Home / Pernikahan / Pesan Talak dari Suamiku / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Pesan Talak dari Suamiku: Chapter 31 - Chapter 40

67 Chapters

Bab 31

Setelah menunggu Reza yang sedang mengurus kepulangan jenazah Mas Mirza, akhirnya semua selesai dan kita bisa pulang dengan membawa Mas Mirza.Mas Mirza dibawa menggunakan ambulans rumah sakit. Sedangkanku, pulang dengan mobilku yang dikendarai Kak Rasyid.Di dalam mobil, Kak Rasyid terus memberikan wejangan padaku agar tidak terus meratap dan harus kuat demi menguatkan Thalita. Apa yang harus aku katakan pada anak itu nanti setelah sampai.Jenazah Mas Mirza dibawa ke rumah Mama. Itu permintaan orang tuanya. Setelah beberapa saat perjalanan, kita sampai di rumah Mama. Ternyata di sana sudah banyak orang yang hendak melayad. Waktu menunjukkan dini hari, tapi tidak menyulutkan keinginan para tetangga dan kerabat untuk melihat jenazah dan mengantarkannya ke peristirahatan terakhirnya.Setelah dimandikan, dikafani dan disalatkan, kini jenazah siap untuk dikebumikan. Sesaat sebelum jenazah dibawa ke tempat pemakaman, Thalita yang dijemput Kak Rasyid datang bersama Niar dan semua penghuni r
Read more

Bab 32

SATU TAHUN KEMUDIANBunga mawar bermekaran dengan indah. Warna-warna kelopaknya membuatku ingin menyentuh dan menciumnya. Tapi sayang, tangkainya berduri, membuatku sulit untuk menggapainya.Seperti dia, yang selalu memberi jarak dan membuat tirai pemisah di antara kita. Meski tipis, tapi sangat sulit dihilangkan. Ah, bukan hanya dia, tapi aku juga. Hati yang sulit untuk menerima, bahwa sekarang kita lebih dari saudara.“Bu, Pak Dokter sudah ada di meja makan.” Seseorang memanggil dari belakang. Dia Bi Wati, pembantu di rumahku.Aku menyerahkan selang air yang sedari tadi aku pegang ke tangannya. Menyuruhnya menggantikan aku menyiram semua bunga-bunga kesayanganku.Aku masuk ke dalam ruang makan, ternyata benar, di sana sudah ada pria dengan baju putih andalannya. Dia duduk dengan ponsel yang tidak pernah lepas dari tangannya.“Dari mana? Menyiram bunga lagi?” tanyanya tanpa menatap lawan bicara.“Iya,” jawabku singkat.Kutuangkan nasi ke dalam piring beserta lauknya. Menyimpannya di
Read more

Bab 33

Ting!Notifikasi di ponselku berbunyi. Aku yang sedang sibuk dengan berkas-berkas kantor harus menghentikannya terlebih dahulu. Mengambil ponsel lalu membuka pesan yang masuk.[Kenalkan, Al. Dia namanya Lolita, cantik, ‘kan?]Pesan dengan sebuah foto, Reza kirimkan padaku. Fotonya yang sedang memeluk bahu seorang wanita.“Cih, menjijikkan,” ujarku dengan menyimpan ponsel sembarangan.Tidak aneh lagi. Sudah biasa Reza melakukan itu. Maya, Nita, Sarah, dan masih banyak nama wanita lainnya yang dia perkenalkan padaku. Dia selalu mengirimkan foto teman kencannya hingga galeriku penuh dengan foto mereka.Menikah dengan Reza adalah sebuah kesialan. Bukan hanya dingin dan kaku, dia juga tidak punya hati. Entah apa yang ada dalam otaknya, dengan rasa percaya diri dan tanpa rasa bersalah, dia mengirimkan foto semua selingkuhannya padaku. Kalau boleh aku berpendapat, semuanya tidak layak jika harus dibandingkan dengan diriku.“Sial, ini semua gara-gara, Reza.” Aku memukul kepalaku. Kenapa juga
Read more

