Semua Bab Pesan Talak dari Suamiku: Bab 41 - Bab 50

67 Bab

Bab 41

Aku menguap dan merentangkan kedua tangan. Sepertinya, tidurku sangat nyenyak sekali. Sampai-sampai aku tidak mendengar suara adzan berkumandang.Ceklek!Suara pintu kamar mandi terbuka. Mataku membulat saat melihat Reza keluar dari sana. Bagaimana dia bisa masuk ke dalam rumah, terus juga kenapa dia bisa ada dalam kamar, bukannya aku sudah menguncinya dari dalam?Dengan santainya Reza berjalan menuju lemari pakaian. Dengan menggosokan handuk kecil pada rambutnya, dia bersikap seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa semalam.“Kenapa kamu bisa ada di sini?” tanyaku. Reza membalikan badan dan melihatku yang kebingungan.“Emangnya aku harus di mana? Bukannya dari kemarin juga, aku di sini?”“Maksudku, kenapa kamu bisa masuk ke kamarku?”“Ini juga kamarku. Mas Mirza yang memberikan beserta segala isinya, termasuk kamu.” Aku mencondongkan badan ke belakang saat Reza menunjuk serta mendekatkan tubuhnya padaku.“Kau pikir aku barang yang bisa dilemparkan ke mana saja?” Reza menegakkan tubuh
Baca selengkapnya

Bab 42

Aku menarik napas lalu mengembuskannya kasar. Aku tidak boleh terpengaruh oleh gombalan dan rayuannya Reza. Tahan Aletta, harga dirimu lebih mahal dari sekedar ungkapan kata sayang.Aku berdiri hendak pergi, namun sebelah tanganku ditarik Reza hingga aku terjatuh dipangkuan Reza yang masih duduk di ujung meja rias. Kedua tanganku melingkar memeluk lehernya. Sedangkan tangan Reza, memeluk pinggang rampingku.Aku berusaha melepaskan diri tapi sulit, semakin aku bergerak, tangan Reza semakin erat memelukku.“Kamu sangat cantik, Al. Sudah lama aku ingin merasa lebih dekat denganmu.” Reza berucap dengan diakhiri senyum yang manis. Membuatku seperti ditaburi ribuan bunga mawar yang bermekaran.Ya Tuhan, aku harus apa, aku ingin lepas, tapi nyatanya hatiku menolak. Reza memejamkan mata, dengan wajah yang semakin mendekat.“Mama! Papa!”Reza berdiri, melepaskan tubuhku dengan sedikit mendorongnya hingga aku kembali terduduk di kursi meja rias.Ceklek!Pintu kamar terbuka, Thalita berdiri deng
Baca selengkapnya

Bab 43

“Ya Allah, Gusti ... benar juga kata istrimu Za, jangan-jangan kamu, astagfirullah jangan sampai ini terjadi padamu, Reza. Kamu harus segera periksakan kesuburanmu, Za. Kamu pasti punya banyak kenalan dokter, ‘kan? Kamu konsultasikan masalahmu dengan segera, Za!”Mama langsung bereaksi sangat kaget saat aku berkata yang mengarahkan kalau Reza yang bermasalah. Mama sampai memegang perut Reza dan memandangnya khawatir.Reza yang merasa tersudutkan, matanya melotot kearahku dengan meminta pembelaan. Aku yang melihat dia merasa tidak nyaman, malah membalasnya dengan senyum manis dan sesantai mungkin.“Ma, Reza tidak apa-apa, kok. Ini masalah waktu saja, nanti akan ada saatnya, Mama mendapatkan cucu lagi,” ujar Reza melihatku dan Mama bergantian.“Mama takut, Za. Apa benar kalian baik-baik saja, atau kamu lemah kali, Za.” Mendengar perkataan Mama, aku hampir saja terbahak. Segera aku menutup mulut yang sudah penuh dengan cemilan yang disuguhkan Mama.“Ya enggak, Ma. Mama ngaco, nih, udah a
Baca selengkapnya

