Share

bab 79

Author: Vyra Fame
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Melihat tukang parkir yang bernama Jaka itu begitu bersimpati pada kisahnya, membuat Aldo merasa sangat senang. Ia bergembira meski masih menampilkan raut wajahnya yang penuh kemalangan.

Jaka dan Aldo memiliki kisah yang sama. Mereka masih begitu mencintai istrinya namun ditentang oleh mertua mereka. Inilah kesamaan yang sudah dicocokan oleh Aldo.

Tentu cerita yang sebenarnya tidak Aldo ceritakan, tanpa tahu malu.

"Tenang saja, Pak Aldo, saya akan membantu Anda untuk melancarkan rencana ini!" seru Jaka dengan semangat.

Aldo pun tersenyum manis dan sendu. Menatap Jaka penuh rasa haru. "Terimakasih, Jaka. Hanya kamu yang sangat mengerti aku," gumamnya lirih.

"Tentu saja. Kita berada di posisi yang sama, Pak Aldo. Jelas saya sangat mengerti apa yang Anda rasakan saat ini!" sahut Jaka lagi. Penuh semangat.

Lalu dengan aura penuh positif dan semangat yang intens, Jaka memegang tangan Aldo dengan erat. Berjabat tangan sebagai seorang pria bermartabat. "Sekarang serahkah saja semuanya kepada
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   bab 80

    Raya tak henti tersenyum gembira melihat ada rupiah yang masuk ke dalam rekeningnya. Dia tidak menyangka jika Om Johan, gadun barunya ternyata sangat royal kepadanya, padahal dia belum memberikan kesenangan yang berarti kepada Om Johan.Tak lupa Raya mengirimkan pesan singkat kepada Dona, teman sekelasnya yang selama ini bertindak sebagai “mami-nya” dalam mendapatkan para gadun.Tadi pagi Dona memang memberikan nomor telpon Om johan dan menjelaskan kalau Om Johan ingin bertemu dengannya. Tak perlu waktu lama Raya langsung menelponnya. Tak di sangka ternyata wajah Om Johan juga cukup menarik, tidak terlalu tua, dan yang terpenting lelaki itu sangat enak di ajak ngobrol oleh Raya.Raya pun setuju untuk bertemu di café langganannya, dan tidak di sangkat ternyata Om Johan sangat baik kepadanya.Selama mereka bertemu tidak sekalipun Om Johan menunjukkan wajah genitnya, bahkan lelaki itu terlihat menuruti semua yang di sampaikan oleh Raya.Setelah acara makan, Raya di antar pulang oleh Om J

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   bab 81

    Rahang Raya mengeras begitu mendengar tuduhan dari kakak iparnya, jujur saja dia tak terima dikata-katai seperti itu oleh Kinanti.Gadis itu sudah berhasil mengambil ponselnya dari tadi. Awalnya dia tak mengerti mengapa tiba-tiba ibunya menyemprotnya dengan marah-marah serta Kinanti yang malah memaki-maki dirinya.Namun, firasat Raya mengatakan bahwa barangkali ibu dan kakak iparnya itu habis melihat sesuatu di ponselnya yang dia tinggalkan begitu saja di atas meja.Dengan cepat, Raya langsung melihat ponselnya dan langsung kaget melihat ruang obrolannya dengan sang gadun baru begitu panas dan liar. Gadun itu sampai mengirimkan foto organ yang paling haram di lihat. Dalam seketika, tubuh Raya menegang dan keringat dingin langsung mengalir dari pelipisnya. “Mati aku!” pekiknya dalam hati. Sungguh, Raya sangat mengutuki dirinya mengapa kali ini bisa lengah. Bisa-bisanya dia meninggalkan ponselnya begitu saja padahal seharusnya dia harus tetap waspada. Ada be

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   bab 82

    Aldo yang tadi tengah menatap sisa makanan mertuanya, dikagetkan dengan teriakan Kinanti yang meminta pertolongannya. "Mas, kok malah bengong. Ayo, bantu Papa!" teriaknya lagi.Dia pun segera mendekat untuk menolong Guntur, ya membawa tubuh laki-laki itu ke tempat yang lebih nyaman lagi. Namun, Guntur malah sempat-sempatnya menolak pertolongan dari Aldo. Dia yang muak, enggan menerima pertolongan dari menantunya itu."Diam kamu, jangan bantu saya!" teriaknya.Aldo sempat terdiam, saat Guntur melarang dirinya menolongnya untuk bangun. Melihat itu, Kinanti kembali berteriak membuat Aldo pun melanjutkan tugasnya tanpa peduli dengan teriakan penolakan dari mertuanya."Dasar sialan, jangan sentuh saya!""Udah Mas, jangan didengarkan. Bantu Papa!" mohon Kinanti."Pa, udah ya, biarin Mas Aldo bawa Papa ke kamar. Biar bisa tiduran, biar bisa istirahat dengan nyaman," ucap Kinanti menenangkan ayahnya itu.Bagaimana lagi, di sana

