Home / Romansa / Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar: Chapter 41 - Chapter 50

129 Chapters

kekalutan Kinan

“Sudah, Kinan. Sebaiknya kita pergi saja dari sini,” bisik Aldo lagi sambil melirik kedua ibu-ibu yang sejak tadi melayangkan pandangan kesal padanya dan Kinan. Termasuk juga sang penjaga toko yang mulai tidak nyaman dengan kehadirannya. Seolah dirinya dan Kinan telah membuat kekacauan di toko ini.Kinan menghela napas pendek, memompa kesabarannya meski umpatan kekesalan itu masih terlontar untuknya.Tanpa tunggu lagi, Kinan pun segera menyusul Aldo dan keduanya tergopoh-gopoh keluar dari toko souvenir ini. Mereka harus segera ke rumah sakit sekarang juga.“Sungguh, ibu-ibu di toko tadi menyebalkan!” dengkus Kinan yang masih belum bisa meninggalkan kekesalannya padahal keduanya sudah dalam perjalanan menuju rumah sakit.“Kamu seharusnya bisa lebih sabar, Kinan,” tukas Aldo singkat. Namun, dalam hati pria itu sangat menyesalkan sikap Kinan yang tidak mau mengalah. “Sekarang pasti kita sudah di blacklist dari toko itu dan tidak dilayani lagi ketika datang,” pungkasnya lagi.“Masa bodoh.
Read more

Aldo yang emosional

Sejenak Aldo terdiam, dia kemudian mengangguk dan menyetujui apa yang dikatakan ibunya itu. "Iya, Bu, tenang aja. Aldo bakalan urus semuanya!" ucapnya menenangkan."Yakin?"Aldo mengangguk kembali untuk mengiyakan kalimatnya."Iya, Aldo udah pesan perawatan terbaik di Rumah Sakit buat Papa.""Syukurlah, kamu urus semuanya. Ingat apa yang Ibubilang Aldo, kita harus bisa menjaga Kinanti sama Tuan Guntur, demi kepentingan kita bersama!" tegasnya lagi.Aldo mengangguk, dia meminta Miranti untuk tidak khawatir lagi soal itu. Dia tahu apa yang harus dilakukannya. Dia akan membuktikan, kalau dirinya pantas untuk bisa ada di samping Kinanti. Miranti pun meminta Aldo untuk segera pergi ke rumah sakit, sekarang juga. Aldo mengiyakan dan langsung izin pergi.Aldo berpamitan pada ibunya itu."Aku pergi dulu ya, Bu.""Hati-hati ya, ingat harus jaga ayah mertuamu!" Aldo pun kembali mengiyakan dengan anggukan.Akan tetapi, saat dia hendak pergi Kinanti justru merengek kembali. Dia meminta Aldo untuk
Read more

Sedikit keributan di rumah sakit

GREP!!Sebuah tangan kekar tiba-tiba muncul dan menangkap tangan Aldo yang siap melayang dan menghantam pria paruh baya di hadapannya.Hal itu tentu membuat Aldo terkejut, begitu pula dengan Rahmat yang sudah siap sedia meladeni Aldo."S-siapa-" Ucapannya terhenti seketika kala Aldo melihat seorang pria bertubuh tinggi dengan mengenakan pakaian khusus petugas keamanan.Ya! Siapa lagi kalau bukan Security? Dengan badan kekar serta wajah sedikit sangar, lelaki itu kini memegangi tangan Aldo yan terkepal bahkan begitu erat."Lepaskan!" Aldo menatap pria itu dengan tajam.Tetapi petugas keamanan tersebut tentu tak ingin kalah dan bahkan semakin mengeratkan cengkramannya, lalu dengan gerakkan tiba-tiba ia menghempaskan tangan yang hampir mengotori suasana Rumah Sakit yang seharusnya tentram dan aman."Bukankah anda yang harus menjaga tangan anda agar tidak menyakiti orang lain!?"Terdengar dingin dan sinis, petugas keamanan itu benar-benar bersikap tegas pada siapa saja tanpa memandang ora
Read more

