All Chapters of Karir Melejit Setelah Dicampakkan Suami: Chapter 101 - Chapter 110

126 Chapters

Diki dan Bu Serli bertemu

Setelah Rendi dan pak Hisyam pulang datanglah kak Serli. Dia juga ingin melihat keponakan barunya."Selamat ya, Re. Semoga raiqa menjadi pribadi yang selehah berbudi pekerti luhur," kata kak Serli."Iya, Kak. Terimakasih doanya," jawabku. "Kak tolong temani Reina dulu ya. Aku mau pergi sebentar," kata mas Candra tiba-tiba."Mau kemana, Mas?" tanyaku."Ada produser tv yang mau bertemu, Re. Dia mau mengangkat cerita novelku menjadi film," kata mas Candra."Benarkah, Mas?""Iya, Re. Ini produser dari singapura. Dia tertarik dengan novelku. Dan novelku ini ingin di jadikan film fi singapura," lanjut mas Candra."Wah hebat sekali kamu, Ndra. Selamat ya," timpal kak serli."Makasih, Kak. Aku nitip Reina bentar ya. Kamu nggak papa kan aku tinggal sebentar?" tanya mas Candra. "Nggak papa kok, Mas. Kamu nggak usah khawatir. Lagian ada kak serli juga kok," jawabku.Mas Candra kemudian mengulurkan tangannya padaku. Aku segera mencium punggung tangannya. Dia lalu mengecup keningku. Tak lupa jug
Read more

Kotak pemberian Oliv

"Permisi," terdengar suara seorang perempuan di depan rumah. Aku segera keluar dan melihat siapa yang datang. Dan betapa kagetnya saat aku melihat perempuan cantik berambut panjang telah berdiri di depan pintu. Perempuan yang datang ke acara lauching buku ke dua mas Candra. Siapa lagi kalau bukan Oliv mantannya mas Candra."Boleh saya masuk?" ujar Oliv selanjutnya.Aku masih sedikit kaget sehingga membuatku masih melongo. Ada apa dia datang kesini?"Maaf, apakah saya boleh masuk?" tanya Oliv lagi membuatku sadar."Em, bo_boleh. Silahkan masuk," jawabku.Olive kemudian masuk dan langsung duduk sebelum kupersilahkan. "Mau minum apa?" tanyaku."Nggak usah repot-repot. Aku cuma mau ngasih ini ke kamu," kata Oliv seraya memberiku sebuah kotak yang entah apa itu isinya."Apa ini?" tanyaku."Itu hadiah terakhir yang Candra berikan padaku. Aku berniat untuk mengembalikannya. Tolong sampaikan padanya jika aku sangat bahagia bisa mengenalnya," lanjut Oliv.Aku hanya diam dan melihat kotak ber
Read more

Sang Pemimpi

Setelah suasana mencair dan kecemburuanku sudah hilang, mas Candra kemudian mengajakku untuk melihat isi kotak yang Oliv berikan tadi."Buka ya biar bisa liat apa isinya. Dari pada kamu penasaran dan malah cemburu buta," kata mas Candra."Siapa juga yang cemburu. Buka aja, nggak papa kok. Siapa tahu kamu jadi nostalgia kan?" jawabku. "Tuh kan masih cemburu," sambung mas Candra."Nggak cemburu. Siapa bilang aku cemburu. Cemburu itu hanya untuk orang yang tidak percaya diri," jawabku menirukan perkataan Dilan.Mas Candra malah tertawa mendengar jawaban yang kulontarkan. Dia kemudian mulai membuka kotak putih dan mengeluarkan isinya agar aku bisa melihatnya. "Lihat, Sayang. Ini hanya sebuah buku ," ucap mas Candra seraya mengeluarkan sebuah buku dari dalam kotak berwarna putih itu."Buku?" "Iya," jawab mas Candra. Dia kemudian memberikan buku yang bersampulkan seseorang sedang duduk sendirian. "Ini bukumu?" tanyaku."Bukan. Lihatlah siapa penulisnya. Aku sangat mengidolakannya," jawa
Read more

