejadian yang lucu.“Kamu kenapa? Kok malah ketawa-ketawa begitu? Jangan aneh-aneh, banyak orang yang melihat, Pa!” tegur Arumi dengan suara sepelan mungkin namun sayangnya masih terdengar oleh orang-orang di meja panjang itu.Nugroho mengakhiri tawanya dengan menyeka air matanya yang sampai keluar saking lucunya hal yang baru saja terlintas di otaknya.“Haduh … ini benar-benar konyol yang sangat kebetulan,” cetus Nugroho yang kembali membuat semua orang kebingungan dan mencari-cari tau apa yang baru saja ditertawakan pria ini.Sedangkan Citra yang baru saja dilantik menjadi pimpinan hanya diam dan menyimpan tanda tanyanya. Dia yakin ayahnya itu pasti akan mengatakan sesuatu.“Rekan-
Read more

bab 74

Aldo membulatkan matanya dengan mulut yang ternganga. Tidak, ini pasti salah. Tidak mungkin dia dipindahkan oleh Guntur di bagian lapangan. Aldo tersenyum hambar, dia kemudian meminta mertuanya itu untuk kembali mengulang kata-katanya. "Maaf Pa, tapi saya sudah bekerja bertahun di bagian ini dan—""Suka atau tidak, kamu tetap akan dipindahkan!" ucapnya."Tapi kenapa, Pa?"Guntur terdiam sebentar, sampai akhirnya dia kembali menjelaskan kalau keputusannya memang sudah bulat. "Apa kamu keberatan?""E-enggak, tapi ....""Heh, kalau ini sudah menjadi keputusan saya. Pendapat kamu gak lagi penting lagi. Ngerti, ha?" Guntur naik pitam, dia menunjuk Aldo untuk tetap diam, dan menerima semua keputusan yang dia ambil.Ini semua demi kebaikan dan ketentraman bersama. Guntur juga ingin melihat bagaimana Aldo jika diperkerjakan di luar sana. Aldo terdiam, saat Guntur memarahinya. Matanya hanya melirik para staf juga orang bagian HRD yang saat ini menatapnya.Dia pikir menjadi menantu pemilik per
Read more

bab 75

Cuaca cerah menyambut para karyawan yang telah selesai melaksanakan briefing dan siap menjalankan misi mereka. Mereka keluar dari ruangan rapat dengan wajah lelah, namun masih ada semangat yang menyala di mata mereka. Sayangnya, alih-alih menuju ke tempat kerja masing-masing, para karyawan tersebut memilih untuk nongkrong di tempat parkir, mencari sedikit waktu untuk melepaskan penat.Sambil mengeluarkan sebungkus rokok dari sakunya, Rian menggelengkan kepala dengan rasa frustasi yang jelas terlihat di wajahnya. "Astaga, gue udah bosen banget dengan sistem kerja di perusahaan ini. Kayaknya ga bakal gampang deh, apalagi setelah perusahaan ini collapse nanti," keluhnya sambil menghisap rokoknya.Mendengar keluhan Rian, Maya mengangguk setuju sambil menyulut rokoknya. "Iya, bener banget. Kayaknya kita bakal punya masalah besar kalau perusahaan ini benar-benar jatuh. Sudah jelas sih, manajemennya gak ada yang peduli sama karyawan. Semuanya cuma fokus ke keuntungan mereka sendiri."Sementa
Read more

bab 76

Kinanti yang melihat mertuanya terjatuh pun panik bukan main. Bahkan, ke dua tangannya pun sampai gemetar takut. Semoga saja tidak terjadi hal yang membahayakan. Begitulah batinnya menenangkan. Entah kenapa akhir-akhir ini dia selalu tertimpa kesialan. Ada saja masalah yang terus menghampiri. Jika terus begini, Kinanti bisa gila dibuatnya.Apa ini karma karena dia sudah merebut Aldo dari Citra?Kinanti menggelengkan kepala, mengusir pikiran gila yang baru saja datang bertandang ke otaknya. Tidak mungkin ini karma. Pasti ini suatu kebetulan.Kebetulan yang sering terjadi? Hah, dia lelah memikirkannya.“Kinanti, kenapa kamu diam saja?” Miranti mendengus sebal saat melihat menantunya itu malah mematung dari pada gegas membantu.“Ah iya, Ma.” Kinanti baru saja tersadar dari lamunan sesaat.Miranti tak mengatakan apa pun setelah itu. Hanya meringis sembari memegangi bagian yang sakit. Ia berusaha semaksimal mungkin bersandiwara agar Kinanti khawatir dan berharap dapat mengembalikan perh
Read more

