All Chapters of Karir Melejit Setelah Dicampakkan Suami: Chapter 111 - Chapter 120

126 Chapters

Alasan Sikap aneh Diki

"Re, adikmu kenapa ya? Kok keliatannya bete gitu," kata Ibu melalui sambungan telepon."Diki masih bete ya?" tanyaku."Iya kayaknya. Ibu suruh makan tadi juga cuma bilang iya doang tapi nggak makan sama sekali," tambah Ibu."Nanti malam aku kesana deh, Bu. Sekalian nginep," sambungku."Baiklah kalau begitu. Tapi apa kamu tahu kenapa adikmu bersikap begitu? Nggak biasanya kan dia diam begini. Ibu jadi kepikiran," kata ibu kemudian."Nanti aku ceritain, Bu. Sepertinya dia marah sama aku," jawabku."Kalau ada masalah di antara kalian cepat selesaikan ya. Ibu nggak suka kalian diem-dieman nantinya. Cuma dua bersaudara kok mau diem-dieman," tutur Ibu."Iya, Bu. Nanti Reina datang ya sama mas Candra," jawabku selanjutnya.Aku tidak tahu jika Diki akan marah seperti ini. Perasaan aku cuma bercanda saat menegurnya tadi. Biasanya aku juga bersikap demikian padanya. Namun sepertinya kali ini dia beneran marah padaku.Aku mencoba menghubungi Diki setelah itu. Namun panggilanku tidak mendapatkan
Read more

Alasan sikap aneh Diki

"Assalamualaikum," ucapku dan mas Candra bersamaan."Waalaikum salam," terdengar suara ibu menjawab dari dalam rumah.Aku dan mas Candra langsung masuk setelah itu. Ternyata ibu dan bapak sedang asyik menonton televisi berdua di ruang keluarga."Aduh cucu kesayangan nenek udah datang," kata Ibu seraya mengambil alih Raiqa dari gendonganku.Aku dan mas Candra menyalami Ibu dan bapak satu persatu setelah itu. "Diki di mana, Bu?" tanyaku langsung."Masih di kamar tuh. Coba sana kamu bujuk suruh makan. Dari tadi nggak keluar dari kamar loh," jawab Ibu."Iya, Re. Coba kamu yang bicara. Sepertinya dia sedang ada masalah," tambah bapak."Baik, Pak," jawabku.Aku langsung pergi ke kamar Diki setelah mendengar perkataan Ibu dan juga bapak. Kuketuk kamarnya dan beberapa saat setelah itu Diki langsung membuka pintu untukku."Kak," sapanya."Makan gih, disuruh Ibu makan tuh," kataku."Nggak lapar. Nanti kalau lapar aku pasti keluar sendiri," jawab Diki."Kamu kenapa sih? Beneran nggak marah sam
Read more

Saran dari mas Candra

"Bagaimana Diki? Sepertinya dia memang sedang ada masalah ya?" tanya mas Candra saat kita hendak tidur."Iya kamu benar, Mas," jawabku."Masalah apa? Dia cerita kan sama kamu, Sayang?" tanya mas Candra lagi."Dia menabrak orang, Mas," jelasku."Hah? Kok bisa? Bagaimana kejadiannya?""Nggak tahu juga bagaimana kejadiannya sampai bisa nabrak orang," jawabku."Nggak mabuk kan dia?" tanya mas Candra lagi. Dia pasti khawatir Diki menyetir sambil mabuk."Dia bilang sih enggak, Mas. Ini murni kecelakaan katanya. Semoga saja dia berkata jujur," sambungku."Terus bagaimana keadaan orang yang ditabraknya? Apa parah? Atau mungkin malah meninggal?" tanya mas Candra bertubi-tubi."Nggak sampai meninggal lah, Mas. Kalau sampai meninggal saat ini Diki pasti masih ditahan kepolisian," jawabku."Terus bagaimana? Parah? Kok Diki sampai kelihatam setres gitu?""Nggak parah katanya, Mas. Hanya lecet-lecet biasa saja kalau orangnya. Cuma motornya saja yang rusak. Dan kamu tahu apa yang membuat Diki jadi s
Read more

