Home / Romansa / TEROR BUNGA TASBIH HITAM / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of TEROR BUNGA TASBIH HITAM : Chapter 81 - Chapter 90

214 Chapters

Part 81 Tante Harus Pulang

"Aku mohon bertahanlah, Sayang," ucap Inno lirih sembari meraih tangan Amelia dan menggenggamnya. Sementara tangan kirinya memegang setir.Laki-laki itu melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju ke rumah sakit Santa Monica, Milan.Dokter Claudia Morelli langsung memeriksa keadaan Amelia. Wanita itu kini telah tersadar dan pertama kali yang dia lihat adalah wajah khawatir Inno. Amelia melirik telapak tangannya yang ada dalam genggaman tangan sang suami. Dia menariknya pelan yang membuat Inno menatapnya. Inno beralih mengusap pelan kepala Amelia. "Kamu pasti baik-baik saja, Sayang," ucapnya lirih.Amelia menyunggingkan senyum satu sudut. "Aku kira, aku sudah mati!" sahutnya ketus, lalu memalingkan wajah dari Inno."Jangan bicara seperti itu!"Mendengar ucapan sang suami, Amelia kembali tersenyum sinis. Lalu menatap tajam wajah Inno yang berada begitu dekat dengannya. "Kalau aku mati, Mas Inno nggak repot lagi, Mas Inno ngga--" Inno membungkam ucapan sang istri dengan bibirnya
last updateLast Updated : 2023-01-29
Read more

Part 82 Papa Mengubur Mama

Amelia mengeryit. "Bunga? Bunga siapa? Maksudnya kamu apa?" tanyanya beruntun. Dia kembali dibuat bingung karena seperti pernah melihat gadis kecil dengan rambut ikal dan mata sipit ini.Bunga mendongak sambil memilin jemari lentik Amelia. "Tante Cantik yang bisa nemuin aku sama papa aku. Papa aku jahat Tante, dia bunuh mamaku dan bunuh aku," ucapnya parau.Amelia memejamkan matanya. Ucapan Bunga semakin membuat kepalanya sakit. "Aku nggak ngerti. Siapa nama papa kamu?" tanyanya lagi dengan bingung."Aku nggak tahu namanya, Tante. Papa Mengubur Mama. Mamaku kedinginan dan gelap. Mama nggak bisa bersama aku, Tante. Papa memisahkan kami, aku dibuang di rumput-rumput dekat pemakaman. Tubuhku dibiarkan begitu saja, kalau hujan basah, dan dingin. Kalau panas, kepanasan dan akhirnya dimakan semut, Tante." Bunga berkata lirih dengan kedua mata basah.Mereka berhenti dan saling pandang. Amelia berlutut dan mengusap air mata yang membasahi pipi bocah bergaun putih itu. Kemudian dia memeluk Bun
last updateLast Updated : 2023-01-30
Read more

Part 83 Janji Yang Tak Mungkin Ditepati

Amelia memalingkan wajahnya dari Inno. Melihat wajah tampan yang menunjukkan penyesalan mendalam itu, Amelia mengalami perang batin. Benarkah Inno benar-benar menyesal atau hanya ingin mencari simpati untuk mendapatkan kepercayaan dirinya lagi? Entahlah.Tiba-tiba air mata itu menyeruak menembus pertahanan egonya. Dia mengusap cepat air mata yang sudah meleleh di pipi putihnya.Inno meraih jemari tangan sang istri dan membawanya ke dada. "Apa kamu belum bisa memaafkan aku, Sayang? Aku tahu, apa yang aku lakukan memang keterlaluan. Tapi, demi Allah, Sayang, aku nggak sengaja," ucapnya lirih. Amelia tak menanggapi, apa yang terjadi tiga hari yang lalu, memang bukan murni kesalahan dari Inno. Tetapi jika keduanya bisa sama-sama menahan emosi maka tidak akan terjadi hal buruk yang akan membahayakan nyawa keduanya."Mana anakku, tolong bawa ke sini secepatnya. Apa dia baik-baik saja?" tanyanya dengan nada tak bersahabat.Amelia mengkhawatirkan kondisi sang bayi yang belum dilihatnya. Inno
last updateLast Updated : 2023-01-31
Read more

