Share

Aldo yang emosional

Penulis: Vyra Fame
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Sejenak Aldo terdiam, dia kemudian mengangguk dan menyetujui apa yang dikatakan ibunya itu. "Iya, Bu, tenang aja. Aldo bakalan urus semuanya!" ucapnya menenangkan.

"Yakin?"

Aldo mengangguk kembali untuk mengiyakan kalimatnya.

"Iya, Aldo udah pesan perawatan terbaik di Rumah Sakit buat Papa."

"Syukurlah, kamu urus semuanya. Ingat apa yang Ibubilang Aldo, kita harus bisa menjaga Kinanti sama Tuan Guntur, demi kepentingan kita bersama!" tegasnya lagi.

Aldo mengangguk, dia meminta Miranti untuk tidak khawatir lagi soal itu. Dia tahu apa yang harus dilakukannya. Dia akan membuktikan, kalau dirinya pantas untuk bisa ada di samping Kinanti. Miranti pun meminta Aldo untuk segera pergi ke rumah sakit, sekarang juga. Aldo mengiyakan dan langsung izin pergi.

Aldo berpamitan pada ibunya itu.

"Aku pergi dulu ya, Bu."

"Hati-hati ya, ingat harus jaga ayah mertuamu!" Aldo pun kembali mengiyakan dengan anggukan.

Akan tetapi, saat dia hendak pergi Kinanti justru merengek kembali. Dia meminta Aldo untuk
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   Sedikit keributan di rumah sakit

    GREP!!Sebuah tangan kekar tiba-tiba muncul dan menangkap tangan Aldo yang siap melayang dan menghantam pria paruh baya di hadapannya.Hal itu tentu membuat Aldo terkejut, begitu pula dengan Rahmat yang sudah siap sedia meladeni Aldo."S-siapa-" Ucapannya terhenti seketika kala Aldo melihat seorang pria bertubuh tinggi dengan mengenakan pakaian khusus petugas keamanan.Ya! Siapa lagi kalau bukan Security? Dengan badan kekar serta wajah sedikit sangar, lelaki itu kini memegangi tangan Aldo yan terkepal bahkan begitu erat."Lepaskan!" Aldo menatap pria itu dengan tajam.Tetapi petugas keamanan tersebut tentu tak ingin kalah dan bahkan semakin mengeratkan cengkramannya, lalu dengan gerakkan tiba-tiba ia menghempaskan tangan yang hampir mengotori suasana Rumah Sakit yang seharusnya tentram dan aman."Bukankah anda yang harus menjaga tangan anda agar tidak menyakiti orang lain!?"Terdengar dingin dan sinis, petugas keamanan itu benar-benar bersikap tegas pada siapa saja tanpa memandang ora

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   Bab 44

    Walaupun Aldo sudah menyuruhnya untuk tetap menunggu di rumah, Kinan tetap nekat pergi seorang diri ke Rumah Sakit di mana papanya dirawat. Bagaimana mungkin dia bisa tenang. Sementara Aldo tak kunjung membalas pesan apalagi menerima panggilan telepon darinya yang entah sudah ke berapa kali, tak terhitung jumlahnya. Kinan sudah sangat penasaran mengenai informasi terkait keadaan terkini dari sang papa. Karena tak bisa menunggu, Kinan nekat melanggar permintaan Aldo dengan pergi menggunakan taksi. Bahkan saat Miranti pun ikut melarang, Kinan tak peduli. Dia terlalu keras kepala. Jalanan ibu kota memang cenderung macet untuk waktu tertentu. Membuat Kinan sedikit mendengus sebal. Padahal, dia sedang terburu-buru saat ini.“Pak, nggak bisa cari jalan tikus aja, ya? Saya lagi buru-buru ini,” pinta Kinan sembari melihat ke luar jendela yang kendaraan padat merayap.“Jalan tikus? Mbak ini ada-ada aja. Ya nggak bisa, Mbak.” Sopir taksi itu justru terkekeh.“Duh, gimana dong, Pak. Saya lagi

