Home / Romansa / Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar: Chapter 91 - Chapter 100

129 Chapters

bab 91

"Sudah kuduga begini jadinya," batin Guntur.Lelaki itu lalu mengelap keringat yang mulai bermunculan di sekitar dahinya, mendapati sang putri yang begitu murka kepadanya karena hal itu."Kenapa Papi lakuin itu sama Aldo!? Suamiku, Pi!" cecar Kinanti dengan suara meninggi, "Kenapa Papi tega banget sama menantu Papi sendiri!?"Kinanti benar-benar marah, ia rak habis pikir dengan apa yang dilakukan ayahnya di belakangnya selama ini. Bahkan wanita itu tak bisa mengendalikan amarahnya sendiri meski di tempat umum."Tenanglah, Kinanti. Papi lakuin itu demi menegakkan wibawa Papi di depan semua orang kantor, kamu pikir ini mudah buat Papi? Nggak, Nak!" sergah Guntur semnbari mengernyitkan dahinya, "Tolong kamu mengerti."Situasi terasa semakin mencekam, kekesalan Kinanti yang semakin menggunung, pun Guntur yang berusaha menenangkan dan mengendalikan situasipun tak ayal membuat Kinanti merasa bingung dan tidak tahu harus berbuat apa. Alhasil? Wa
Read more

bab 92

Aldo yang berpapasan dengannya sampai tak sadar ternganga untuk sejenak. Tentu saja karena terbius oleh kecantikan mantan istrinya itu. Entah kenapa, pesona Citra berubah seratus delapan puluh derajat. Aldo seperti tak mengenali rupa wanita berkulit putih berbadan proporsional itu. Jika saja kecantikan Citra saat mereka masih menjadi sepasang suami istri seperti ini, mungkin Aldo tidak akan berpaling ke Kinanti. Pastilah Aldo akan setia sampai mati. Apalagi saat ia mengetahui bila mantan istrinya itu ternyata anak dari pengusaha kaya raya seperti Nugroho.Namun, sudah terlambat menyadari. Apalagi sekarang mereka berdua sudah resmi berpisah. Sepertinya ketok palu tak juga membuat Aldo sadar. Bahkan ia masih berusaha untuk mendapatkan Citra lagi entah bagaimana pun caranya. Obsesi gila itu meracuni pikiran Aldo sampai ia tak mengingat Kinanti yang kini tengah mengandung anaknya. Definisi sakit jiwa di usia muda. Aldo memang manusia yang tak pernah bersyukur. Maka dari itu se
Read more

bab 93

Mendengar pernyataan dari Harto barusan, sukses membuat dahi Nugroho berkerut. Ia masih tak paham apa maksudnya. Perkataan pria yang menjabat sebagai ketua security itu sangat tersirat, sulit ditebak dengan akal sehatnya.“Bapak masih tak paham, ya?” tebak Harto dengan gelak kecil setelahnya.“Iya. Aku tak mengerti. Maksudmu bagaimana? Bisa kau jelaskan lebih rinci?” Jujur saja, Nugroho sangat penasaran. Mungkin saja karena banyak terbelenggu banyak pekerjaan yang harus diurus, membuat Nugroho kesulitan untuk mencerna ucapan lawan bicaranya. Bukankah hal itu biasa terjadi?“Sebenarnya, saya sudah lama menunggu momen ini, Pak. Karena menurut saya, orang tersohor seperti Anda tentu sangat membutuhkan seorang penjaga yang handal. Kini, masa itu tiba. Bahkan, Anda sendiri yang datang kemari,” tutur Harto menjelaskan maksud dari perkataannya barusan.Nugroho terdiam sejenak. Jemarinya mengusap-usap dagu, lalu mengangguk. “Iya kau benar. Aku sangat memb
Read more