Diki pergi

"Bagaimana sih kamu, Dik? Bukannya hati-hati kalau nyetir mobil. Nabrak kan jadinya," kata Ibu mengagetkanku dan juga mas Candra yang sedang bermain dengan Raiqa."Ibu kenapa tuh, Re?""Nggak tahu. Bentar coba aku lihat," ucapku seraya bangkit dan berjalan menghampiri Ibu.Kulihat ibu sedang duduk di kursi bersama Diki. Sepertinya Diki sudah menceritakan soal masalahnya pada Ibu."Bu. Ibu nggak papa kan?" tanyaku yang baru bergabung."Lihat tuh adikmu. Dia pasti ugal-ugalan dalam mengendarai mobil sehingga bisa nabrak orang," ujar Ibu. "Ibu jangan sepenuhnya nyalahin Diki. Belum tentu juga kan Diki yang salah," belaku."Tetap saja kan dia yang harus bertanggung jawab. Dia juga yang diminta ganti rugi? Di mana-mana walaupun motornya yang salah tetap saja yang di suruh ganti rugi itu mobilnya. Makannya pelan-pelan kalau bawa mobil. Ibu selalu berpesan agar hati-hati kan tiap kamu mau pergi," tambah Ibu."Tuh kan, Kak. Makanya aku males cerita. Pasti Ibu akan begini," ucap Diki yang kem
Read more

Bukan orang baik-baik

"Tunggu, Dik," teriakku berusaha menghentikan Diki."Apa lagi, Kak? Biarin aku pergi. Aku mau menyelesaikan masalahku sendiri," jawab Diki."Aku tahu apa yang ada dipikiranmu. Jangan mengulangi kesalahan yang sama," sambungku."Apa maksud kak Reina? Mengulangi kesalahan yang sama?""Jangan mencari tante tante lagi yang bisa kamu poroti, Dik.""Ternyata kakak juga nggak mempercayaiku sepenuhnya. Aku kan sudah bilang tidak akan melakukan itu lagi. Apa kak Reina juga nggak percaya denganku?" "Bukannya nggak percaya. Kakak cuma takut kamu akan kembali melakukan itu karena terhimpit keadaan," tambahku.Diki kembali meneruskan langkahnya itu. Mas Candra yang ternyata sejak tadi mengikutiku pun segera menghentikan langkah Diki dengan caranya."Dik, maksud kakakmu itu baik. Dia nggak mau kamu kembali seperti dulu lagi. Jadi tolong jangan marah dengannya. Ayo kita bicarakan masalahmu ini baik-baik. Kalau perlu kita sekarang ke rumah orang yang kamu tabrak untuk melihat keadaannya," ujar mas C
Read more

Mantan narapidana

Setelah aku dan mas Candra menyelidiki soal pak Sapto, ternyata dia memang orang yang tidak beres. Dia selalu memanfaatkan situasi yang sebenarnya dia sendiri yang menciptakan."Jadi sudah banyak korbannya ya, Pak?" tanyaku pada seorang laki-laki yang ternyata adalah kepala desa di tempat itu."Iya, Mbak. Sudah banyak korbannya selama ini. Dia selalu memakai taktik yang sama untuk menjebak korbannya," jawab bapak kepala desa itu."Bagaimana bapak tahu jika sudah banyak orang yang jadi korbannya?" tanya mas Candra."Dia kan baru saja keluar dari penjara, Mas. Kasusnya ya seperti ini. Jadi ada korban yang melaporkannnya ke polisi," sambung pak kepala desa."Jadi pak Sapto ini baru keluar penjara?""Benar, Pak.""Baru juga keluar sudah berani melakukan kesalahan yang sama. Sepertinya kita harus menyeretnya kembali ke jeruji besi, Mas," sahutku."Kita harus tahu motifnya melakukan penipuan seperti ini dulu, Re," jawab mas Candra.Aku yang sempat merasa kesal dengan pak Sapto ini pun kemud
Read more

Penyakit gagal ginjal

Ponsel mas Candra berdering saat kita sedang bermain bersama raiqa. "Siapa, Mas?" tanyaku setelah mas Candra melihat sang penelepon."Nggak tahu nih, Sayang. Nomor baru," jawab mas Candra. "Coba kamu jawab. Siapa tahu penting,* ujarku. "Iya, Re. Mungkin salah satu produser yang mau menjadikan novelku film," jawab mas Candra. Mas Candra kemudian langsung menjawab panggilan dari nomor baru tersebut. "Halo," ujarnya saat panggilan sudah terhubung. "Iya benar. Maaf ini siapa ya?" lanjutnya lagi."Oh pak kepala desa. Iya pak saya ingat. Bagaimana, Pak? Apakah pak Saptonya sudah kembali ke rumah?" tanya mas Candra kemudian. Ternyata bapak kepala desa yang kita temui dua hari yang lalu. "Oh begitu. Baik, Pak. Kebetulan saya lagi di rumah dan nggak sibuk. Saya akan ke sana sekarang," tambah mas Candra. "Baik, Pak. Terimakasih atas informasinya," lanjut mas Candra. Setelah panggilan berakhir mas Candra langsung meyuruhku untuk bersiap-siap pergi."Sama aku, Mas?""Iya yuk. Ajak Raiq
Read more

Kedermawanan Mas Candra.