Jalan-jalan pagi

Seperti biasa setiap hari minggu aku dan mas Candra akan melaksanakan jalan-jalan pagi. Namun berbeda dengan hari minggu sebelumnya, kali ini kami akan pergi jalan-jalan pagi dengan Raiqa putri kecil kami.Padahal hanya akan jalan-jalan pagi saja, perlengkapan yang kita bawa seperti akan camping satu minggu. Kami membawa kapet untuk duduk di sana jika merasa capek, membawa dot berisi Asi yang sudah kupompa sebelumnya serta membawa segala macam keperluan Raiqa."Sudah siap, Sayang?" tanya mas Candra saat aku keluar dari dalam kamar."Sudah, Mas. Ini tolong bawain tas ini," ucaku seraya menyerahkan tas berisi asi, pempers tisu dan keperluan Raiqa lainnya pada mas Candra."Kaya mau camping ya kita," ujar mas Candra seraya tertawa. Ini kali pertama kita membawa barang-barang sebanyak ini untuk jalan-jalan pagi."Iya. Nggak papa takut nanti dibutuhkan di sana," tambahku.Mas Candra kemudian memasukkan tas pemberianku ke dalam mobil. Tak lupa juga dia memasukkan stroler Raiqa ke dalam mobi
Read more

Persiapan Aqiqah

Entah kenapa sekarang aku tidak begitu mudah cemburu ataupun emosi. Tidak seperti hari-hari sebelumnya yang sering merasa cemburu dengan masa lalu suamiku. Mungkin karena perlakuan yang mas Candra berikan padaku yang sangat tulus dan baik sehingga membuatku merasa jika akulah satu-satunya orang spesial untuknya."Raiqa nangis, Re. Lapar sepertinya," teriak mas Candra dari dalam kamar."Sebentar, Mas," jawabku yang sedang membantu mbok Asih di dapur."Sudah, Non. Biar Mbok Asih saja yang meneruskan. Kasihan dek Raiqa," kata mbok Asih."Ya sudah, Mbok. Tolong teruskan ini ya," pintaku selanjutnya.Hari ini kita akan melakukan aqiqahan untuk Raiqa. Tepat dua puluh satu hari dia dilahirkan ke dunia ini. Walaupun untuk makanan kita sudah pesan tapi tetap saja aku ingin menambah cemilan-cemilan sedikit dari rumah."Ibu dan bapak masih dalam perjalanan. Sebentar lagi mereka juga nyampai," kata mas Candra kemudian."Iya, Mas," jawabku.Aku langsung mengambil Raiqa yang masih menangis dan men
Read more

Ghibah

Alhamdulillah cara pengajian berlangsung dengan lancar. Sekarang tinggal acara beres beres saja."Alhamdulillah akhirnya Raiqa sudah di aqiqah ya, Re," ucap mas Candra."Iya, Mas. Alhamdulillah," jawabku.Semua orang masih di sini termasuk Fida dan mas Sofyan. Mereka juga ikut membantu membereskan semuanya."Itu Diki adikmu kan, Re?" tanya Fida yang melihat Diki duduk termenung seorang dirindi teras."Iya, Da," jawabku."Kenapa dia malah ngelamun di sana bukannya bantuin ini," kata Fida kemudian."Biarkan saja, Da. Capek kali dari tadi sudah kusuruh buat ini itu ini itu," jawabku. Aku tahu sebenarnya Diki hanya merasa kurang nyaman dengan keberadaan kak Serli. Tapi mau bagaimana lagi, memang kak Serli juga kakaknya mas Candra."Dia yang ngurus butikmu, Kan?""Iya, Da. Butik kupercayakan padanya.""Bagaimana perkembangannya sekarang? Udah lama aku nggak ke sana," lanjut Fida."Kapan-kapan datang lah ke sana. Atau akhir bulan ini bakal ada sale besar-besaran," lanjutku."Loh kenapa di s
Read more

Bertemu Yogi

"Reina?" sapa seorang laki-laki yang tak lain adalah mas Yogi."Mas Yogi?" tanyaku kaget."Ini anak kalian?" tanya mas Yogi seraya memegang pipi Raiqa yang berada di stroller. Sepertinya dia sudah bisa berdamai dengan keadaan sekarang. Buktinya dia mau menyapaku padahal tadi aku tidak melihatnya sama sekali."Iya, Mas," Kini Candra yang menjawabnya."Kapan lahiran, Re?" tanya mas Yogi kemudian. "Sudah hampir satu bulan," jawabku.Sepertinya mas Yogi kerja di tempat ini sebagai office boy jika dilihat dari pakaiannya. Dia juga memegang sebuah kemoceng di tangannya."Kamu kerja?""Iya. Sekarang aku kerja di sini. Lumayan lah buat menyambung hidup," jawab mas Yogi tanpa rasa malu dan berusaha untuk menutupinya.Roda selalu berputar. Tidak ada yang pernah menyangka jika mas Yogi yang dahulu bekerja kantoran dan di segani oleh banyak orang kini hanyalah seorang office boy di sebuah mall."Yogi," teriak seorang laki-laki berbadan besar agak tinggi. "Iya, Pak," jawab mas Yogi. Sepertinya
Read more