Part 84 Papa Datang, Nak

"Aku rasa, Bunga sekarang ada di sekitar sini, Mas," ucap Amelia lagi.Inno semakin tidak mengerti. "Maksudnya kamu apa? Kamu bisa lihat dia?" tanyanya ingin tahu.Amelia menggeleng dan beranjak menuju ke dapur. Dia menyeduh dua gelas susu. "Nggak lihat, cuma merasakan saja. Perasaan aku, dia seneng bermain sama Gabriele," jawabnya santai sambil meletakkan dua buah gelas di atas meja."Kamu jangan ngaco lah, Sayang."Amelia menggeleng, dia menatap Gabriele yang menggerakkan bola mata coklatnya ke samping dan melepaskan empong dari bibir mungilnya. Amelia mengikuti arah pandangan Gabriele. Kemudian dia berbisik di telinga suaminya, "Sepertinya, Bunga ada di dekat kita, Mas." Amelia kemudian tersenyum penuh arti."Ngawur!" Sahut Inno sambil menjentikkan jarinya di kening sang istri. Amelia benar, Bunga memang berada di depan Inno. Gadis kecil itu tersenyum menatap Gabriele dan mengajak Gabriele bercanda. Tetapi, tidak dilihat oleh Inno, hanya bisa dirasakan kehadirannya oleh Amelia. Be
last updateLast Updated : 2023-02-01
Read more

Part 85 Dunia Barunya Bunga

"Maksudnya kamu, kalau orang yang bertemu kamu di sini maka orang itu papamu, begitu?" tanya Evan sambil menatap dalam wajah Bunga.Bunga tidak langsung menjawab. Dia malah memandangi wajah Evan. Bunga mengangkat tangannya dan menyentuh pipi laki-laki tersebut. Evan memejamkan mata, membiarkan jemari lentik kecil itu menyapu wajahnya.Evan tersenyum ketika Bunga mencium pipinya. Laki-laki itu membuka matanya dan menatap wajah mungil Bunga yang tampak malu-malu."Cium lagi dong, Sayang," pinta Evan. Bunga menurut dan menciumi wajah Evan dengan sayang. Evan memeluk bocah dalam pangkuannya itu. Bunga tersenyum, ketika ratusan kupu-kupu itu terbang mendekat dan seolah kompak memberikan isyarat padanya untuk mengikuti. "Om, ayo kita ke sana!" serunya sambil melepaskan diri dari pelukan Evan. Evan mengangguk menurut.Evan terdiam ketika melihat ratusan kupu-kupu di sekeliling mereka. Kupu-kupu itu seolah mengajak Bunga bermain. Bunga tersenyum lebar dan berlari-lari kecil di padang rumput
last updateLast Updated : 2023-02-02
Read more

Part 86 Kenapa Papa Membunuhku?

"Kamu minta aku berlama-lama di dalam kamar mandi supaya kamu bisa ngobrol dengan Bunga, kan?" cecar Inno.Inno telah memergokinya. Tidak ada pilihan bagi Amelia selain mengangguk salah tingkah dan tersenyum. Dia beranjak menidurkan Gabriele ke boxnya. Wanita itu segera mengambil wudhu dan shalat Maghrib di belakang suaminya."I love you, Mas. Ganteng banget kalau pakai peci gini, kelihatan sholih. Nggak mesum lagi." Amelia berkata lirih setelah mencium tangan sang suami. Inno sama sekali tak tersanjung dengan pujian istrinya. Dia menatap datar wanita itu dengan alis terangkat sebelah. "Terima kasih, tapi kita tetap bicara mengenai Bunga!" ucapnya tegas.Amelia mengangguk kaku dan bergegas melipat sajadah mereka. "Tapi, Bunga bukan hantu biasa Mas. Dia baik. Buktinya nggak gangguin Gabriele," kata Amelia bersikeras. Mendengar ucapan istrinya, Inno menarik napas kasar. Dia memijit pelipisnya. Lalu, menggeleng samar menghadapi sikap keras kepala istrinya. "Aku bisa gila kalau begini.
last updateLast Updated : 2023-02-03
Read more

Part 87 Suara Perempuan

Milan, Italy Amelia mengguncang pelan lengan kekar sang suami yang memeluk bantal. "Mas, bangun! Mandi, terus shalat tahajud dulu," ucapnya lalu mengusap rambut coklat tebal laki-laki itu.Inno hanya bergumam lirih tanpa membuka matanya yang masih terasa begitu berat. Mereka harus bergantian begadang menemani Gabriele. Belum lagi permainan panasnya bersama sang istri sebelum tidur membuat tenaga laki-laki itu terkuras. "Masss, ayo bangun." Kembali Amelia memanggil. Dia menunduk, mencium pelan pipi Inno. Inno refleks melingkarkan sebelah lengannya di bahu Amelia. "Mau lagi, hm?" godanya dengan suara serak sembari mengerjap pelan.Terdengar rengkekan Gabriele dari ranjang box-nya. Amelia melepaskan diri dari lingkaran tangan sang suami.Dia bergegas mendekati si kecil yang sepertinya kehausan. Inno segera bangkit dari rebahannya. Tanpa sadar, laki-laki itu belum memakai apa-apa.Amelia menggelengkan kepala melihat tingkah sang suami yang tak punya malu. "Mas, bisa nggak sih ke kamar m
last updateLast Updated : 2023-02-04
Read more