Bab 44

Walaupun Aldo sudah menyuruhnya untuk tetap menunggu di rumah, Kinan tetap nekat pergi seorang diri ke Rumah Sakit di mana papanya dirawat. Bagaimana mungkin dia bisa tenang. Sementara Aldo tak kunjung membalas pesan apalagi menerima panggilan telepon darinya yang entah sudah ke berapa kali, tak terhitung jumlahnya. Kinan sudah sangat penasaran mengenai informasi terkait keadaan terkini dari sang papa. Karena tak bisa menunggu, Kinan nekat melanggar permintaan Aldo dengan pergi menggunakan taksi. Bahkan saat Miranti pun ikut melarang, Kinan tak peduli. Dia terlalu keras kepala. Jalanan ibu kota memang cenderung macet untuk waktu tertentu. Membuat Kinan sedikit mendengus sebal. Padahal, dia sedang terburu-buru saat ini.“Pak, nggak bisa cari jalan tikus aja, ya? Saya lagi buru-buru ini,” pinta Kinan sembari melihat ke luar jendela yang kendaraan padat merayap.“Jalan tikus? Mbak ini ada-ada aja. Ya nggak bisa, Mbak.” Sopir taksi itu justru terkekeh.“Duh, gimana dong, Pak. Saya lagi
Read more

Bab 45

Seketika anak tekak Aldo seolah mencekik kerongkongannya. Gambaran Kinanti yang manis manja, yang selama ini mampu ditaklukkan dalam genggaman tangannya itu, kini pudar. Biarpun si wanita manis itu masih ada di depan matanya.'Ini ... ini beneran Kinanti, kan? Ke-kenapa dia tiba-tiba bisa setegas ini? A-apa ini semua karena Pak Guntur?' batin Aldo takut-takut.Tentu saja ada sebagian dari dirinya yang merasa nyalinya itu ciut di hadapan Kinanti, karena sorot mata perempuan itu menggantikan tatapan penuh kasih sayang yang selama ini ia dapatkan.Namun, sebagian dari dirinya lagi, tetap ingin mempertahankan Kinanti. 'Aku tidak berjuang demi mendapatkan dia hanya untuk dikalahkan seperti ini. Iya benar, aku hanya perlu tampak mengalah saja, untuk selebihnya nanti, aku masih bisa menunjukkan kejantanannku lagi sambil jalan,' batin pria itu sambil meneduhkan pandangannya.Oleh karena itu lah, Aldo cuma bisa menga
Read more

Bab 46

"Syukurlah papa sudah lebih baik sekarang. Setelah ini Kinan mohon sama papa untuk bisa pelan-pelan belajar mengontrol emosi. Selain itu, papa juga jangan bekerja terlalu keras. Sayangi diri papa sendiri. Jaga kesehatan papa." Sesampainya di rumah, Kinan terus memberikan beberapa nasihat untuk Guntur."Pokoknya kurang-kurangin sikap papa yang mudah ngambek itu," ucap Kinan melanjutkan. Sementara Guntur memilih untuk tetap diam sembari mengunyah makanan yang telah Kinan suapkan untuknya.Guntur tidak mengiyakan namun juga tidak memiliki minat untuk menyanggah perintah dari Kinan. Dia hanya ingin sejenak merasakan tenang sekarang. Menikmati waktu berdua bersama Kinan dengan seluruh perhatian dari putri semata wayangnya itu.Berbeda dari Guntur yang masih berusaha menunjukkan sikap tenang karena tidak ingin menciptakan pertikaian, Kinan malah merasa kesal karena ocehannya sejak tadi sama sekali tidak Guntur tanggapi. Hal itu membuat Kinan tanpa
Read more

