Tak ada sambutan istimewa, yang ada justru raut wajah kecut dari Guntur. Dia malas dan masih sangat malas menghadapi kenyataan, kalau wanita sejenis Miranti akan tinggal di rumahnya. Guntur menghela napasnya, dia kemudian membuang wajahnya dengan malas."Wah, Tuan Guntur. Terima kasih sudah menyambut kami, akhirnya kita menjadi besan juga, ya." Miranti tersenyum dengan sangat lebar, walau Guntur tak menanggapi dirinya.Tuan Guntur bahkan memasang wajah dingin, malas untuk berdebat, dia tak ingin membuat putrinya terbebani jika tahu dia dan mertua baru putrinya itu masih berseteru. Guntur tak ingin beradu mulut, yang nantinya akan membuat Kinanti marah padanya. "Papa mau ke kamar dulu," ucapnya."Pa, di sini dulu. Temani yang lainnya, kan kita baru aja sampai.""Kinanti, Papa—""Papa!" rengek Kinanti memohon pada ayahnya.Tak ada pilihan lain, selain mengiyakan ucapan putrinya. Guntur harus duduk, di
Baca selengkapnya