"Hey, kenapa? Jangan karena nasi yang kamu masak tidak matang, kamu jadi berpikir mau bunuh diri. Ngaco kamu.""Aku sedih aja, Za. Aku berharap makan siang ini jadi romantis, malah jadi dramatis," ujarku menatap Reza."Yang dramatis itu kamu. Aku mah enggak, lihat, nih aku malah sangat menikmati makan siang ini. Sampai kapan pun, aku tidak akan pernah melupakan momen istimewa ini. Terima kasih ya, Al. Kamu sudah mempersiapkan semuanya untukku."Aku mengangguk dengan senyum yang dipaksakan.Aku juga tidak akan melupakan momen romantis yang paling memalukan ini. Di mana aku pernah jadi seorang istri yang ceroboh."Sayang, udah, dong jangan diam saja. Aku tidak suka, ya kamu malah diem terus begitu. Katanya ini hari spesial, tapi kamunya cemberut terus. Senyum, dong biar tambah cantik."Aku pun menarik kedua sudut bibirku."Nah, kalau gitu, kan aku jadi tambah cinta. Makan lagi, ya?"Akhirnya kami pun kembali melanjutkan makan siang. Tanpa nasi tentunya, karena berasnya yang enggan berub
Read more