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   bab 83

    "Kinanti ... "Dengan suara yang terdengar begitu pelan dan berat, Guntur berusaha memanggil putrinya dari dalam kamar. Kinanti pun menoleh ke arah pintu kamar ayahnya yang sedikit terbuka itu lalu menghela napas.Saat itu pula Kinanti mendengar beberapa ocehan Miranti yang terus mengatakan beberapa kalimat permohonan maaf dengan sedikit memelas. Ya! Miranti tentu berusaha membujuk menantunya agar ia tidak terusir dari rumah itu.Tetapi Kinanti yang sudah merasa lelahpun akhirnya hanya mendengar kata-kata itu tanpa menanggapinya, ia lebih memilih berpaling dan pergi meninggalkan ibu mertuanya menuju kamar sang ayah yang sejak tadi memanggilnya.Ketika Kinanti membuka pintu itu, tampak sang ayah tengah mendapat beberapa pijatan relaksasi dari asisten rumah tangga mereka. Kinanti sempat terdiam sesaat melihat kondisi Guntur yang terlihat tak baik-baik saja."Aku di sini ... "Guntur pun memberi signal melalui lambaian tangannya aga

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   bab 84

    Bi Nur mengangguk, lalu berkata, “Iya, Non. Masuk aja dulu.”“Iya, Bi.” Walaupun ini rumahnya, entah kenapa Kinanti jadi merasa sungkan. Apa mungkin karena harus memecat wanita yang sudah bekerja belasan tahun untuk merawat keluarganya?Hah, sejujurnya saja, Kinanti tak tega memecat wanita tua yang kini duduk berhadapan dengannya. Namun jika tidak memilih salah satu, maka perekonomian keluarganya akan semakin memburuk, lebih parah dari kondisi sekarang.“Non?” Bi Nur memegang pundak Kinanti untuk menyadarkan wanita itu dari lamunan.“Ah iya.” Kinanti terkejut.Bi Nur tersenyum, lalu bertanya, “Non mau bicara apa? Bicara aja.”“Em ... gimana ya, Bi. Aku jadi bingung harus mulai dari mana.” Kinanti meremas jemarinya sendiri.Apakah perkataannya nanti tidak menyakiti bi Nur? Ah sudah pasti mengejutkan. Namun untuk menyakiti, tinggal bagaimana bi Nur menanggapi. Semoga saja wanita tua itu mengerti dengan kondisi perekonomian kel

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   bab 85

    "Apa!?" pekik Aldo tanpa sadar menaikkan nada bicaranya, "K-kamu ... "Aldo tak kuasa menyelesaikan perkataannya sendiri kala ia mendengar permintaan sang istri yang begitu mengejutkan bahkan di luar nalar. Betapa tidak? Tak ada angin maupun hujan, tiba-tiba Kinanti meminta sesuatu yang terbilang tidak mudah bagi Aldo.Hal itu kini membuat Aldo pusing sendiri menghadapi sikap istrinya yang membuatnya merasa terhimpit. Terlebih Aldo sendiri berpikir bahwa selama ini ia tidak pernah diberi jatah pada malam hari oleh istrinya sendiri.Ya, mulanya semua terasa seperti sudah biasa karena Aldo pun mengerti dengan kondisi kandungan Kinanti yang semakin tua, pun dengan pekerjaannya yang mengharuskannya untuk pulang malam dan langsung pergi tidur. Semua tampak sudah biasa baginya, namun entah mengapa hal itu terasa aneh saat ini.Bahkan jika di pikir-pikir lagi Aldo merasa bahwa Kinanti sudah tudak terlihat mood lagi untuk melayaninya."Apa karen

