Semua Bab KEINGINAN BERLEBIH SUAMIKU: Bab 51 - Bab 60

101 Bab

Rujak Es Krim 2

"Bunda kok lama?" "Maaf, Sayang. Kita pulang sekarang, ya."Mobil mulai kulajukan meninggalkan halaman rumah Nisa. Beberapa kali aku beristigfar dalam hati. Kutekan amarah yang ada dalam dada. Apa mungkin benar kata orang jika semua istri kedua selalu menginginkan menjadi istri satu-satunya? Ah, kurasa Nisa tak seperti itu. "Es krimnya sudah mencair, Bunda!" "Tapi masih dingin kok, Kak." "Bunda sih kelamaan di rumah Mbak Nisa." Alma semakin merajuk saat es krim dalam rujak itu telah menyatu dengan sambal dan parutan buah."Alma kenapa, Sayang?" tanya Syahla yang tiba-tiba sudah berdiri di belakang kami. "Es krim Alma mencair, tante," rengek Alma sambil meneteskan air mata. "Nih, tante bawain es krim coklat kesukaan Alma.""Hore! Hore!" Alma melonjak kegirangan lalu memeluk tubuh Syahla erat. Setelah mendapatkan es krim kesukaannya, Alma langsung masuk kamar. Dia tinggalkan aku dan Syahla di ruang keluarga. Kulirik wanita yang duduk di sampingku. Dia menatapku dengan sorot mata
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-06
Baca selengkapnya

Marah

Pov BayuMengusap wajah kasar seraya merutuki diri sendiri. Bisa-bisanya aku salah bicara. Harusnya aku tak membandingkan Hanin dan Nisa. Jelas-jelas mereka dua orang yang berbeda, dan aku beruntung memiliki keduanya. Tidak bisa dipungkiri setelah menghisap madu Nisa,membuatku selalu merindukan kehangatannya. Dia bagai candu. Bodohnya akku kenapa justru memuji Nisa di depan Hanin. Setiap wanita pasti memiliki perasaan cemburu dan tak rela jika suaminya memuji wanita lain. Namun kenapa justru aku lakukan? Bodoh! Bodoh! "Sayang, tolong maafkan Mas. Mas tidak sengaja mengatakan itu semua."Perlahan kusentuh pundak Hanin yang tidur membelakangiku. Namun secepat kilat dia menepis tangan ini. "Tidur saja di rumah Nisa!"Aku membuang napas kasar. Dengan langkah gontai aku berjalan meninggalkan Hanin. Mungkin tidur di kamar Azha lebih baik dibanding melihat Hanin dengan wajah masam. Dengan hati-hati kurebahkan tubuh ini di samping Azha. Putra pertamaku menggeliat lalu menggeser tubuhnya.
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-08
Baca selengkapnya

Marah 2

Pov BayuPintu rumah kubuka perlahan, setelah mengucap salam aku langsung melangkahkan kaki masuk ke dalam. Nisa sedang asyik menonton televisi saat aku datang. Terlalu asyik hingga ia lupa menjawab salam dariku. "Assalamualaikum."Tak ada jawaban, Nisa masih asyik dengan acara televisi. Dia seolah tak sadar jika aku sudah berdiri di dekatnya. "Assalamualaikum!" Lagi, kuucapkan salam sedikit keras. Nisa menolah lalu berjalan mendekat ke arahku. Tak lupa ia mencium punggung tanganku. "Sudah dapat, Mas?" Nisa melirik sebuah kantung plastik transparan yang ada di tangan kananku. Senyum mengembang kala melihat pesanan yang sudah kubawa. Melihat senyumnya sudah membuatku bahagia. Sesimpel ini arti sebuah kebahagiaan. "Makasih, ya, Mas. Kamu memang suami idaman," ucapnya lalu mengecup pipi kananku. Semenjak kami menyatu, Nisa tak lagi sungkan mencium atau memeluk diriku. Tentu saat kami hanya berdua seperti ini. Lain cerita jika kami bersama Hanin dan anak-anak. "Buruan dimakan!" Ku
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-09
Baca selengkapnya