Part 88 Dikubur Di Bawah Bunga Tasbih

Inno memperhatikan istrinya yang langsung salah tingkah. "Kenapa bisa begitu, gimana? Bukankah itu yang kamu inginkan? Kita pulang ke Indonesia dan bantu cari makamnya Bunga?" tanyanya sambil mengangkat sebelah alis.Inno menyahut karena mengira istrinya itu berbicara padanya, padahal Amelia tengah menanggapi ucapan Bunga. Amelia terlihat salah tingkah sembari menggaruk kepalanya. Bunga mentertawakan sikap Amelia yang gugup. Gadis kecil itu itu mengusap-usap pipi chubby Gabriele dengan sayang. "Em, iya, kenapa Mas bisa begitu cepat berubah pikiran? Maksudnya aku begitu, Mas. Iya, begitu." Amelia menjawab dengan gugup.Inno menatap menyelidik. Lalu, dia mengikuti arah pandangan wanita itu. Ternyata, Amelia tengah mengamati Bunga. Hantu cilik itu menurutnya sangat cantik. Tidak menyeramkan seperti hantu-hantu dalam film horror. Mata Bunga sipit, memiliki tulang pipi ramping seperti Jelita, cucu Pak Rudi. Mereka seperti anak kembar. Bedanya, Bunga berambut ikal, sedangkan Jelita berambut
last updateLast Updated : 2023-02-05
Read more

Part 89 Papa Yang Membunuh Kami

"Bunga!" ucap Evan tercekat. Bunga langsung mendongak. "Bunga nggak boleh bicara begitu, ya. Papanya Bunga sayang sama Bunga kok," lanjut Evan lirih.Bunga menggeleng kuat. "Nggak, Om. Dia jahat!" Bunga bersikeras. Evan mendesah pelan kemudian mengusap kepala bocah dalam pangkuannya. "Oh, ya, kamu ke mana saja? Lama nggak nemuin Om?" tanya laki-laki itu mengalihkan perhatian gadis kecilnya."Bunga nemenin Adik Kecil.""Oh, kamu senang bermain dengannya?" tanya Evan antusias.Bunga mengangguk-angguk dengan senyum terulas di bibir pucatnya. "Iya, Adik Kecil lucu. Tante Cantik dan Om Ganteng baik. Seperti Om Evan. Nggak seperti Papa, jahat banget!" Bunga kembali teringat akan papanya.Mendengar hal itu, Evan memejamkan mata. "Seandainya kamu tahu Bunga, aku adalah papamu, Nak," bisiknya dalam hati.Bunga langsung mendongak menatap Evan dengan tatapan tajam. "Kalau Om papanya Bunga, siapa yang membunuh Bunga dan mamaku, Om?" tanyanya menuntut penjelasan. Evan terkesiap kaget. "Bunga kamu
last updateLast Updated : 2023-02-06
Read more

Part 90 Bioskop Hantu

"Lalu kenapa kamu bisa di sini?" tanya Amelia mengalihkan perhatian Bunga yang tampak sedih.Bunga menunduk dan menceritakan apa yang dia alami ketika bertemu laki-laki di restaurant fast food. Berulang kali Bunga memanggil laki-laki itu, namun rupanya laki-laki tersebut tak meresponnya.Bunga duduk di depan laki-laki yang tengah menyantap makanannya. Bunga yang merasa lapar dan ingin makan hanya bisa memandangi dengan hati sedih."Ya sudah, kamu makan. Jangan sedih lagi." Amelia berucap pelan dengan tatapan miris. Dia melirik sekilas ke arah sang suami yang memperhatikannya.Inno menatap sang istri yang sedang berbicara sendiri dengan tangan menyangga dagunya. Laki-laki itu mengikuti arah pandangan Amelia. Makanan yang ada di piring kecil itu tidak berkurang sedikit pun."Setelah ini kamu mau ke mana, Bunga?" tanya Amelia lagi.Hantu cilik itu mendongak dan menatapnya. Tatapan mata kosong tanpa kehidupan itu menyayat hati Amelia.Bunga menoleh ke arah Inno yang menunduk, mengusap-usap
last updateLast Updated : 2023-02-07
Read more
PREV
1
...
7891011
...
22
DMCA.com Protection Status