Semua Bab Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar: Bab 61 - Bab 70

129 Bab

Bab 61

Keesokan harinya, Miranti bangun lebih awal dan masih menunjukkan upaya cari muka pada besannya itu dengan menyiapkan sarapan. 'Lalala ... hari ini aku akan memasak masakan andalanku, yang dijamin membuat Pak Guntur akan jauh lebih bangga, karena sudah berbesan denganku hohoho ...,' gumam perempuan paruh baya itu.Ibunda dari Aldo itu pun lantas bersiap diri dengan memasang celemek dan membuka kulkas untuk mencari bahan masakan. "Asyik, ada semua bahan yang kubutuhkan!" soraknya.Dia lantas dengan sigap mengeksekusi beras beserta bahan sayur dan lauk. Lalu, sembari menunggu nasi tanak, Miranti memotong-motong bahan.Sudah lama dia menginginkan bisa memasak di dapur yang cantik, bersih, dan luas seperti di rumah Guntur itu. Maka dengan hati yang riang, ibu kandung Aldo dan Raya itu pun menyelesaikan masakannya.Aroma harum masakan tercium semerbak di seluruh penjuru dapur dan menguar hingga ke lorong-lorong rumah. 'Masa sih, den
Baca selengkapnya

Bab 62

Tak lama dering telepon membuyarkan senyum yang sudah sempat bertengger di bibir Guntur. Apalagi saat pria itu membaca nama penelepon yang tertera di layar ponselnya. "Ck, kenapa lagi dia? Pagi-pagi begini kok ya sudah menghubungi." Guntur memutar bola matanya malas. Meskipun begitu jemari tangannya tetap saja bergerak menekan dan menerima panggilan yang terlayang."Ada apa?" tanya Guntur sedikit ketus pada Rahmat, sang asisten yang menurutnya begitu lancang karena telah berani mengganggu pagi harinya."Maaf, Pak. Saya hanya ingin bertanya, di mana posisi Bapak sekarang? Apa Bapak sudah berangkat menuju kantor?" tanya Rahmat dengan sopannya."Iya, sudah. Ini aku sedang dalam perjalanan ke sana. Ada apa? Masih jam segini kok ya sudah menghubungi. Seandainya kedatanganku terlambat pun tidak masalah, kan? Aku yang punya perusahaan, lagi pula hari ini aku tidak punya jadwal meeting pagi. Awas saja kalau kamu meneleponku tanpa ada alasan pasti."
Baca selengkapnya

Bab 63

Hari yang cukup melelahkan memang. Meskipun hari ini Guntur sudah melewati goncangan yang akan menenggelamkan perusahaannya barusan, namun semua itu belum bisa dikatakan tenang dan berlalu."Haah ... sial!" decak kesal Guntur sembari merenggangkan dasinya.Pertemuan yang menekan dan menegangkan dengan para investor asing itu sudah berlalu. Dan itu cukup menguras semua tenaga Guntur.Memang benar bahwa Guntur berhasil menenangkan para investor asing itu. Tetapi nama perusahaannya semakin jelek. Bahkan dengan rela ia harus mengubah perjanjian dengan para investor asing itu dengan perjanjian baru. Tentu perjanjian yang merugikan Guntur."Benar-benar brengsek! Para investor sialan itu, beraninya dia menekanku sampai seperti ini?! Apa mereka pikir perusahaanku akan bangkrut, huh?" Guntur kembali meledak-ledak. "Saham perusahaanku juga baru ini turun. Bahkan selama ini mereka selalu menikmati uang laba yang aku hasilkan! Tetapi sekar
Baca selengkapnya