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   Bab 45

    Seketika anak tekak Aldo seolah mencekik kerongkongannya. Gambaran Kinanti yang manis manja, yang selama ini mampu ditaklukkan dalam genggaman tangannya itu, kini pudar. Biarpun si wanita manis itu masih ada di depan matanya.'Ini ... ini beneran Kinanti, kan? Ke-kenapa dia tiba-tiba bisa setegas ini? A-apa ini semua karena Pak Guntur?' batin Aldo takut-takut.Tentu saja ada sebagian dari dirinya yang merasa nyalinya itu ciut di hadapan Kinanti, karena sorot mata perempuan itu menggantikan tatapan penuh kasih sayang yang selama ini ia dapatkan.Namun, sebagian dari dirinya lagi, tetap ingin mempertahankan Kinanti. 'Aku tidak berjuang demi mendapatkan dia hanya untuk dikalahkan seperti ini. Iya benar, aku hanya perlu tampak mengalah saja, untuk selebihnya nanti, aku masih bisa menunjukkan kejantanannku lagi sambil jalan,' batin pria itu sambil meneduhkan pandangannya.Oleh karena itu lah, Aldo cuma bisa menga

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   Bab 46

    "Syukurlah papa sudah lebih baik sekarang. Setelah ini Kinan mohon sama papa untuk bisa pelan-pelan belajar mengontrol emosi. Selain itu, papa juga jangan bekerja terlalu keras. Sayangi diri papa sendiri. Jaga kesehatan papa." Sesampainya di rumah, Kinan terus memberikan beberapa nasihat untuk Guntur."Pokoknya kurang-kurangin sikap papa yang mudah ngambek itu," ucap Kinan melanjutkan. Sementara Guntur memilih untuk tetap diam sembari mengunyah makanan yang telah Kinan suapkan untuknya.Guntur tidak mengiyakan namun juga tidak memiliki minat untuk menyanggah perintah dari Kinan. Dia hanya ingin sejenak merasakan tenang sekarang. Menikmati waktu berdua bersama Kinan dengan seluruh perhatian dari putri semata wayangnya itu.Berbeda dari Guntur yang masih berusaha menunjukkan sikap tenang karena tidak ingin menciptakan pertikaian, Kinan malah merasa kesal karena ocehannya sejak tadi sama sekali tidak Guntur tanggapi. Hal itu membuat Kinan tanpa

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   Bab 47

    Hari yang cukup cerah. Di mana langit telah menampakkan kemegahannya dalam membuat tahta sang mentari semakin tampak begitu menonjol. Hamparan biru yang menandakan kedamaian terlihat begitu kentara dan jelas. Seolah dunia telah memberkati hari ini.Itulah yang dirasakan oleh Kinanti. Senyuman di bibirnya sedari tadi tak kunjung turun. Karena hari ini adalah hari di mana Kinanti datang mengunjungi Wedding Organizer untuk acara pesta pernikahannya. Bersama dengan Aldo tentu saja."Kamu kelihatan seneng banget." Kinanti menoleh ke arah Aldo yang kini sedang menatapnya.Dengan duduk bersebelahan bersama Aldo di bangku penumpang belakang, Kinanti merengkuh lengan Aldo dan bergelanjot dengan manja. Seolah ia tak ingin lepas dari suaminya itu. "Tentu! Aku seneng banget hari ini, akhirnya kita bisa rayain pernikahan kita!"Senyuman merekah di kedua sudut bibir Kinanti. Lalu dengan perlahan ia cemberut untuk sesaat. Dengan manja ia kemb

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   Bab 48

     Wajah Miranti masih terlihat kesal, dia sangat khawatir kalau pernikahan sang putra akan gagal, apalagi sikap calon mertua sang putra yang kurang menyambut Aldo untuk menjadi menantunya. “Sudahlah Ma, tenang saja, Mama jangan khawatir begitu dong! Pernikahan ini tidak akan gagal.” “Tenang-tenang, kamu itu menggampangkan masalah, bisa saja pihak mereka menggagalkan di detik-detik terakhir sebelum kalian menikah resmi,” jawab Miranti semakin kesal dengan sikap Aldo yang terlihat biasa-biasa saja. “Mama ini terlalu berlebihan deh, Kinanti itu sudah memesan semua perlengkapan pernikahan Ma, bahkan dia memilih vendor yang paling bagus dan mahal, masak iya pernikahan tidak akan di lanjutkan, meskipun mereka kaya tapi mereka juga sangat perhitungan Ma, jika tidak yakin dengan pernikahan ini, Kinanti tidak akan berbuat sejauh itu, tenang saja ya…calon menantu Mama itu cinta mati sama pu

