Semua Bab Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar: Bab 101 - Bab 110

129 Bab

bab 101

Perlahan handel pintu bergerak dan suara pintu pun berbunyi, menampilkan seseorang berparas tampan masuk ke ruangan Citra. Sosok itu langsung mendapati Aldo dan Citra yang terlihat begitu bermesraan. Kedatangannya juga cukup membuat Aldo terkejut, tetapi dia masih berada di posisinya sembari melemparkan tatapan tajam. Aldo tak suka dengan keberadaan laki-laki itu, yang mengganggu acaranya.Laki-laki itu juga terkejut, mendapati pemandangan yang tak seharusnya dia lihat. Pemandangan macam apa ini? Itu cukup mengganggu, apalagi apa yang dilihatnya merupakan sesuatu yang seharusnya tidak terjadi di perusahaan besar seperti ini. Apalagi itu terjadi di ruangan pemilik perusahaan."Ah, maaf tadi ....""Kenapa sih, harus masuk di saat tidak tepat?" gerutu Aldo, yang saat itu langsung mendapatkan tatapan sinis dari Citra.Citra menyikut perut Aldo, sayangnya pelukan laki-laki itu masih cukup kuat yang membuat wanita cantik itu hanya tersenyum hambar. "Ini tidak seperti yang Anda pikirkan, Pak
Baca selengkapnya

bab 102

Aldo tidak bisa berbuat apapun, dia sudah mati kutu. Bukti-bukti perkelahiannya tentu dengan mudah di berikan oleh Citra kepada polisi, oleh karenanya dia hanya bisa terdiam selama perjalanan menuju ke mobil polisi dan selanjutnya di bawa ke kantor polisi.Bukannya Aldo tidak tahu kalau saat ini dirinya tengah menjadi tontonan seluruh karyawan di kantor Citra, tapi Aldo berusaha untuk tidak memperdulikan puluhan pasang mata yang mengawasinya selama perjalanannya di giring polisi tadi.“Sial, kenapa juga si kampret itu datang di saat yang tidak tepat,” umpat Aldo dalam hati.Dia merutuki kesialan nasibnya saat ini hingga dia di tangkap polisi, bukan dia takut dinginnya tembok dan lantai penjara tapi ketakutan terbesarnya adalah tidak bisa melihat Citra lagi.“Aaahhh aku pasti tidak bisa melihatnya lagi, kalaupun aku berhasil keluar dari tuntutan ini, keluarganya pasti tidak akan membiarkan aku bertemu dengan Citra lagi,” batin Aldo, dia mulai menyesali tindakan gegabahnya.“Cepat turun
Baca selengkapnya

bab 103

Setelah berpisah dengan Abey, Citra mengendarai mobilnya dengan pelan menuju ke rumahnya. Citra mengendarai mobilnya dengan gelisah, perasaan tidak nyaman terus menghantui dirinya. Perlakuan Aldo kepadanya benar-benar keterlaluan. Mantan suaminya itu berani melecehkan dirinya di tempat bekerja.Sebagai mantan suami tidak seharusnya Aldo berbuat seperti itu, Citra merasa harga dirinya ternodai oleh perilaku Aldo. Citra menjadi sangat kesal dengan dirinya sendiri karena pernah mencintai lelaki brengsek seperti Aldo. Dia tidak bisa membayangkan seandainya tidak ada Abey yang datang ke kantornya, bisa jadi Aldo berani berbuat lebih jauh kepadanya.Citra berteriak untuk meluapkan hatinya hingga dia tidak sadar telah melajukan mobilnya yang awalnya pelan-pelan berakhir dengan kecepatan tinggi, menyadari tindakannya berbahaya, Citra buru-buru menepi, dia tidak sanggup melanjutkan kemudinya . Wanita cantik itu menundukkan kepalanya di roda kemudi dan terisak. Dia merasa jijik dengan nasib yg
Baca selengkapnya