Tidak Mencari Perhatian

Pov Nisa"Mas... Tunggu, Mas!" Aku berjalan sedikit cepat untuk mengejar Mas Bayu. Namun sia-sia, dia sudah terlanjur masuk mobil dan menjalankannya. Mas Bayu pergi dengan rasa marah yang melekat dalam dada. Dia bahkan belum mendengar penjelasanku. Aku benar-benar ketakutan dengan tikus dan darah yang berserakan di lantai depan pintu. Tapi kenapa bisa hilang dalam sekejap? Aku bahkan belum membersihkannya. Ya Allah... Ada apa ini? Menyandarkan tubuh di sofa, beberapa kali kupijit kepala yang terasa berdenyut. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa tikus-tikus itu tiba-tiba hilang? Siapa yang membersihkan semua itu? PYAAR! Aku melonjak kaget kala kaca di dekat pintu pecah. Jantungku berdetak kencang, bahkan seakan lepas dari sarangnya. "Ya Allah, ada apa ini?" Kupegangi dada yang semakin berdetak tak tentu. Rasa takut yang belum hilang justru bertambah besar. "Siapa itu?" Aku berteriak kala melihat sekelebat bayangan seseorang berlari lalu menghilang keluar pagar rumah. Siapa dia?
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-10
Baca selengkapnya

Saudara

Pov Nisa"Apa aku salah meminta perhatian suamiku sendiri, Mas?"Mas Bayu diam tak mampu menjawab pertanyaanku. "Aku tahu, aku hanya istri kedua, tapi aku juga butuh perhatian kamu, Mas."Hening, tak ada jawaban dari suamiku. Dia seakan tenggelam dalam dimensi ruang berbeda. Lalu apa gunanya jika dia di sini sedang pikirannya ke rumah Mbak Hanin. "Kacanya sudah selesai, Bu," ucap tukang jendela seraya melangkah mendekat. "Ini, Pak. Terima kasih." Kuberikan uang untuk jasanya mengganti kaca yang hancur berantakan. Perlahan aku berdiri lalu berjalan meninggalkan Mas Bayu yang masih diam seperti patung. "Nisa, maafkan aku." Mas Bayu menghentikan langkah kakiku. Membalikkan badan, menatap lelaki yang sangat kucintai. Terlalu jatuh cinta hingga aku mau menjadi yang kedua. Sungguh bodohnya aku ini. "Maafkan sudah mengabaikan kamu selama ini. Untuk menebus kesalahanku, hari ini kita makan malam di luar." Mas Bayu menggenggam tanganku. Aku hembuskan napas perlahan, niat hati ingin mar
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-11
Baca selengkapnya

Teror

Pov Nisa"Dia... Dia saudaraku."JLEPUcapan Mas Bayu bagai parang yang langsung menusuk ke jantung. Aku diam seraya menahan bendungan air mata yang sebentar lagi akan bocor atau mungkin roboh. Sakit, sangat sakit hatiku ini. Lelaki yang kucintai justru tak menganggap keberadaanku di muka umum. Dia tak mau mengakuiku sebagai istri keduanya. Roda kehidupanku berubah secepat kilat. Baru saja aku merasa bahagia dengan kebersamaan kami. Namun kini Mas Bayu tega menghancurkan angan indah yang sempat tercipta. Dia tega! "Siapa namanya, Mbak?" tanya seorang wanita yang berdiri di samping Candra. "Nisa, saya saudara Mas Bayu," ucapku sambil menahan getir di dalam dada. Aku mengulurkan tangan pada wanita tersebut. "Saya Anastasya, istri Mas Candra. Kebetulan Mas Candra dan Mas Bayu itu teman lama."Aku hanya menanggapi datar ucapan wanita itu. Bahkan tak satu kata yang mampu kucerna dengan baik. Aku tengah sibuk menata puing-puing hati yang baru saja dihancurkan Mas Bayu. "Maaf suami say
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-12
Baca selengkapnya

Kepergok

Suara mobil terus terdengar di depan rumah. Aku masih berdiri di depan pintu tapi takut untuk mengintip apa lagi melihatnya. Aku harus bagaimana? Lagi dan lagi pertanyaan itu yang terlintas di kepalaku. Aku tak lagi bisa berpikir jernih. Rasa takut kian mendominasi hingga pikiran menjadi buntu seperti ini. Kaki semakin lemas saat suara mobil terdengar masuk dan berhenti di halaman rumah. Ya Allah... Tolong aku. Samar suara langkah kaki masuk ke indra pendengaran. Aku semakin takut hal yang tak kuinginkan terjadi. "Nisa! Nisa!"Aku bernapas lega mendengar suara Mas Bayu. Setidaknya aku aman karena ada Mas Bayu di rumah. Segera kubuka pintu, kemudian memeluk tubuhnya. Mas Bayu mengernyitkan dahi melihat tingkahku ini. Sebuah lengkungan dibibir tergambar jelas di wajahnya. "Kamu sudah tidak marah lagi, Nis?" Aku segera melepas pelukan Mas Bayu. Aku baru sadar jika tengah marah padanya. Rasa takut membuat aku melupakan kejadian di mall tadi. ***Jarum jam sudah menunjukkan angka
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-13
Baca selengkapnya