"Iya begitulah, Mbak," jawab pak Sapto. Aku tahu jika saat ini dia sedang berkata jujur. "Kenapa bapak memilih untuk melakukan pekerjaan ini?" tanya mas Candra."Saya terpaksa, Mas. Seandainya ada pekerjaan lain yang bisa mendapatkan uang dengan cepat pasti saya akan melakukannya. Apapun itu pekerjaannya. Saya pernah mau menjual ginjal saya juga untuk pengobatan anak saya, tapi istri melarang saya. Saya tidak ada pilihan lain, Mas." "Apakah istri dan anak bapak tahu akan hal ini?" tanya mas Candra lagi."Istri tahu, anak yang tidak tahu. Jadi setiap kali saya di tangkap dan masuk polisi istri selalu bilang jika saya lagi bekerja keluar kota. Berusaha untuk membuat anak saya percaya," jawab pak Sapto sembari menyeka air matanya."Apa polisi tidak pernah menanyakan alasan bapak melakukan ini semua? Bukankah sudah hampir tiap kali di tangkap pasti melakukan hal yang sama?" tanyaku."Tidak ada yang peduli, Mas. Polisi juga yang penting memenjarakan saya. Mereka tidak pernah bertanya ken
Read more

Pengorbanan seorang Ayah

"Jadi begitu ceritanya? Kasihan banget pak Sapto itu. Dia rela melakukan penipuan seperti itu demi membiayai pengobatan anaknya," kata Ibu saat aku dan mas Candra menceritakan soal kejujuran pak Sapto. "Iya benar, Bu. Sebuah pengorbanan seorang ayah untuk anaknya," balasku. "Ya begitulah, Re. Jadi kalian berniat untuk membantunya?""Iya, Bu. Mas Candra mau membantu pengobatan anak pak Sapto," ujarku."Benar begitu, nak Candra?""Iya, Bu. Aku merasa harus membantu bapak ini. Rejeki yang selama ini aku dapat sebenarnya juga rejeki pak Sapto ini. Diki menabraknya juga bukan sebuah kebetulan semata. Semua ini sudah kehendak Allah.""Nak Candra benar. Dalam rejeki kita ada rejeki orang lain juga. Semoga rejeki kalian makin berkah kedepannya," lanjut Ibu."Amin," balasku dan Mas Candra secara bersamaan. "Dan untuk Diki, ibu minta maaf. Ibu tidak pernah berniat atau pun bermaksud untuk membuatmu sakit hati. Ibu hanya berusaha menasehati mu. Ibu menghawatirkanmu," sambung Ibu."Maafkan Dik
Read more

Pak Sapto di tangkap

Ponsel mas Candra berdering saat kita sedang sarapan bersama. Dia lalu mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja dan langsung melihat siapa yang meneleponnya. "Halo," ujar mas Candra."Oh iya, Pak. Apa sudah sampai di rumah sekarang?" tanya mas Candra kemudian."Baik, Pak. Hari ini saya ke rumah ya. Saya hubungi dulu teman saya di rumah sakit," sambung mas Candra."Sama-sama, Pak. Tunggu saya datang. Sebentar lagi saya ke sana," lanjut mas Candra.Setelah mas Candra mengakhiri panggilannya dia lalu bergegas bangkit dari meja makan."Mau berangkat sekarang? Pak Sapto sudah sampai di rumah ya, Mas?" tanyaku yang tahu jika itu panggilan dari pak Sapto."Iya, Sayang. Aku langsung ke sana sekarang ya. Kamu mau ikut nggak?" tanya mas Candra kemudian."Aku di rumah saja ya, Mas. Kasihan Raiqa," jawabku."Ya sudah kalau begitu. Aku sendiri saja nggak papa. Aku siap-siap dulu ya," kata mas Candra selanjutnya. "Iya, Mas. Oh iya, Mas. Bukankah hari ini kamu ada janji ketemuan sama produ
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status