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   bab 86

    Aldo yang mendapatkan pukulan bertubi-tubi di tubuhnya pun seketika terkesiap dari tidur. Pria itu berteriak histeris, antara kaget dan juga berusaha menekan rasa sakit yang masih terus Guntur torehkan padanya."Astaga! Apa-apaan ini! Tolong hentikan! Aku bukan maling! Aku Aldo!" Dengan cepat Aldo membuka sarung yang sejak tadi dia gunakan untuk menutupi kepala karena silaunya cahaya dari sorot lampu teras yang menurutnya begitu mengganggu.Guntur yang mengetahui wajah sang menantu kini terpampang jelas di depan mata pun seketika menahan pukulan yang hendak kembali dia layangkan."A-Aldo? Kenapa kamu malah tidur di sini?" tanya Guntur bingung. Antara merasa bersalah dengan sang menantu namun juga kembali merasa kecewa dengan ulah Aldo yang lagi-lagi hanya bisa menimbulkan masalah saja.Belum sempat Aldo memberikan jawaban, semua penghuni rumah sudah ikut bangun bahkan berbondong-bondong keluar dari kamar untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   bab 87

    Jaka yang saat ini masih termangu dengan ponsel di telinganya, hanya terbengong untuk beberapa saat. Mendengarkan sesuatu yang seharusnya tak bisa ia dengarkan, namun menjadi seperti tambang emas di depan mata.Tentu saja, dengan bodohnya Aldo tidak memastikan apakah sambungan teleponnya sudah benar-benar terputus atau tidak. Jadi bukan salah Jaka jika ia mendengarkan semua percakapan antara Aldo dan istrinya itu."Hah ... ini benar-benar gila," gumamnya lirih. Wajahnya sudah membentuk ekspresi yang sangat jelas sekarang. Seperti mendapatkan sebuah jackpot besar!"Aldo benar-benar bodoh. Jadi jangan salahkan aku kalau aku mengetahui kekacauan di dalam rumah tanggamu, Aldo. Dan tentu saja aku tak akan membiarkan ini begitu saja.""Ini adalah tambang emas!" imbuhnya lagi.Jaka, dia akan memanfaatkan keretakan dan celah besar yang ada di rumah tangga Aldo untuk menguras semua uang milik laki-laki bodoh itu. Jadi Jaka tak akan bersusah payah

Latest chapter

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   bab 129

    "Ah! Apa itu mas Alex??" gumamnya yang langsung bangkit dari duduknya, "Gawat! Aku harus cepat sembunyi!"Seketika saja wanita itu mengerjap, debaran jantungnya tak karuan mendengar derap langkah yang mendekati rumah tersebut. Kinanti merapatkan kedua tangannya lalu memegangi dadanya yang semakin terasa tak karuan.Bagaimana tidak? Hari-hari yang dijalani mereka awalnya sangat bahagia, Kinanti sangat bersyukur karena mendapatkan suami yang sangat pengertian dan selalu memanjakannya, fisik maupun batin.Akan tetapi, setelah menjalani kehidupan rumah tangga bersama Alex semua mulanya berjalan dengan baik dan bahkan bahagia, Kinanti selalu mendapat perlakuan manis dari Alex yang sangat menyayanginya, begitupun sebaliknya. Akan tetapi hal itu rupanya tidak berjalan lama karena ternyata Kinanti salah menilai Alex sebagai suami barunya, kehidupan rumah tangganyapun tak berjalan seperti apa yang diharapkan olehnya selama ini.Tak dapat terbayangkan pula jika nasib Kinanti akan hancur seperti

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   bab 128

    Nugroho pun mengerjapkan kedua bola matanya dengan cepat. Dia mencoba mencerna kata-kata yang diucapkan oleh lawan bicaranya di depan matanya tersebut.Tanpa disadarinya pandangannya pun menyapu dari ujung kepala hingga ke ujung kaki Abey. "Menantu? Hmm ... boleh juga rupanya," batin Nugroho.Namun, sekejap kemudian Nugroho kembali tersadar bahwa apa yang dilakukannya itu terlalu gegabah. "Astaga, baru juga ketemu. Mikir apa sih aku ini?" batinnya membantah penilaiannya barusan, karena bagaimanapun juga dia ingin yang terbaik untuk Citra tapi tidak ingin memaksakan kehendaknya.Merespon sapaan dari Abey tersebut Nugroho pun jadi tertawa terbahak-bahak dan bersedekap. "Boleh juga keberanianmu, ya!" ucap pengusaha sukses tersebut sambil menepuk-nepuk bahu pemuda yang ada di hadapannya.Wajah Abey yang sudah mereda pun jadi memerah lagi. Sejenak dia juga merututi dirinya sendiri mengapa bisa sampai seberani itu.Namun, kemudian yang ia dengar adalah sahutan dari sang Ibu dan juga sahabat