bab 104

Abey akhirnya memutuskan memesan es kopi untuk dia bawa pulang.“Ice Americano satu,” ucap Abey di hadapan pelayan.“Minum di sini atau take away Tuan?” tanya sang pelayan.“Take away saja.”Tidak butuh lama, Abey sudah menerima kopi pesananya dan segera membayarnya. Dia lalu berjalan menuju ke mobil yang dia parkir tidak jauh dari mobil Citra.Sambil menyesap kopinya, Abey merenungi peristiwa yang barusan terjadi di kantor Citra, dia berpikir jika sampai dia tidak datang, entah apa yang akan di alami oleh Citra. Abey bergidik ngeri sekaligus jijik terhadap perbuatan lelaki semacam Aldo.“Bisa-bisanya sudah menjadi mantan tapi masih ngebet dan nekat datang ke kantor pula , otaknya dia taruh di mana sih,” gumam Abey heran dengan orang yang menurutnya sangat tak tahu malu itu.Perlahan Aldo kemudian menjalankan mobilnya sambil terus memikirkan tentang Citra.“Beruntung aku datang tepat waktu, jika tidak aku yakin Citra pasti sangat trauma, apalagi yang menyakitinya adalah orang yang
Baca selengkapnya

bab 105

“Ma.. ayo kita berangkat, nanti kita kesiangan lho, eh ada Bu Tina,” Abey menyela mamanya yang hendak menjawab perkataan Bu Tina.“Kamu ini bikin kaget Mama saja, taruh nasi kotaknya lebih dahulu di meja makan,” pinta Bu Sari.Abey memandang sang Mama sembari memberikan kode untuk membawa saja nasi kotaknya, Bu Sari yang mengerti kode dari sang putra akhirnya melanjutkan kata-katanya,” Oh iya, kita kan mau pergi, kita makan di jalan saja.”Hal itu di lakukan Bu Sari agar tidak menyinggung perasaan tetangga tersebut.“Apa kabarnya Bu?” sapa AbeyAbey dengan sopan menyapa wanita yang di panggil mamanya Jeng Tina tersebut. Abey sama sekali tidak menampakkan wajah marah, sebaliknya lelaki itu langsung memeluk bahu sang mama untuk memberikan kode kepada sang tetangga kalau mereka hendak pergi.“Ba-baik Nak Abey, jadi Jeng Sari mau pergi?” tanya Bu Tina memastikan.“Iya Bu, kebetulan ada keperluan di luar, di ajak Abey ini lho,” Bu Sari tersenyum.“Oh mau pergi ya Jeng Sari? Ini lho Bey, Ib
Baca selengkapnya

bab 106

Abey bersama dengan sang mama berangkat menuju ke restoran sunda dengan suka cita. Mereka sangat senang dengan tempat makan tersebut karena resoran tersebut mempunyai banyak kenangan untuk keluarga mereka.“Senyum-senyum terus sih Ma,” celetuk Abey ketika melihat sang mama di sampingnya tak hentik menyunggingkan senyuman.“Ih kamu, ganggu aja sih, Mama lagi mengingat saat-saat kamu masih di usia PAUD, saat itu kami mengajakmu ke rumah makan ini, saat berangkat Mama sudah bertanya kepadamu, mau buang air kecil apa tidak, tapi kamu yang tidak sabaran langsung ngacir meninggalkan mama, akibatnya kamu ngompol deh di sana.”“Ha ha ha masa sih Ma, kok Mama tidak pernah bercerita, jangan-jangan Mama mengarang cerita,” ucap Abey menggoda sang Mama.“Yah buat apa Mama mengarang cerita, dan yang paling membuat geli adalah Mama tidak membawa baju ganti untuk sehingga Papa terpaksa membelikan popok dan celana ganti untukmu ha ha ha …” Sari tertawa terbahak-bahak sedangkan Abey memandang sang Mama
Baca selengkapnya

bab 107

Tawa Nugroho yang tiada henti membuat Arumi semakin menekuk sebal bibirnya. Barulah Nugroho mau menghentikan tawa ketika mendapatkan teguran kecil dari Arumi.Bagaimana pun Arumi tidak ingin berakhir menjadi pusat perhatian para tamu di restoran itu hanya karena sikap ceroboh Nugroho yang tidak mengontrol diri."Sudah dong, Mas! Jangan ketawa terus! Bisa-bisa kamu diusir satpam karena bikin gaduh di sini!" omel Arumi masih dengan bersungut. Nugroho pun berusaha keras meredakan tawanya."Apa sih, Ma. Nggak mungkin lah papa diusir dari sini, tenang ..." jawab Nugroho sedikit bercongkak diri. Sementara Arumi memilih kembali diam dan memandangi juga sesekali membalik lebar buku menu di hadapan.Arumi tak ingin terlibat perdebatan lebih dengan sang suami yang nantinya malah akan membuat pelayan menunggu lebih lama lagi."Saya mau nasi timbel dua, pepes ayam, balado terong, sambal bawang, dan tumis labu siam. Sudah." Arumi mulai menyatakan pesanan."Baik, Bu. Minumnya apa?" tanya sang pelay
Baca selengkapnya