Bab 47

Hari yang cukup cerah. Di mana langit telah menampakkan kemegahannya dalam membuat tahta sang mentari semakin tampak begitu menonjol. Hamparan biru yang menandakan kedamaian terlihat begitu kentara dan jelas. Seolah dunia telah memberkati hari ini.Itulah yang dirasakan oleh Kinanti. Senyuman di bibirnya sedari tadi tak kunjung turun. Karena hari ini adalah hari di mana Kinanti datang mengunjungi Wedding Organizer untuk acara pesta pernikahannya. Bersama dengan Aldo tentu saja."Kamu kelihatan seneng banget." Kinanti menoleh ke arah Aldo yang kini sedang menatapnya.Dengan duduk bersebelahan bersama Aldo di bangku penumpang belakang, Kinanti merengkuh lengan Aldo dan bergelanjot dengan manja. Seolah ia tak ingin lepas dari suaminya itu. "Tentu! Aku seneng banget hari ini, akhirnya kita bisa rayain pernikahan kita!"Senyuman merekah di kedua sudut bibir Kinanti. Lalu dengan perlahan ia cemberut untuk sesaat. Dengan manja ia kemb
Read more

Bab 48

 Wajah Miranti masih terlihat kesal, dia sangat khawatir kalau pernikahan sang putra akan gagal, apalagi sikap calon mertua sang putra yang kurang menyambut Aldo untuk menjadi menantunya. “Sudahlah Ma, tenang saja, Mama jangan khawatir begitu dong! Pernikahan ini tidak akan gagal.” “Tenang-tenang, kamu itu menggampangkan masalah, bisa saja pihak mereka menggagalkan di detik-detik terakhir sebelum kalian menikah resmi,” jawab Miranti semakin kesal dengan sikap Aldo yang terlihat biasa-biasa saja. “Mama ini terlalu berlebihan deh, Kinanti itu sudah memesan semua perlengkapan pernikahan Ma, bahkan dia memilih vendor yang paling bagus dan mahal, masak iya pernikahan tidak akan di lanjutkan, meskipun mereka kaya tapi mereka juga sangat perhitungan Ma, jika tidak yakin dengan pernikahan ini, Kinanti tidak akan berbuat sejauh itu, tenang saja ya…calon menantu Mama itu cinta mati sama pu
Read more

Bab 49

Kinanti hanya menghela napas usai mendengarkan percakapan telepon antara Aldo dengan ibunya, Miranti. Wanita itu masih tidak menyangka kondisi seperti ini bisa terjadi, apalagi Aldo baru saja bilang bahwa lelaki itu sudah tidak punya uang lagi.Awalnya Kinanti ingin mengomentari soal jawaban Aldo soal keuangannya, namun, wanita itu mengundurkan niatnya karena malas mencari keributan dengan calon suaminya itu.Di sisi lain, Aldo yang baru saja menutup telepon membasahi bibirnya dengan gugup. Jujur saja, dia sangat gengsi mengatakan bahwa dirinya tak lagi memiliki uang di depan Kinan. Harga dirinya merasa tergoyahkan dan lelaki itu berusaha menghilangkan kepanikannya dengan tersenyum canggung.Keadaan ini menjadi tidak mengenakkan bagi keduanya. Meskipun begitu, pernikahan ini harus tetap berlangsung. Aldo akan pantang mundur dengan upayanya untuk menjadi menantu keluarga kaya itu.“Hmmm, kamu masih ada urusan lagi nggak?” tanya
Read more

Bab 50

Suasana sudah tidak bisa dikontrol lagi, Kinanti tak bisa diam saja melihat keadaan ini. Dia mencoba memutar otaknya, mencari cara agar bisa mengalihkan perhatian orang-orang. Kinanti celingukan, lalu tiba-tiba dia memberanikan diri untuk bangkit dari duduknya, yang tentu saja menjadi perhatian beberapa orang."Kamu mau ngapain?" tanya Aldo.Kinanti tak merespon, tangannya melambai ke arah staf wedding organizer. Tentunya orang berseragam itu mendekat, lalu menanyakan keinginan Kinan. "Bagaimana, Nona?""Aku mau menyumbangkan lagu. Boleh?""Tentu saja, dengan senang hati," balasnya dengan nada saling berbisik.Sebenarnya hal ini bukan sebuah keanehan, karena memang banyak sekali para mempelai wanita atau laki-laki yang bernyanyi di acara pernikahan mereka. Jadi keinginan Kinanti hal yang wajar terjadi dan memang biasa terjadi. Terkadang kita bisa mengungkapkan perasaan lewat lagu, mungkin saja itu juga salah satu
Read more
PREV
1
...
34567
...
13
DMCA.com Protection Status