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   bab 127

    Bahkan Abey tidak seolah terbungkam dan tak mampu berkata-kata lagi saat menanggapi tekanan dari perempuan yang diharapkannya menjadi calon mertua tersebut. Ingin rasanya dia berteriak menyuarakan batinnya, "Tante, kita bukan udah kenal lagi, tapi saling suka! Iya benar, Citra juga bilang suka aku!"Namun, alih-alih bisa bersuara, Abey pun mengatupkan rahangnya kuat-kuat, tatkala melihat sosok yang dari tadi bersemayam di kepalanya itu muncul tertangkap ekor matanya.Sedetik kemudian, terdengar juga suara Citra yang berseru, "Mama!""Eh? Sebentar ya, Sar," ucap Arumi pada temannya untuk menanggapi panggilan sang anak terlebih dahulu, "Apa, Sayang?"Kali ini giliran Citra yang syok sampai rahangnya menganga terbuka. Kedua bola matanya saling tatap dengan seorang pria tampan yang berdiri terpaku di tengah taman rumahnya.Citra mengibaskan kepalanya, berusaha menghalau gambaran di depan mata kepalanya yang dikiranya sebagai halusinasi itu."Lho, kok malah bengong? Kenapa lagi sih, Sayang

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   bab 126

    Abey masih tak bergeming sama sekali. Pikirannya sungguh sangat tak menentu saat ini. Tidak, tetapi rasanya otaknya sudah eror!Bagaimana bisa alamat yang dikirimkan oleh mamanya itu adalah alamat yang sama dengan rumah Citra, wanita yang sangat ia cintai?!Bahkan titik di mana mamanya berada benar-benar tepat di titik di mana rumah Citra itu.Saat ini Abey masih berada di depan rumah Citra. Sedari tadi, saat wanitanya itu turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah, Abey masih tak bergerak atau menjalankan mobilnya sama sekali.Selagi menunggu balasan dari mamanya agar mengirim lokasi di mana rumah teman mamanya berada, Abey tak beranjak dari tempatnya sedikitpun.Tetapi apa daya jika yang ia dapatkan sangat mengejutkan seperti ini?!"Ini ... tak mungkin 'kan teman mama itu ...," ucap Abey yang menggantung, kembali menoleh dan megamati rumah mewah milik keluarga Citra dengan seksama."Atau jangan-jangan teman Mama itu adalah ibunya Citra?" gumamnya lirih menyambung ucapannya yang mengg

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   bab 125

    Seketika Citra membeku di tempat hanya karena mendengar pertanyaan dari Abey perihal isi hatinya. Perasaan kikuk kembali menghantui. Sejenak wanita itu menimbang, mau tetap menyembunyikan perasaan dan membuat Abey menunggu atau terus terang saat ini juga.Namun, bersamaan dengan itu Citra sadari rupanya dia sudah berada di dekat area rumah, tanda jika dirinya harus kembali menerangkan arah jalan."Itu, setelah patung di depan itu kamu belok kanan," ucap Citra menerangkan. Dia tak mau membuat dirinya dan Abey berakhir kebablasan sehingga harus mencari rute untuk berputar. Jalanan masih cukup ramai, akan sedikit sulit mengambil jalan putar. Apalagi perlu beberapa meter lagi baru mereka akan menemukan tempat untuk berbelok."Ah, jadi daerah sini? Kalau daerah sini aku pernah datang. Aku ingat dulu pernah diajak temanku ke sini. Kebetulan rumah temanku ada di perumahan itu, yang itu." Dengan cepat Abey menunjuk sebuah komplek perumahan tak jauh dari lokasi mereka. Komplek itu cukup besar