bab 94

Kinanti melongo tak percaya ketika mendapati sosok Citra yang kini sedang berada di perusahaan tempat papanya bekerja. Bahkan dia juga tidak begitu bodoh untuk mengetahui ruangan apa yang kini tengah wanita itu pijaki. Kening Kinanti jelas kian mengerut dalam. Namun dengan cepat wanita itu kembali mengarahkan pandangannya ke depan karena tak ingin Citra ikut mendapati sosok dirinya di sana.'Dia pasti sengaja tidak membiarkan pintu itu tertutup sempurna. Dasar tukang pamer!' Kinanti merutuk dalam hati. 'Tetapi, untuk apa dia di ruangan itu? Dan kenapa dia menduduki bagian kursi kerja?' Benak Kinanti masih diliputi tanya.Sementara itu, berbeda dengan pikirannya yang kian dilanda kalut. Langkah kaki Kinanti malah semakin terbuka lebar demi menutupi gengsinya atas pemandangan pagi yang begitu tak mengenakkan hati. Bahkan hal itu sampai membuat Kinanti tak sadar jika kini dia sudah mendahului langkah kaki papanya sendiri. Cukup cepat hingga membuat Guntur yang tadinya
Read more

bab 95

"Augh!" pekik Kinanti saat bertabrakan dengan seseorang.Dia baru saja keluar dari ruangan Guntur dengan perasaan kacau. Lalu tanpa melihat apa yang terjadi di depannya, tanpa sengaja ia menabrak seseorang. Sempat kaget atas apa yang terjadi, ia memegangi perutnya sendiri. Memastikan bahwa bayinya baik-baik saja.Setelah memastikan perutnya baik-baik saja, Kinanti segera meradangkan raut wajahnya saat ini. Tentu saja dia marah sekarang."Apa kau tidak punya mata, hah?!" Kinanti berteriak penuh amarah sembari melototi orang yang menabraknya itu.Tetapi seketika ia membeku di tempat. Matanya semakin membelalak saat tahu siapa yang menabraknya itu. "Aldo?" gumamnya lirih."Kinanti?" Pun Aldo yang tampak cukup terkejut, sama dengannya."Ah, maafkan aku, Sayang. Apakah kamu baik-baik saja?" Terdengar seperti kekhawatiran yang tak tulus, tetapi Kinanti hanya mendengus lirih akan itu."Tidak, aku tak apa!" jawabnya kesal. "Lalu
Read more

bab 96

Wanita yang tengah hamil besar itu enggan menjawab pertanyaan yang di lontarkan papanya. Kinanti hanya diam membisu sembari melihat ke arah suaminya seakan-akan menyuruh sang suami yang menjawab pertanyaan sang ayah.“Ti-tidak ada masalah Pa,” jawab Aldo gelagapan. Dia melihat raut wajah sang mertua sedang tidak baik-baik saja, sehingga menghindar adalah hal pilihan terbaik saat ini.“Lalu ada keperluan apa kamu di sini?” tanya Guntur kepada Kinanti.“Ayo Mas, antar aku pulang, nanti aku pasti kena semprot kalau tidak pulang.” Bukannya menjawab pertanyaan sang ayah, Kinanti justru melengos sembari menarik tangan Aldo minta di antar pulang.Guntur hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah sang putri lalu kembali menuju kantornya. Sepanjang koridor yang dia lewati terdengar bisik-bisik dari mantan karyawannya, hanya saja Guntur sudah tidak memperdulikannya lagi. Lelaki itu merasa ingin cepat-cepat bebas. Guntur memikirkan gertakannya tadi, apakah resign menjadi alternatif yang per
Read more

bab 97

Jantungnya berdegup kencang, saat seseorang ternyata datang secara tiba-tiba di belakangnya. Membuatnya nyaris mati berdiri karena kaget, tetapi yang membuatnya kini berteriak adalah suara keras itu yang membuatnya membeku di tempat.Pukulan keras dan suara jatuhnya tubuh seseorang membuat Citra kesulitan untuk bergerak. Kakinya seperti dipaku di tanah, dengan dengan mata yang membulat saat melihat sosok yang dikenalinya di bawah sana.Aldo!Laki-laki itu terkapar di bawah kakinya. Dengan seseorang yang menindih tubuh Aldo. Laki-laki lain dengan tubuh tinggi besar, bahkan sekilas saja sudah terlihat kalau Aldo tidak akan mampu mengimbangi kekuatan orang tersebut.Citra memicingkan matanya, merasa muak dengan tindakan Aldo yang terus mengusik kehidupannya. Entah apa yang diinginkan mantan suaminya itu. Citra hanya merasa lelah dan malas, ya dia malas mengimbangi jalan pikiran Aldo yang membuatnya lelah.Seperti tak kehabisan ide, ada saja tingkah Aldo yang terus membuatnya tidak nyaman
Read more