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   Bab 49

    Kinanti hanya menghela napas usai mendengarkan percakapan telepon antara Aldo dengan ibunya, Miranti. Wanita itu masih tidak menyangka kondisi seperti ini bisa terjadi, apalagi Aldo baru saja bilang bahwa lelaki itu sudah tidak punya uang lagi.Awalnya Kinanti ingin mengomentari soal jawaban Aldo soal keuangannya, namun, wanita itu mengundurkan niatnya karena malas mencari keributan dengan calon suaminya itu.Di sisi lain, Aldo yang baru saja menutup telepon membasahi bibirnya dengan gugup. Jujur saja, dia sangat gengsi mengatakan bahwa dirinya tak lagi memiliki uang di depan Kinan. Harga dirinya merasa tergoyahkan dan lelaki itu berusaha menghilangkan kepanikannya dengan tersenyum canggung.Keadaan ini menjadi tidak mengenakkan bagi keduanya. Meskipun begitu, pernikahan ini harus tetap berlangsung. Aldo akan pantang mundur dengan upayanya untuk menjadi menantu keluarga kaya itu.“Hmmm, kamu masih ada urusan lagi nggak?” tanya

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   Bab 50

    Suasana sudah tidak bisa dikontrol lagi, Kinanti tak bisa diam saja melihat keadaan ini. Dia mencoba memutar otaknya, mencari cara agar bisa mengalihkan perhatian orang-orang. Kinanti celingukan, lalu tiba-tiba dia memberanikan diri untuk bangkit dari duduknya, yang tentu saja menjadi perhatian beberapa orang."Kamu mau ngapain?" tanya Aldo.Kinanti tak merespon, tangannya melambai ke arah staf wedding organizer. Tentunya orang berseragam itu mendekat, lalu menanyakan keinginan Kinan. "Bagaimana, Nona?""Aku mau menyumbangkan lagu. Boleh?""Tentu saja, dengan senang hati," balasnya dengan nada saling berbisik.Sebenarnya hal ini bukan sebuah keanehan, karena memang banyak sekali para mempelai wanita atau laki-laki yang bernyanyi di acara pernikahan mereka. Jadi keinginan Kinanti hal yang wajar terjadi dan memang biasa terjadi. Terkadang kita bisa mengungkapkan perasaan lewat lagu, mungkin saja itu juga salah satu

Bab terbaru

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   bab 129

    "Ah! Apa itu mas Alex??" gumamnya yang langsung bangkit dari duduknya, "Gawat! Aku harus cepat sembunyi!"Seketika saja wanita itu mengerjap, debaran jantungnya tak karuan mendengar derap langkah yang mendekati rumah tersebut. Kinanti merapatkan kedua tangannya lalu memegangi dadanya yang semakin terasa tak karuan.Bagaimana tidak? Hari-hari yang dijalani mereka awalnya sangat bahagia, Kinanti sangat bersyukur karena mendapatkan suami yang sangat pengertian dan selalu memanjakannya, fisik maupun batin.Akan tetapi, setelah menjalani kehidupan rumah tangga bersama Alex semua mulanya berjalan dengan baik dan bahkan bahagia, Kinanti selalu mendapat perlakuan manis dari Alex yang sangat menyayanginya, begitupun sebaliknya. Akan tetapi hal itu rupanya tidak berjalan lama karena ternyata Kinanti salah menilai Alex sebagai suami barunya, kehidupan rumah tangganyapun tak berjalan seperti apa yang diharapkan olehnya selama ini.Tak dapat terbayangkan pula jika nasib Kinanti akan hancur seperti

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   bab 128

    Nugroho pun mengerjapkan kedua bola matanya dengan cepat. Dia mencoba mencerna kata-kata yang diucapkan oleh lawan bicaranya di depan matanya tersebut.Tanpa disadarinya pandangannya pun menyapu dari ujung kepala hingga ke ujung kaki Abey. "Menantu? Hmm ... boleh juga rupanya," batin Nugroho.Namun, sekejap kemudian Nugroho kembali tersadar bahwa apa yang dilakukannya itu terlalu gegabah. "Astaga, baru juga ketemu. Mikir apa sih aku ini?" batinnya membantah penilaiannya barusan, karena bagaimanapun juga dia ingin yang terbaik untuk Citra tapi tidak ingin memaksakan kehendaknya.Merespon sapaan dari Abey tersebut Nugroho pun jadi tertawa terbahak-bahak dan bersedekap. "Boleh juga keberanianmu, ya!" ucap pengusaha sukses tersebut sambil menepuk-nepuk bahu pemuda yang ada di hadapannya.Wajah Abey yang sudah mereda pun jadi memerah lagi. Sejenak dia juga merututi dirinya sendiri mengapa bisa sampai seberani itu.Namun, kemudian yang ia dengar adalah sahutan dari sang Ibu dan juga sahabat