Bab 44

“Apa ... si pemuda itu, kamu? Dan si gadis adalah ....”“Sstttt ... siapa pun si pemuda dan si gadis, yang jelas sekarang, pemuda itu merasa sangat bahagia karena bisa selalu dekat dengan pujaan hatinya.”“Za—“ Reza menempelkan telunjuknya di bibirku untuk yang kedua kali.“Walaupun si pemuda tahu, kalau kekasih hatinya belum bisa menerima dia seutuhnya, tapi dia tidak akan lelah untuk selalu menunggu.”“Reza, cukup.”“Kenapa? Aku ‘kan lagi bercerita, Al.”“Lihat mataku, Za.” Aku memegang pipinya agar Reza hanya melihatku.“Matamu indah, sangat indah. Bulu matamu lentik, sangat cantik,” ujarnya dengan menatapku tanpa berkedip.“Apa pemuda itu dirimu dan gadis itu aku? Aku butuh jawaban bukan cerita lagi,” kataku memaksa.Reza menganggukkan kepala dengan tetap tersenyum. Aku tak kuasa jika tidak memeluknya. Aku melingkarkan tangan di pinggangnya, wajahku kusembunyikan di dadanya. Menghirup wangi tubuh dan merasakan detak jantungnya.Reza, memang dulu aku dan dia satu angkatan, tapi bed
Baca selengkapnya

Bab 45

“Al, Za. Mau ikut gak, kita mau pergi ke luar buat cuci mata!” ujar Mama dari balik pintu.Reza melihat ke arahku dan menggeleng.“Iya, Ma. Kita ikut!” teriakku dari dalam. Reza menekuk wajahnya dengan bibir mengerucut. Aku terkikik geli melihat dia yang seperti anak kecil.“Ayo cepet, Nak. Putrimu sudah menunggu!” ujar Mama lagi.Aku bercermin merapikan penampilanku. Mengoles lipstik yang sudah mulai memudar. Mengambil tas yang tergeletak di atas kasur, lalu berjalan menghampiri pintu.“Al, di sini sajalah, biarkan mereka saja yang pergi.” Reza memegang sebelah tanganku. Aku menggeleng.“Aku ingin cuci mata,” kataku dengan mengedipkan sebelah mata.Pada akhirnya, aku dan Reza pun keluar. Ternyata Mama, Papa dan Thalita sudah hendak berangkat dengan menggunakan mobil Papa.“Hey, kalian mau ikut juga?” tanya Papa.“Iya, Aletta yang pengen,” ujar Reza.“Yasudah, pakai mobil Papa saja. Kamu yang nyetir, Za. Biar Papa duduk di belakang sama Thalita dan Mamamu.”Semakin ditekuklah wajah su
Baca selengkapnya

Bab 46

Jatuh cinta lagi atau mungkin puber kedua yang saat ini aku rasakan. Duniaku kembali berwarna setelah beberapa waktu mendung menyerang. Kini kabut hitam telah pergi berganti oleh indahnya pelangi.“Al.”“Hmm.”“Kau tidur?”“Tidak.”“Kenapa diam saja, apa yang sedang kau pikirkan? Jangan terlalu memikirkan aku, Al. Aku di sini dan akan tetap seperti ini,” ujar Reza yang langsung menggenggam tanganku.“Jangan begini, Za. Kamu sedang menyetir.” Kutarik kembali tanganku dari genggamannya.“Tahu, siapa bilang aku lagi berkuda. Aku hanya ingin merasakan indahnya menggenggam masa depan.” Aku terkekeh dan Reza mengambil lagi tanganku dan menautkan jarinya dengan jariku.Jalanan mulai menggelap karena kami pulang dari rumah Mama sehabis magrib, dan kami hanya pulang berdua, karena Thalita yang menolak untuk dibawa pulang. Dia bersikeras ingin menginap di rumah Mama, meski aku dan Reza sudah membujuknya.“Aku harus ke klinik sebentar, Al. Apa kau mau ikut, atau mau menungguku di apartemen?” Set
Baca selengkapnya

Bab 47

Pagi-pagi sekali sekali aku dan Reza sudah kembali ke rumah. Aku bersiap untuk pergi ke kantor, dan Reza pun bersiap untuk pergi ke kliniknya.“Al, ingat ya nanti kita harus pergi ke acara reuniku. Kamu harus ikut,” ujar Reza disela sarapan kita.“Tidak bisa janji, Za. Akan banyak pekerjaan hari ini. Apalagi kemarin aku tidak masuk kerja, pastinya pekerjaanku akan sangat menumpuk, mungkin aku akan lembur,” kataku menjelaskan.“Lembur kerja, apa lembur tidur di atas rooftop?”Aku berhenti mengunyah saat Reza bertanya. Aku menyimpan sendok dan garpu di atas piring. Kedua tangan aku lipat di atas meja dengan mata melihat ke arah Reza.“Kamu tahu waktu itu aku berada di atas rooftop?”Reza mengangguk.“Kamu tahu aku tidur?” tanyaku lagi, dan Reza kembali mengangguk.“Kamu datang ke sana, dan melihatnya sendiri?”“Iya, aku tahu kamu di sana, tahu kamu tidur di sana, dan tahu kalau dirimu ditemani oleh seorang pria yang setia menjagamu,” ucapnya dengan menyimpan sendok yang sedari tadi dia
Baca selengkapnya