Mengakui

Pov Bayu"Ayah kenapa di sini? Kenapa tidak mengantar Bunda periksa?"Aku terpaku, bingung harus menjawab apa. Di satu sisi aku tak ingin membuat Nisa kecewa. Namun di sisi lain, aku takut Azha marah dan benci padaku. Ya Allah... Memiliki dua istri tak semudah yang kubayangkan. Kupikir aku seperti raja yang dilayani selir dan ratu. Tetapi salah, aku harus pandai menjaga perasaan mereka. Pada dasarnya wanita memiliki sifat yang sulit dimengerti lelaki. "Ini jadwal Bunda periksa? Bukankah biasanya selalu di rumah sakit?" Aku mencoba mengalihkan topik pembicaraan. "Dokternya baru cuti, Yah. Aku periksa ke sini.""Duduk sini, Bun." Aku beranjak berdiri lalu mempersilahkan Hanin duduk karena semua kursi tunggu sudah terisi penuh. Canggung, itu yang kini kurasakan. Aku tak tahu harus berbicara apa dan dengan siapa? Situasi ini yang sangat kubenci. "Azha kita tunggu di luar, yuk. Kita beli es krim.""Ayo, Yah!"Aku menuntun Azha keluar klinik. Sebenarnya aku hanya ingin keluar dari zona
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-14
Baca selengkapnya

Mengakui 2

Pov BayuAku tak menyangka Hanin akan mengatakannya. Aku tahu cepat atau lambat Azha dan Alma akan mengetahuinya. Namun apa sekarang waktu yang tepat? "Kenapa harus memanggil Bunda? Mbak Nisa bukan ibuku," tanya Azha heran. Ya Tuhan... Bagaimana jika Azha dan Alma akan membenciku? Bagaimana ini? "Bunda hanya ingin kalian memanggil Mbak Nisa Bunda, apa itu salah?" Azha diam, dia tak mengerti harus menjawab apa. Anak sekecil itu pasti bingung dengan keadaan seperti ini. "Bagiamana, Kak?"Azha menggeleng, seketika wajah Nisa menjadi mendung. Harapan yang sempat tercipta seakan hilang diterjang badai. "Bunda Azha hanya Bunda Hanin, tak ada yang lain."Hanin menghembuskan napas perlahan lalu membawa Azha ke dalam pelukannya. Posisi ini membuat kami serba salah. Kalau bisa memilih, lebih baik pusing memikirkan proyek dari pada terjebak dalam posisi seperti ini. Ibarat mau kentut di depan gebetan. Di tahan tak bisa, dibuang menimbulkan petaka. "Azha mau memanggil Mbak Nisa Umi, bukan
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-15
Baca selengkapnya

Penolakan Azha

Pov Hanin"Azha, ada apa dengannya? Kenapa dia berteriak?"Aku kembali menepuk pantat Ali, berharap ia kembali terlelap ke alam mimpi. "Pergi! Aku benci Mbak Nisa! Kamu bukan Umiku!" Teriak Azha hingga terdengar di dalam kamar. Kenapa anak itu? Kenapa dia berteriak seperti itu? Apa yang terjadi? Pertanyaan-pertanyaan itu yang menari-nari dalam kepala ini. Ingin aku berlari ke sana, tapi Ali tak jua tidur. "Bunda! Bunda!" Teriak Azha histeris. Aku segera beranjak dari kasur lalu menggendong Ali menuju kamar Azha. Kamar Azha sendiri terletak paling pojok tepat di sebelah kamar Alma. Sebenarnya kamarku sudah pindah di lantai bawah. Namun hari ini aku sengaja tidur di lantai atas karena kamar di lantai bawah terlalu berisik. Ali menjadi rewel saat mendengar suara rebana. Maklum dari kecil dia sengat peka dengan suara. Nisa sudah berdiri di luar kamar dengan bantal dan guling berhamburan di lantai. Wanita yang kini menjadi istri kedua suamiku itu hanya membisu dengan linangan air mat
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-16
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
11
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status