Bab 34

“Sejak tadi sore. Kau sampai rela menungguku di mall, hingga malam tiba,” ujarnya setengah berbisik membuat bulu romaku berdiri.Aku membulatkan mata. Jadi, dia tahu kalau aku menunggunya?Sebisa mungkin aku bersikap tenang, tidak terpengaruh oleh perkataan Reza. Meskipun memang aku kehabisan kata-kata untuk menyangkal.“Hah, untuk apa aku menunggumu. Aku hanya kebetulan ke sana untuk mencari kado, tapi aku tidak dapat dan memutuskan untuk pulang. Minggir.” Aku mendorong tubuh Reza, hingga dia mundur beberapa langkah ke belakang.Aku berdiri, mengambil handuk dan menyimpannya di bahuku.“Oh, tidak menemukan kado, dan langsung pulang? Teruuuss ... kapan ke pestanya?”Mata dan mulutku terbuka bersamaan. Buru-buru aku berjalan ke kamar mandi dan membanting pintu dengan kasar.Bodoh, kenapa aku harus keceplosan di depan Reza. Sekarang dia pasti sedang menertawakanku dengan puas. Aku menoyor kepala berkali-kali, merutuki kebodohanku.Merendamkan tubuh di dalam bathtub berisi air hangat mem
Read more

Bab 35

Aku melemparkan bantal hingga mengenai wajahnya. Reza terlihat terkejut karena tidak menyangka aku akan menyerangnya.“Apa yang kamu lakukan? Kenapa malah melempar bantal padaku?” Kini Reza sudah berdiri tegak.“Karena kamu akan berbuat kurang ajar padaku!” kataku tak mau kalah.“Aku hanya mengambil handuk yang teronggak di lantai, Aletta,” ujar Reza dengan melempar handuk ke wajahku. Setelahnya, dia keluar dari kamar.Oh, jadi aku salah sangka? Aku mengedikkan bahu. Mengambil pakaianku lalu memakainya dengan cepat. Takut-takut kalau Reza kembali dengan tiba-tiba.Setelah memakai baju lengkap dan memoles wajahku dengan cream malam andalan, aku keluar dari kamar untuk melihat Thalita. Dari atas tangga, aku mendengar derai tawanya begitu nyaring membuatku bahagia.Oh, rupanya dia bersama pamannya yang kini merangkap jadi papanya juga. Karena penasaran dengan apa yang mereka lakukan, aku pun ikut duduk lesehan di atas karpet bulu di depan tv.“Main apa, sih. Kok, kayaknya seru banget?” t
Read more

Bab 36

“Mama! Mama bangun!”Aku mengerjapkan mata, membukanya perlahan. Loh, kok wajah Reza mengecil dan imut banget? Aku mengucek mataku lalu membukanya kembali. Rupanya Thalita putriku yang aku lihat.“Thalita? Kok kamu di sini, Nak?”“Bangun, Mah. Kita sholat subuh. Mama, tidur terus, emang gak denger, ayam jantan berkokok? Tuh, dengerin ... ayam jantan punya Abahnya Alvin, aja udah manggil-manggil terus dari tadi, kok Mama, gak bangun-bangun, sih?” Thalita yang sudah siap dengan mukenanya, terus berbicara dengan nyaring.“Iya, Sayang. Mama, juga ini udah bangun, kok. Emang Thalita, mau sholat di sini?” Aku duduk, membenarkan letak mukena yang dipakai Thalita.“Iya, kata Papa Dokter, sholat berjamaah itu pahalanya banyak. Jadi, mulai sekarang Thalita mau sholat berjamaah aja,” ucap Thalita manja.“Yaudah, Mama ke air dulu, ya. Mau Ambil wudhu, Thalita tunggu bentar, ya?” Thalita mengangguk. Aku beringsut turun dari ranjang.Saat akan berjalan ke arah kamar mandi, mataku bersitatap dengan
Read more

Bab 37

“Dua-duanya,” ujar Reza semakin membuatku muak padanya.“Aku tidak janji. Ada Niar, yang akan menemani Thalita.”Reza yang sedang mengancingkan baju kemejanya, seketika berhenti dan mendekatiku.“Jangan selalu mengandalkan pengasuh untuk urusan anak. Dia hanya orang lain, dan kamu ibunya. Harusnya kamu yang berperan aktif mengawasi Thalita, bukan Niar.”Aku memutar bola jengah mendengar omelan Reza. Tidak ingin terus berdebat, aku pun memutuskan untuk keluar kamar dan menikmati sarapan pagi.Rupanya Thalita sudah duduk manis dengan roti dan segelas susu di depannya. Sedangkan Niar, dia sedang membuatkan bekal untuk putriku. Melihatku datang, Niar langsung mencolek tangan Thalita, dan mengangkat dagunya ke arahku.“Mama, Thalita hari ini mau bawa bekal sarapan. Boleh, ‘kan?” tanyanya saat aku sudah duduk di sampingnya.“Kan, Thalita sudah sarapan, untuk makan pas istirahat, ya?” tanyaku balik. Thalita menggeleng.“Bukan, Ma. Untuk sarapan, teman-temanku.” Aku mengerutkan kening tidak m
Read more