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   bab 127

    Bahkan Abey tidak seolah terbungkam dan tak mampu berkata-kata lagi saat menanggapi tekanan dari perempuan yang diharapkannya menjadi calon mertua tersebut. Ingin rasanya dia berteriak menyuarakan batinnya, "Tante, kita bukan udah kenal lagi, tapi saling suka! Iya benar, Citra juga bilang suka aku!"Namun, alih-alih bisa bersuara, Abey pun mengatupkan rahangnya kuat-kuat, tatkala melihat sosok yang dari tadi bersemayam di kepalanya itu muncul tertangkap ekor matanya.Sedetik kemudian, terdengar juga suara Citra yang berseru, "Mama!""Eh? Sebentar ya, Sar," ucap Arumi pada temannya untuk menanggapi panggilan sang anak terlebih dahulu, "Apa, Sayang?"Kali ini giliran Citra yang syok sampai rahangnya menganga terbuka. Kedua bola matanya saling tatap dengan seorang pria tampan yang berdiri terpaku di tengah taman rumahnya.Citra mengibaskan kepalanya, berusaha menghalau gambaran di depan mata kepalanya yang dikiranya sebagai halusinasi itu."Lho, kok malah bengong? Kenapa lagi sih, Sayang

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   bab 126

    Abey masih tak bergeming sama sekali. Pikirannya sungguh sangat tak menentu saat ini. Tidak, tetapi rasanya otaknya sudah eror!Bagaimana bisa alamat yang dikirimkan oleh mamanya itu adalah alamat yang sama dengan rumah Citra, wanita yang sangat ia cintai?!Bahkan titik di mana mamanya berada benar-benar tepat di titik di mana rumah Citra itu.Saat ini Abey masih berada di depan rumah Citra. Sedari tadi, saat wanitanya itu turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah, Abey masih tak bergerak atau menjalankan mobilnya sama sekali.Selagi menunggu balasan dari mamanya agar mengirim lokasi di mana rumah teman mamanya berada, Abey tak beranjak dari tempatnya sedikitpun.Tetapi apa daya jika yang ia dapatkan sangat mengejutkan seperti ini?!"Ini ... tak mungkin 'kan teman mama itu ...," ucap Abey yang menggantung, kembali menoleh dan megamati rumah mewah milik keluarga Citra dengan seksama."Atau jangan-jangan teman Mama itu adalah ibunya Citra?" gumamnya lirih menyambung ucapannya yang mengg

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   bab 125

    Seketika Citra membeku di tempat hanya karena mendengar pertanyaan dari Abey perihal isi hatinya. Perasaan kikuk kembali menghantui. Sejenak wanita itu menimbang, mau tetap menyembunyikan perasaan dan membuat Abey menunggu atau terus terang saat ini juga.Namun, bersamaan dengan itu Citra sadari rupanya dia sudah berada di dekat area rumah, tanda jika dirinya harus kembali menerangkan arah jalan."Itu, setelah patung di depan itu kamu belok kanan," ucap Citra menerangkan. Dia tak mau membuat dirinya dan Abey berakhir kebablasan sehingga harus mencari rute untuk berputar. Jalanan masih cukup ramai, akan sedikit sulit mengambil jalan putar. Apalagi perlu beberapa meter lagi baru mereka akan menemukan tempat untuk berbelok."Ah, jadi daerah sini? Kalau daerah sini aku pernah datang. Aku ingat dulu pernah diajak temanku ke sini. Kebetulan rumah temanku ada di perumahan itu, yang itu." Dengan cepat Abey menunjuk sebuah komplek perumahan tak jauh dari lokasi mereka. Komplek itu cukup besar