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   bab 124

    Sepanjang perjalanan Citra hanya bisa menyalahkan dirinya dan pikirannya yang tumpul. Terlalu penakut hanya karena kegagalan cinta di masa lalu.Sadar akan dirinya yang masih ditunggui oleh Abey, Citra pun berusaha keras mengusir segala rutukan yang hanya memenuhi isi kepala itu."Sudahlah," desis Citra pelan sembari mulai menata meja kerjanya. Beberapa saat kemudian wanita itu kembali berjalan keluar dari ruangan untuk kemudian menghampiri Abey yang sejak tadi masih berada di parkiran.Sementara itu, di tempatnya Abey menunggu dengan resah. Hawa panas dan dingin seolah menyerang jiwanya secara bersamaan."Sial. Kenapa aku harus bertindak gegabah, sih? Kenapa aku harus terburu-buru seperti ini? Citra pasti kecewa sekali. Mana mungkin dia mau menerimaku kalau begini caranya! Mengungkapkan perasaan di lahan parkir? Sungguh? Oh my God! Good job, Abey. Kamu telah menghancurkan semua," sinis Abey pada dirinya sendiri. Pria itu seperti kehilangan harapan sekarang."Ah, tidak apa-apa lah. To

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   bab 123

    Citra yang merasa penasaran dengan ajakan Abey pun tanpa pikir panjang mengikuti langkah pria itu. Entah mengapa hari ini Citra mendadak berubah menjadi wanita penurut karena hati yang selalu terasa enggan menolak setiap ajakan yang Abey layangkan. Namun, jujur saja hal itu sama sekali tak membuat Citra resah. Justru berada di samping Abey selalu membuat Citra nyaman dan betah.Sekilas Citra mencuri tatap ke arah Abey yang masih setia berjalan di sisinya. Melihat pria itu dari dekat benar-benar mampu mendebarkan dada Citra. Juga pipi wanita itu yang perlahan menampakkan ronanya.Abey menghentikan langkah saat tubuhnya sudah benar-benar tiba pada lokasi tujuan. Begitu pula dengan Citra yang sejak tadi mengikuti laju kaki Abey.Sejenak Abey berdehem pelan, berusaha keras menetralisir rasa gugup yang melingkupi jiwa. Setelahnya Abey memberanikan diri memutar tubuh menghadap Citra yang sebenarnya sejak tadi sudah menunggu kalimat apa yang hendak pria di sampingnya itu katakan."Emm, Citra

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   bab 122

    "Apa maksud, Mama?!" pekik Raya.Saat ini Raya sudah mengerutkan dahinya dengan kasar. Tentu saja ia berharap apa yang dikatakan mamanya tadi adalah mimpi dan dia hanya salah dengar saja.Berjualan makanan? Raya tidak gila untuk melakukan semua itu! God, demi apapun, Raya tak mau!"Apa kamu masih tidak paham dengan apa yang mama maksud, huh?" desis tajam Miranti yang menatap Raya dengan bengis. "Tentu saja kita harus hidup, Raya! Kita harus makan dan punya uang. Memangnya kamu pikir kita memiliki uang untuk makan jika kita tidak mencarinya?!"Dengan marah dan masih mencoba untuk mengeluarkan semua bahan-bahan makanan yang tersisa, Miranti kembali mengomeli putrinya itu."Dan kamu!" Miranti menunjuk Raya dengan tajam, ia marah saat ini. "Bagaimana bisa kamu kehilangan uang itu, tabunganmu!"Plaaakk ...!!!"Aaakhh ...! Mama! Kenapa mama memukul Raya?!" Lengan Raya dipukul cukup keras dengan Miranti yang kini sudah memelototinya."Tentu saja ini juga salahmu!"Raya mengerutkan dahinya. "

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   bab 121

    "Ugh ...."Miranti mulai merasakan pening di kepalanya. Bahkan rasanya saat ini bagian kepalanya sudah sangat besar, hampir pecah.Melenguh kesakitan dan sedikit mengerutkan dahi, Miranti mulai sadar. Membuka matanya dan cahaya remang-remang mulai masuk ke dalam pandangannya.'Sepertinya aku baru saja pingsan,' gumam Miranti sembari merintih, memegangi rambut kepalanya dengan erat. Sial, peningnya masih saja menjadi!"Mama ... Mama sudah bangun?"Seketika Miranti langsung menoleh ke arah sumber suara yang masuk ke dalam pendengarannya itu. Itu adalah Raya, putri semata wayangnya. Putrinya itu sedang mengipasi dirinya dengan raut wajah yang cukup khawatir."Ughh ...," lenguh Miranti kembali sembari mencoba untuk bangun.Dibantu dengan Raya, ia mulai mendudukkan diri di ranjang tempat kamar tidur pribadinya. "Hati-hati, Ma, sepertinya kepala Mama masih berat," ucap Raya seraya membantu ibunya itu.Itu benar. Kepalanya masih sangat pusing."Kamu sudah kembali?" tanya Miranti sedikit deng

DMCA.com Protection Status