Jam Tangan

"Kamu mau beli apa gitu nggak, Re?" tanya mas Candra setelah kita keluar dari gramedia."Beli apa maksudmu, Mas?""Tas atau baju mungkin?" tanya mas Candra."Nggak usah lah, Mas. Tas ku juga masih bagus kok," jawabku."Kalau Baju?""Kan banyak di butik. Jika pengen aku paling pergi ke sana," jawabku lagi.Mas Candra kemudian terdiam. Aku merasa jika dia kecewa dengan jawaban yang baru saja kulontarkan padanya."Kamu kenapa, Mas?" tanyaku yang melihat dia diam."Nggak papa kok, Re. Sebenarnya aku ingin deh sesekali membelikanmu tas atau baju gitu, tapi kamu nggak pernah mau jika aku tawarin. Kalau aku yang langsung beliin takut kamu nggak suka nantinya," lanjut mas Candra."Tapi kan tasku masih bagus, Mas. Mubazir aja jika membuang-buang uang untuk membeli sesuatu yang tidak dibutuhkan banget," jawabku."Selalu begitu jawabanmu, Re. Ayolah sesekali nggak papa. Nggak tiap hari juga kan?"Tidak ingin membuat mas Candra merasa kecewa untuk ke dua kalinya akhirnya aku pun menyetujui permin
Read more

Diki di restauran

"Bukankah itu Diki?" tanya mas Candra saat kita sedang menikmati makan siang di solaria."Iya bener. Ngapain dia di sini? Bukankah seharusnya dia ada di butik?" jawabku."Coba kamu tanya sana. Siapa tahu dia ada kepentingan sama temannya di sini?" ujar mas Candra kemudian.Aku langsung menghampiri Diki. Feelingku sudah tidak baik jika melihatnya seperti ini. Takut kebiasaan buruknya itu terjadi lagi. "Dik," kataku membuatnya kaget."Kak Reina?" "Ngapain kamu di sini?" tanyaku penuh selidik."Aku_aku mau makan lah. Ngapain lagi di sini kalau nggak makan," jawab Diki spontan."Yakin nggak aneh-aneh?" tanyaku lagi."Yakin kak. Aku udah nggak begitu-begitu lagi. Udah tobat," jawab Diki. "Serius?""Iya serius, Kak. Ngapain juga aku bohong," tambah Diki."Syukur deh jika memang begitu. Tapi kenapa kamu malah di sini bukannya di butik? Hayo? Apa memang begini kerjamu tiap hari, Dik? Rugi dong aku gaji kamu penuh tiap bulan jika kerjamu aja begini," ungkapku. "Apaan sih, Kak. Sama adik se
Read more

Sikap Diki

"Hai, Dik," sapaku setibanya di butik. Kulihat Diki sedang sibuk mengurus laporan di butik."Ngapain ke sini? Tumben," jawab Diki dingin."Loh emangnya nggak boleh? Ini kan butikku. Bebas dong aku mau kesini kapan aja," jawabku."Iya tahu ini butikmu. Aku hanya karyawan di sini," jawabnya ketus."Kok ngegas? Santai dong. Nih aku bawain pizza buat kamu," kataku selanjutnya seraya memberikan sekotak pizza padanya."Apaan ini? Nggak usah, aku baru aja makan. Bawa pulang aja," jawabnya."Kamu masih marah sama aku?" tanyaku kemudian."Marah kenapa?" jawab Diki. Walaupun dia tidak mengatakannya tapi aku tahu dari gerak geriknya jika dia masih kesal denganku."Sori deh jika ucapanku tadi buat kamu marah. Aku cuma nggak suka aja lihat kamu keluyuran begitu di jam pekerjaan seperti tadi," sambungku."Iya nggak papa kok," jawab Diki lagi. Tidak seperti biasanya yang selalu mengomel tiap aku nasehatin tapi kali ini dia diam saja. Sepertinya dia benar-benar marah denganku."Jangan gitu dong, Dik.
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status