Bab 64

Sore harinya, Nugroho buru-buru mengirim pesan di group keluarga yang isinya mengajak Arumi dan Citra untuk makan malam di restoran favorit mereka.“Sayang, kita nanti malam makan malam bersama ya, ajak sekalian Citra,” tulis Nugroho“Hah? Makan malam? Memangnya ada acara apa Pa?” tanya Arumi penasaran, tidak biasanya suaminya tersebut mengajak makan malam resmi seperti ini, di tempat yang tidak biasa lagi.“Cie-cie yang mau pacaran,” goda Citra. Dia senang kalau mama dan papanya terlihat mesra. Meskipun pernikahan dirinya berakhir dengan kegagalan, tetapi tidak ada alasan untuk tidak berbahagia, apalagi melihat keharmonisan kedua orang tuanya.“Ish kamu ini, tidak senang kalau melihat mamanya senang,” tegur Arumi.“Yee senang kok Ma.”“Ada deh, datang saja nanti pasti tahu, oh ya jangan lupa dandan yang cantik ya?” lanjut Nugroho.Terang saja pesan Nugroho tersebut semakin membuat Arumi penasaran sekaligus senang. Sudah lama dirinya tidak diajak makan malam oleh sang suami. Apalagi s
Baca selengkapnya

Bab 65

Keluarga Miranti kembali berbuat ulah di saat yang tidak tepat. Situasi kediaman rumah Tuan Guntur menjadi kian tidak enak beberapa hari terakhir. Orang-orang yang tinggal di dalamnya punya kekesalan masing-masing yang kadang kala sulit untuk dilampiaskan.Termasuk Miranti. Wanita itu masih tersinggung dengan perlakuan orang rumah terhadap masakannya kemarin.“Sudah untung aku masakin!” gerutu Miranti setiap mengingatnya. “Tapi mereka malah tak tau diri dan bilang masakanku tidak enak.”Miranti merasa seharusnya orang-orang di kediaman ini berterima kasih kepadanya karena menaruh kepedulian terhadap urusan-urusan dalam rumah, contohnya dalam bidang makanan. Apa salahnya dia mempedulikan kebutuhan makan anggota keluarga di rumah ini, setidaknya mereka harus memberikan respek kepadanya.Sebagai bentuk aksi perlawanannya, wanita itu sudah memutuskan untuk tidak mau memasak lagi. Dia malas jika harus kembali melihat wajah penghuni rumah yang tidak suka dengan masakannya.Beruntungnya, semu
Baca selengkapnya

Bab 66

Setelah kepergian Aldo membeli nasi goreng tak lama kemudian Aldo pun sudah kembali. Ia mendapati ekspresi wajah semuanya masih masam. Sepertinya suasana di meja makan menjadi canggung. Miranti bangun dari duduknya, dia melirik putrinya yang tampak diam saja. Sampai akhirnya dia mengikuti Raya, berbisik mengajaknya untuk membersihkan meja makan.Raya tentu saja enggan melakukan itu, tetapi tatapan mata ibunya membuat dia menghela napas, dan melakukan semuanya. Tak ada pilihan lain. "Gak usah ditekuk mukanya, cepat bantu!""Iya."Raya pun membawa piring-piring kotor ke dapur dengan perasaan kesal. Ya, dia benar-benar malas melakukan semua itu. Namun, apa boleh buat, Miranti sangat berisik jika tak dituruti. Apalagi matanya, sedari tadi wanita itu memberi isyarat dengan terus mendelik ke arah Raya."Padahal punya tangan, masih aja nyuruh. Lagian ada pembantu, ngapain coba minta buat bawa ginian.""Ish, kotor," gerutunya lagi.Di belakangnya Miranti bisa mendengar, hanya saja dia berpura
Baca selengkapnya

Bab 67

"Udahlah, gak ada apa-apa juga. Sepertinya gak ada yang perlu aku takutkan," batin Aldo lalu segera memejamkan matanya kala ia masih melihat istrinya yang tengah sibuk mengotak-atik ponsel miliknya.Malam terlewati begitu saja, bersama dengan pergantian hari yang tampak sejuk nan cerah.Ya! Ketika Aldo dan Kinanti terbangun, wanita itu lalu memberikan pesan pada Aldo."Mas, aku lihat pesan-pesanmu sama teman kantormu. Tapi aku juga lihat beberapa percakapan dengan rekan kerjamu yang sepertinya agak 'nakal'," kata istrinya sambil tersenyum sinis.Aldo merasa tersipu malu. Ia tahu persis apa yang dimaksud istrinya. Beberapa kali ia memang melakukan beberapa lelucon dan candaan yang agak berlebihan di tempat kerja."Tapi tenang saja, aku tahu kamu hanya bercanda. Hanya saja, di tempat kerja, kamu harus lebih berhati-hati agar tidak menimbulkan kesalahpahaman atau masalah yang lebih besar. Kita tidak ingin karirmu terganggu karena hal sepele seperti itu, bukan?" sambung Kinanti dengan pen
Baca selengkapnya