bab 108

"Tidak. Tidak apa-apa," ujar Nugroho disela batuknya. Arumi yang melihat itu pun seketika menggelengkan kepala menahan tawa."Ini, minum dulu," ucap Arumi meraih gelas milik Nugroho dan memberikan minuman itu kepada sang suami."Makanya kalau makan itu pelan-pelan," ceramah Arumi setelah batuk Nugroho mulai hilang."Gimana? Sudah lega?" tanya Arumi memastikan. Salah satu tangannya masih aktif menepuk punggung Nugroho pelan."Ah, iya. Lumayan," ucap Nugroho sedikit malu. Apalagi mengingat teman Arumi masih ada di sana dan tampak khawatir dengannya."Dia teman mama?" Nugroho bertanya. Sementara Arumi yang mendengar itu seketika mengembangkan senyuman."Iya. Kan tadi sudah mama bilang," jawab Arumi sembari sedikit mencondongkan tubuhnya ke arah Nugroho untuk berbisik.Nugroho pun segera kembali mengarahkan pandangannya kepada Sari yang masih setia berdiri tidak jauh dari tempatnya. "Kenalkan, saya Nugroho, suami Arumi," ucap Nugroho memperkenalkan diri."Sari, teman lama Arumi," terang S
Baca selengkapnya

bab 109

Abey yang merasa khawatir akhirnya melambaikan tangan dan memanggil salah satu karyawan restoran yang berada tak jauh dari tempatnya. Sang karyawan restoran yang tengah membersihkan salah satu meja kotor di ruangan itu pun dengan cepat berjalan mendekati Abey untuk menanyakan keperluan tambahan yang mungkin saja Abey inginkan."Ada yang bisa saya bantu?" tanya sang pelayan begitu sopan. Abey yang memang sedang dilanda resah pun dengan cepat mengungkapkan kebutuhannya."Jadi begini, tadi saya datang ke sini dengan ibu saya. Tetapi setelah dia selesai makan tadi tiba-tiba ibu saya—" Mendadak ucapan Abey tergantung saat pria itu samar-samar mendengar tawa dari sang mama.Dengan cepat Abey kembali mengedarkan pandangan. Baru dia sadari jika salah satu wanita yang duduk cukup jauh dari mejanya dengan posisi memunggungi itu ternyata adalah sang mama."Astaga, bisa-bisanya aku lupa dengan baju yang mama kenakan," rutuk Abey seraya memukul wajahnya pelan. Kini dapat dia lihat keberadaan sang
Baca selengkapnya

bab 110

Abey tersenyum, mendapati ibunya yang begitu antusias memintanya untuk mencari informasi mengenai seseorang. "Ma, mau cari informasi soal siapa? Tumben banget, biasanya gak pengen tahu soal orang lain," ujar Abey."Arumi. Iya, teman lama Mama itu. Mama tadi lupa buat minta nomornya. Astaga, kapan lagi coba bisa ketemu dia," ucapnya sembari menggerutu karena kebodohannya.Mendengar penuturan ibunya, Abey dibuat tertawa. Melihat Sari yang tampak antusias, kesal, membuat Abey merasa lucu pada tingkah ibunya itu. Bahkan Sari sampai memohon padanya. "Mau ya, Mama pengen banget punya nomor teleponnya. Pengen banget cerita-cerita, ketemu, makan bareng lagi, jalan-jalan, terus ...."Abey mengangkat tangannya, meminta ibunya itu untuk berhenti. Dia mengangguk, menyanggupi untuk mencari tahu soal teman lama ibunya itu.Di sisi lain, langkah kaki Citra terlihat lemah, matanya tampak menatap sendu. Duka tampak jelas di bola matanya itu, tetapi tak ada bendungan air mata di sana. Dia hanya berjala
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status