bab 77

"Eeeh … apa ini?" respon suami Kinanti tersebut.Aldo pun membantu memungut foto itu bersamaan dengan preman itu juga akan mengambilnya."Aaaah … jangan! Nggak usah!" teriak preman itu secara refleks begitu mengetahui tindakan lawan bicaranya tersebut.Terlambat. Secarik foto itu sudah ada di tangan Aldo.Pria sangar itu pun malu, karena Aldo jadi tahu bahwa dia menyimpan foto perempuan yang tentu saja tidak sesuai dengan image-nya. "Duh, kena, deh! Argh, lagian ngapain sih, gue nggak benerin fotonya di tempat yang bener!" rutuk pria yang berbadan tegap dan sangar itu."Wah, cantik sekali perempuan ini. Selera Abang boleh juga hehehe …," puji Aldo.Awalnya, preman itu geram dan ingin menutupi rasa malunya dengan merampas foto itu, lalu menonjok Aldo saja. Namun, setelah mendengar pujian Aldo, hati pria itu jadi melunak.Bahkan, Aldo lalu memberikan foto itu dan berkata dengan lembut, "Hati-hati kalau menyimpannya. Lebih baik diberi plastik, agar kalau seandainya jatuh di genangan air
Read more

bab 78

Arumi yang mengetahui Citra tiba-tiba menjatuhkan gelas miliknya pun seketika menghampiri sang putri untuk menanyakan keadaannya. Bohong jika Arumi tidak merasa khawatir atas peristiwa yang baru saja terjadi ini. Apalagi sebelumnya sama sekali tak ada seorang pun yang menyenggol diri Citra."Aku baik-baik saja, Ma," ucap Citra mencoba untuk meyakinkan sang ibu meskipun sebenarnya dia sendiri juga merasa cukup terkejut atas kejadian itu."Sudahlah, Ma. Tenangkan dirimu. Toh, Citra tidak mengalami luka apa pun." Nugroho ikut menenangkan. Dia paling tidak bisa kalau harus melihat sang istri dilanda panik seperti itu."Serius kamu baik-baik saja? Astaga, lain kali hati-hati, Citra!" sentak Arumi menaikkan intonasi suaranya. Namun dalam hati dia bersyukur karena pecahan kaca yang ada tidak sampai melukai Citra, hanya kaki putrinya itu terlihat sedikit kotor karena beberapa tetes kopi yang sempat memercik ke arahnya."Lain kali lebih hati-hati lagi." Arumi kembali menasihati. Sebenarnya buk
Read more

bab 79

Melihat tukang parkir yang bernama Jaka itu begitu bersimpati pada kisahnya, membuat Aldo merasa sangat senang. Ia bergembira meski masih menampilkan raut wajahnya yang penuh kemalangan.Jaka dan Aldo memiliki kisah yang sama. Mereka masih begitu mencintai istrinya namun ditentang oleh mertua mereka. Inilah kesamaan yang sudah dicocokan oleh Aldo.Tentu cerita yang sebenarnya tidak Aldo ceritakan, tanpa tahu malu."Tenang saja, Pak Aldo, saya akan membantu Anda untuk melancarkan rencana ini!" seru Jaka dengan semangat.Aldo pun tersenyum manis dan sendu. Menatap Jaka penuh rasa haru. "Terimakasih, Jaka. Hanya kamu yang sangat mengerti aku," gumamnya lirih."Tentu saja. Kita berada di posisi yang sama, Pak Aldo. Jelas saya sangat mengerti apa yang Anda rasakan saat ini!" sahut Jaka lagi. Penuh semangat.Lalu dengan aura penuh positif dan semangat yang intens, Jaka memegang tangan Aldo dengan erat. Berjabat tangan sebagai seorang pria bermartabat. "Sekarang serahkah saja semuanya kepada
Read more

bab 80

Raya tak henti tersenyum gembira melihat ada rupiah yang masuk ke dalam rekeningnya. Dia tidak menyangka jika Om Johan, gadun barunya ternyata sangat royal kepadanya, padahal dia belum memberikan kesenangan yang berarti kepada Om Johan.Tak lupa Raya mengirimkan pesan singkat kepada Dona, teman sekelasnya yang selama ini bertindak sebagai “mami-nya” dalam mendapatkan para gadun.Tadi pagi Dona memang memberikan nomor telpon Om johan dan menjelaskan kalau Om Johan ingin bertemu dengannya. Tak perlu waktu lama Raya langsung menelponnya. Tak di sangka ternyata wajah Om Johan juga cukup menarik, tidak terlalu tua, dan yang terpenting lelaki itu sangat enak di ajak ngobrol oleh Raya.Raya pun setuju untuk bertemu di café langganannya, dan tidak di sangkat ternyata Om Johan sangat baik kepadanya.Selama mereka bertemu tidak sekalipun Om Johan menunjukkan wajah genitnya, bahkan lelaki itu terlihat menuruti semua yang di sampaikan oleh Raya.Setelah acara makan, Raya di antar pulang oleh Om J
Read more
PREV
1
...
678910
...
13
DMCA.com Protection Status