bab 68

Guntur keluar dari rumah dengan wajah ditekuk. Suasana hatinya bahkan sudah memburuk sejak kemarin-kemarin. Diperparah dengan kondisi rumah yang tak bisa dikatakan tenang dan nyaman. Entah ke mana ia harus pergi untuk menenangkan pikiran. Di mana pun tempatnya, ia selalu dikelilingi dengan masalah dan masalah yang entah kapan bisa terselesaikan. Belum selesai masalah satu, sudah muncul lagi beberapa masalah lainnya. Jika begini, bagaimana mungkin kondisi kesehatannya bisa membaik? Justru semakin parah.“Selamat pagi, Pak.” Rahmat menyapa saat pintu utama rumah terbuka. Ia memberikan senyum terbaik, berharap suasana hati atasannya itu bisa lebih tenang.Guntur sempat terkejut karena kehadiran asisten pribadinya itu. Namun secepat kilat ia mengubah ekspresi menjadi datar, seperti tak berminat untuk berinteraksi dengan siapa pun.“Bagaimana dengan kondisi Bapak? Apakah sudah jauh lebih baik?” tanya Rahmat berbasa-basi agar suasana tidak terlalu canggung. Semenjak masalah di kantor kemari
Baca selengkapnya

bab 69

"Huaaaa … Ma, Pa! Ini apa-apaan?!" seru perempuan cantik itu menggelegar.Citra rupanya mengagetkan Arumi dan Nugroho yang tengah berjibaku dengan kotak-kotak nasi dan tumpeng. Arumi yang awalnya terkesiap itu, mengubah ekspresinya menjadi melunak, tatkala sudah menyadari siapa yang datang mengejutkannya."Selamat pagi, Sayangnya Mama," sapa Arumi yang lantas melanjutkan kegiatannya sempat terhenti.Tergopoh-gopoh Citra menghampiri mereka semua. "Pagi, Ma, Pa. Serius deh, Papa Mama siapin ini semua sendirian?" tanya perempuan itu sambil menyapukan pandangannya ke seluruh penjuru dapur."Ckckck ... kamu ini datang-datang heboh, langsung meremehkan Papa Mama," cibir Nugroho dengan memanyunkan bibirnya."Hahahaha ... sori, sori, habisnya baru kali ini Citra lihat Mama Papa ribet di dapur tanpa bantuan Bibi," jawab perempuan cantik itu.Arumi dan Nugroho lantas menjelaskan. "Ini Papa bantuin Mamamu yang punya kemauan keras, nih," jelas pria paling sukses di daerah mereka itu."Oalah ... i
Baca selengkapnya

bab 70

"Astaga! Ibu tidak apa-apa?" Teriak sang office boy begitu panik saat dilihatnya seorang wanita tengah berteriak kesakitan karena kopi panas yang sempat dia bawa tumpah membasahi pakaian wanita itu.Sementara itu, Aldo yang menjadi dalang utama dalam masalah ini malah masih bergeming dan membeku di tempatnya. Dia tidak menyangka kalau sosok yang menjadi korban atas kecerobohannya pagi ini adalah mantan mertuanya sendiri."Bu? Astaga, maafkan saya. Saya benar-benar tidak sengaja." Aldo dengan cepat datang mendekat hendak membantu Arumi. Namun tentu saja sebelum itu dia lebih dulu menggerutu kepada sang office boy bahkan menumpahkan kesalahannya pada pria itu.Beberapa jajaran direksi yang gemar mencari muka saling berbondong-bondong untuk mendekat agar bisa lebih leluasa mencari atensi dari Arumi. Mereka tentu tahu peran penting wanita yang sempat panik karena cairan kopi panas yang tiba-tiba membasahi pakaiannya tersebut.Tak tanggung-tanggung, para jajaran direksi itu bahkan seolah t
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
13
DMCA.com Protection Status