Bab 38

Mobil yang kita tumpangi berhenti di depan gerbang sekolah Thalita.“Aku sekolah dulu, ya Ma, Pa!” ucap Thalita mencium punggung tanganku dan Reza bergantian.“Hati-hati ya, Sayang.”Thalita dan Niar turun dari mobil. Keduanya masuk ke halaman sekolah.Reza pun kembali menjalanakan mobilnya. Jika perjalanan tadi terasa ramai oleh ocehan Thalita, kini suasana sangat sunyi dan diliputi kecanggungan. Ini yang tidak aku suka jika hanya berdua dengan Reza. Dia itu es, tidak bisa memulai percakapan meski sekedar hanya basa-basi.Aku mengambil cermin kecil dari dalam tas, melihat penampilan wajahku dari sana. Masih sedikit berantakan di bagian rambut, karena ulah lelaki es di sebelahku ini. Aku mengambil sisir kecil, dan meluruskan rambutku.“Kayak cabe-cabean, dandan terus.” Aku menoleh pada sumber suara, Reza dengan raut wajah datarnya masih fokus melihat ke depan. Tapi mulutnya, membuatku kesal. Enak saja, menyamakanku dengan cabe.“Kalau punya mulut itu dijaga, jangan sembarangan bicara.
Read more

Bab 39

Suara pintu diketuk, aku mempersilahkan masuk pada orang yang ingin menemuiku. Wajah Dion yang nampak setelah pintu terbuka.“Kau belum pulang, Al?”“Hm, aku belum ingin pulang,” jawabku tanpa menoleh. Aku terus fokus pada layar komputerku.“Ini sudah malam, tidak biasanya kamu akan bekerja sampai lembur begini. Apa ada masalah?”Aku menghentikan aktivitasku. Mengalihkan pandangan ke arah jendela kaca. Ternyata benar, sudah gelap.“Aku ... sedang tidak ingin pulang. Masalahku ada di rumah. Itulah kenapa aku tidak ingin pulang,” kataku dengan pandangan mata kosong.“Gimana kalau kamu ikut denganku. Aku yakin, penatmu akan hilang seketika,” ujar Dion membuatku melihat ke arahnya.“Ke mana?” Bukannya menjawab, Dion malah mengarahkan jari telunjuk ke atas.“Ayo, ikut saja. Ke tempat favorite aku dan Mirza saat kita sedang merasa lelah dalam bekerja. Aku yakin, kamu akan suka,” ujar Dion lagi.Mendengar kata Mirza disebut, membuat aku penasaran akan tempat yang dimaksud Dion. Aku pun menga
Read more

Bab 40

“Kencan dengan seorang pria? Kau ingin balas dendam padaku, Aletta?!”Aku terus berjalan meskipun aku ingin bertanya darimana dia tahu kalau aku bersama seorang pria. Apa dia memata-mataiku?Kalau dia sadar, bahwa dia juga sering keluar dengan banyak wanita, kenapa juga harus marah saat tahu aku dengan pria lain di luar sana?“Aletta berhenti, kenapa kau sampai pulang selarut ini? Sudah aku bilang, jangan pulang malam.”Aku menghempaskan tangan Reza yang memegang lenganku.“Kalau kau saja bisa pulang larut malam, atau bahkan sampai pagi, kenapa aku tidak boleh?” tanyaku menatapnya sinis.Reza selalu mengaturku, tapi dia selalu semaunya sendiri. Kalau dia bisa, aku pun bisa melakukan apa yang aku mau.“Kau perempuan, seorang istri juga seorang ibu. Tidak sepantasnya kau menghabiskan banyak waktu di luar rumah, Al.”“Oh, karena aku wanita dan kau pria, jadi kau bisa seenaknya pulang dan pergi semaumu, begitu?!” tanyaku jengkel.Reza meraup wajahnya kasar. Aku meninggalkan dia dengan mas
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status