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   bab 124

    Sepanjang perjalanan Citra hanya bisa menyalahkan dirinya dan pikirannya yang tumpul. Terlalu penakut hanya karena kegagalan cinta di masa lalu.Sadar akan dirinya yang masih ditunggui oleh Abey, Citra pun berusaha keras mengusir segala rutukan yang hanya memenuhi isi kepala itu."Sudahlah," desis Citra pelan sembari mulai menata meja kerjanya. Beberapa saat kemudian wanita itu kembali berjalan keluar dari ruangan untuk kemudian menghampiri Abey yang sejak tadi masih berada di parkiran.Sementara itu, di tempatnya Abey menunggu dengan resah. Hawa panas dan dingin seolah menyerang jiwanya secara bersamaan."Sial. Kenapa aku harus bertindak gegabah, sih? Kenapa aku harus terburu-buru seperti ini? Citra pasti kecewa sekali. Mana mungkin dia mau menerimaku kalau begini caranya! Mengungkapkan perasaan di lahan parkir? Sungguh? Oh my God! Good job, Abey. Kamu telah menghancurkan semua," sinis Abey pada dirinya sendiri. Pria itu seperti kehilangan harapan sekarang."Ah, tidak apa-apa lah. To

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   bab 123

    Citra yang merasa penasaran dengan ajakan Abey pun tanpa pikir panjang mengikuti langkah pria itu. Entah mengapa hari ini Citra mendadak berubah menjadi wanita penurut karena hati yang selalu terasa enggan menolak setiap ajakan yang Abey layangkan. Namun, jujur saja hal itu sama sekali tak membuat Citra resah. Justru berada di samping Abey selalu membuat Citra nyaman dan betah.Sekilas Citra mencuri tatap ke arah Abey yang masih setia berjalan di sisinya. Melihat pria itu dari dekat benar-benar mampu mendebarkan dada Citra. Juga pipi wanita itu yang perlahan menampakkan ronanya.Abey menghentikan langkah saat tubuhnya sudah benar-benar tiba pada lokasi tujuan. Begitu pula dengan Citra yang sejak tadi mengikuti laju kaki Abey.Sejenak Abey berdehem pelan, berusaha keras menetralisir rasa gugup yang melingkupi jiwa. Setelahnya Abey memberanikan diri memutar tubuh menghadap Citra yang sebenarnya sejak tadi sudah menunggu kalimat apa yang hendak pria di sampingnya itu katakan."Emm, Citra

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   bab 122

    "Apa maksud, Mama?!" pekik Raya.Saat ini Raya sudah mengerutkan dahinya dengan kasar. Tentu saja ia berharap apa yang dikatakan mamanya tadi adalah mimpi dan dia hanya salah dengar saja.Berjualan makanan? Raya tidak gila untuk melakukan semua itu! God, demi apapun, Raya tak mau!"Apa kamu masih tidak paham dengan apa yang mama maksud, huh?" desis tajam Miranti yang menatap Raya dengan bengis. "Tentu saja kita harus hidup, Raya! Kita harus makan dan punya uang. Memangnya kamu pikir kita memiliki uang untuk makan jika kita tidak mencarinya?!"Dengan marah dan masih mencoba untuk mengeluarkan semua bahan-bahan makanan yang tersisa, Miranti kembali mengomeli putrinya itu."Dan kamu!" Miranti menunjuk Raya dengan tajam, ia marah saat ini. "Bagaimana bisa kamu kehilangan uang itu, tabunganmu!"Plaaakk ...!!!"Aaakhh ...! Mama! Kenapa mama memukul Raya?!" Lengan Raya dipukul cukup keras dengan Miranti yang kini sudah memelototinya."Tentu saja ini juga salahmu!"Raya mengerutkan dahinya. "

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   bab 121

    "Ugh ...."Miranti mulai merasakan pening di kepalanya. Bahkan rasanya saat ini bagian kepalanya sudah sangat besar, hampir pecah.Melenguh kesakitan dan sedikit mengerutkan dahi, Miranti mulai sadar. Membuka matanya dan cahaya remang-remang mulai masuk ke dalam pandangannya.'Sepertinya aku baru saja pingsan,' gumam Miranti sembari merintih, memegangi rambut kepalanya dengan erat. Sial, peningnya masih saja menjadi!"Mama ... Mama sudah bangun?"Seketika Miranti langsung menoleh ke arah sumber suara yang masuk ke dalam pendengarannya itu. Itu adalah Raya, putri semata wayangnya. Putrinya itu sedang mengipasi dirinya dengan raut wajah yang cukup khawatir."Ughh ...," lenguh Miranti kembali sembari mencoba untuk bangun.Dibantu dengan Raya, ia mulai mendudukkan diri di ranjang tempat kamar tidur pribadinya. "Hati-hati, Ma, sepertinya kepala Mama masih berat," ucap Raya seraya membantu ibunya itu.Itu benar. Kepalanya masih sangat pusing."Kamu sudah kembali?" tanya Miranti sedikit deng

DMCA.com Protection Status