Bab 48

“Aletta tunggu, Al!”Tidak aku pedulikan Reza yang terus berteriak memanggilku. Yang aku inginkan adalah pergi sejauh mungkin. Mengubur semua rasa yang telah tumbuh untuk Reza. Baru kemarin dia membisikkan kata cinta di telingaku, dan kini dia sudah menyakitiku.Jadi ini alasan dia ingin aku datang menghadiri pesta reuninya. Bukan untuk memperkenalkanku pada semua kawannya, tapi ingin menunjukkan bahwa dia telah berhasil menipuku.Mengatakan cinta padahal dia ingin aku terluka. Mengatakan rindu, padahal nyatanya semua palsu. Sayang yang dia katakan mampu membuatku candu, tapi pada akhirnya candu itu membunuhku.Aku mengusap pipiku yang basah karena air mata. Aku berlari ke parkiran dan mencari di mana mobilku berada.“Pak, Pak Ari buka!” Aku berteriak dengan menggedor kaca mobil, tapi rupanya Pak Ari tertidur dan tidak bisa mendengar teriakanku.“Al, tunggu!” Reza memegang pergelangan tanganku.“Lepas.” Aku menepis tangan Reza dengan kasar. Rasanya aku muak berhadapan dengan pria muna
Baca selengkapnya

Bab 49

Tidak ada kata balasan lagi dari luar. Mungkin dia lelah dan akhirnya pergi? Itu lebih baik. Entah berapa lama aku berada di dalam kamar mandi. Rasanya air hangat pun sudah tidak menghangatkan tubuhku. Aku mulai kedinginan dan sebentar lagi akan menggigil. Aku membuka bajuku dan memakai kimono handuk yang aku bawa. Aku keluar dari kamar mandi dengan mata yang memerah karena menangis. “Al, kamu kedinginan, Sayang?” Rupanya dia masih berada di sini. Pakaian yang basah tadi, sudah dia tanggalkan dan menggantinya dengan yang kering. Reza menghampiriku hendak merangkul tubuhku. Namun, dengan cepat aku menghindar dan menjauh darinya. “Sudah aku bilang, pergi dari sini,” kataku penuh dengan penekanan. “Aku akan menjelaskan semuanya, Al. Aku tidak mau kamu salah paham. Apa yang kamu lihat, tidak seperti yang kamu bayangkan. Wanita tadi bukan Lolita, dia Dokter Lita temanku.” “Cukup! Aku tidak mau mendengarnya lagi. Pergi, atau aku akan berteriak sekencang mungkin.” Aku menatap mata Rez
Baca selengkapnya

Bab 50

Aku bangkit dari dudukku dan berlari ke depan.“Thalita!!”Aku mengembuskan napas kasar saat sudah tidak ada lagi mobilku di sana. Mereka benar-benar meninggalkanku. Aku kembali ke meja makan, rupanya Reza sudah bersiap untuk pergi ke klinik.“Ayo berangkat, biar aku yang mengantarmu ke kantor,” ajak Reza. Aku melihatnya sebentar lalu kembali fokus pada ponsel.“Aku tidak ingin pergi ke kantor. Berangkat saja,” kataku tanpa menoleh.Reza mendesah, “Gara-gara tidak ingin satu mobil denganku, kamu lebih memilih untuk tidak pergi ke kantor, Al? Kamu kekanak-kanakan, Aletta.”Setelah berucap, Reza bangkit dan pergi. Aku menatap kepergiannya dengan menekuk wajah. Dia tidak lagi membujukku, apa dia benar-benar sudah lelah menghadapiku?“Bu, tidak baik mendiamkan masalah, masalah itu harus dihadapi, bukan ditinggal pergi. Selesaikan dengan bicara dari hati ke hati.”Aku mendongak melihat Bi Wati yang sedang membereskan piring bekas makanku.“Bibi tahu dari mana, saya dan suami saya sedang pu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status