Bab 23*“Bu, kenapa tanah Bu Halimah, kenapa bukan punya nenek?”Aku terus mengejar ibu dengan pertanyaan. Perasaanku begitu rumit dan kalut, susah kujelaskan saat itu. Seumur hidupku aku mengira tanah yang dibajak oleh ibu dan ayah adalah tanah nenek, karena ia punya banyak tanah dan kebun.“Memang dari awal punya Bu Halimah, Sekar.” Ibu menjawab lesu. Aku tahu perasaannya kini sedang tak baik-baik saja. Terlalu banyak yang ia pikirkan ke depannya.“Tapi, kenapa? Sekar pengen tahu alasannya, Bu.”Aku menangis saat itu, karena rasa kecewa yang mendalam yang dibuat oleh entah siapa. Nenek, atau malah diriku sendiri yang terlalu berharap tinggi.Tanah yang selama ini dibajak oleh ayah dan ibu adalah milik Bu Halimah, yang saat panen akan dibagikan separuh hasilnya. Aku bahkan tak pernah tahu ayah membagi hasilnya, karena aku hanya melihat hasilnya setelah dibawa pulang ke rumah.“Duduk!” ucap ibu yang kini telah duduk di dipan. Aku mengikuti perintahnya, duduk di sebelah ibu dan menat
Last Updated : 2022-09-24 Read more