bab 98

"Apa anda benar tidak apa-apa? Perlukah saya menangkapnya lagi?" tanya Ranger bersiap mengambil posisi.Tetapi Citra justru menggelengkan kepalanya dengan mantap, pun sembari menyipitkan kedua matanya, "Gak usah. Saya tidak apa-apa, lagian saya tidak mau lagi memperpanjang masalah dengan orang seperti dia," ungkapnya.Terdengar begitu yakin dan penuh percaya diri, Citra benar-benar sudah tidak ingin berurusan lagi dengan sosok lelaki seperti Aldo yang dengan sengaja meninggalkannya untuk wanita lain. Bahkan bertemu dengannya pun masih terasa mengesalkan baginya."Saya juga tidak apa-apa," ucapnya lagi seraya menampakkan seluruh tubuhnya yang tampak baik-baik saja.Ranger hanya mengangguk paham merasa lega, "Syukurlah.""Saya pergi dulu kalau begitu," ucap Citra hendak berpamitan, "Ah! Apa anda mau pergi bersama saja dengan saya?""Tidak usah, saya hanya mengawal anda dari jauh dan berusaha untuk tidak terlihat siapapun," balas Ranger penuh senyuman."Oh, baiklah kalau begitu saya perg
Read more

bab 99

Seperti rutinitas yang kini menjadi kebiasaannya, setiap pagi saat Citra terbangun dari mimpinya, ia langsung mandi dan turun dari kamarnya. Bergabung dengan kedua orang tuanya di ruang makan.Jika dulu dia bangun pagi dan langsung dihadapi oleh segunung pekerjaan rumah namun mantan suaminya yang brengsek itu tak pernah membantu, tidak untuk saat ini. Ia seperti kembali menjadi seorang putri yang tak perlu mengerjakan pekerjaan kasarnya. Entah bangun pagi atau siang juga tak akan ada yang mengganggu pikiran tenangnya ataupun memarahinya.Sama seperti dulu sebelum ia menikah dan memilih hidup dengan pria brengsek, Citra selalu disapa oleh hari yang sangat indah dan tenang menurutnya.“Hai, Sweetheart, kamu sudah bangun?”Tepat saat Citra sudah sampai di ruang makan, sang mamanya yang masih begitu cantik dan sintal seperti umur awal tiga puluhan itu, pun menyapanya dengan senyuman yang merekah.“Morning, Ma!” sapa Citra juga dengan senyuman yang merekah.Citra juga mendekat ke arah Arum
Read more

bab 100

Miley Cyrus - Flowers. Adalah lagu yang pagi ini menemani Citra di dalam perjalanan menuju ke kantor.Setelah sesi sarapan yang penuh khidmat dan sendu dan melihat kedua orang tuanya yang sangat mengkhawatirkan dirinya, hal itu justru membuat hati Citra menghangat.Yeah, meskipun hidupnya tak berjalan mulus tetapi ada kedua orang tuanya yang selalu mendukung Citra bagaimanapun keadaan dirinya saat ini maupun masa depan. Mengetahui bahwa ada orang yang mendukung dan memeluknya dengan hangat, membuat Citra sangat bersyukur.Citra pun bersenandung mengikuti iringan lagu di earphone miliknya. Memandang langit dengan senyuman yang tipis namun begitu tulus dan indah.Tak berselang lama, kini Citra sudah sampai di perusahaan tempatnya bekerja. Masih menggunakan earphone dengan lagu-lagu yang penuh semangat, Citra masuk ke dalam perusahaan.Tepat saat ia masuk hanya ada beberapa karyawan yang ada di lobi. Berpapasan dengannya dan saling menyapa. Tentu para karyawan itu tahu siapa Citra, sang
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status