Home / Romansa / TEROR BUNGA TASBIH HITAM / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of TEROR BUNGA TASBIH HITAM : Chapter 71 - Chapter 80

214 Chapters

Part 71 Menghilangkan Bukti

"Apa, Papa yang berada di balik menghilangnya Rianti? Apa dia sudah meninggal atau Papa menyuruh dia pergi jauh dariku?" tanya Evan lagi.Pak Rudi terdiam mematung. Laki-laki itu mengusap wajahnya kasar. Dia tidak menyangka, Evan akan memberikan pertanyaan jebakan seperti ini.Flashback 5 tahun lalu... Bintang di langit Jakarta tampak indah bertaburan di malam itu. Tetapi, hal tersebut tidak dirasakan oleh seorang laki-laki berkaca mata dengan tubuh tinggi tersebut. Keringat membasahi dahinya, menetes seolah ikut berpacu dengan waktu.Setelah menyelesaikan pekerjaannya, yakni, mengubur jasad wanita muda yang meninggal beberapa saat lalu. Laki-laki tersebut segera membersihkan genangan darah di lantai dengan kaos yang tadi dia pakai. Kaos itu penuh bercak darah bercampur tanah. Ada yang aneh dengan darah tersebut. Terdapat segumpalan kecil yang telah menghitam. Tak mau membuang waktu, setelah memastikan lantai bersih tak ada bau anyir atau jejak apa pun, dia segera memasukkan baju-baj
last updateLast Updated : 2023-01-19
Read more

Part 72 Heri, Tolong Aku

Menyadari ada raut keterkejutan dari sang putera, Bu Rudi menepuk pelan bahu laki-laki berusia 27 tahun itu. Evan menoleh dengan mata memerah. Kenyataan kali ini semakin meremas hatinya.Pak Rudi mengerti akan kekecewaan anaknya itu. Lelaki berkaca mata itu pun membuka suara, "Bukan hanya sekali kami mendapatkan laporan seperti itu, Van. Kalau kamu menganggap Papa dan Mama jahat, kenyataan yang baru kamu dengar dari mama kamulah, alasannya. Tapi, kami nggak sejahat yang kamu kira. Kami pernah memberi solusi sama kamu, kan? Seandainya, anak yang dikandungnya anak kamu maka kami bersedia mengadopsi dia, tapi bukan berarti menerima Rianti masuk di keluarga ini. Papa nggak mempermasalahkan pekerjaannya. Yang Papa nggak bisa toleransi adalah perbuatannya di belakangmu." Mendengar penuturan papanya, Evan masih diam. Dia benar-benar syok."Percaya sama Mama, Nak. Dia mungkin mencintaimu, tapi dia juga membagi tubuhnya dengan laki-laki lain. Kamu pantas mendapatkan yang terbaik, Van. Kamu anak
last updateLast Updated : 2023-01-20
Read more

Part 73 Suara Lain Dalam Mobil

Heri memejamkan mata, pembicaraannya dengan Inno beberapa saat lalu mengenai Rianti, semakin menguatkan dugaan jika gadis itu sudah meninggal. Selain itu, ada hal lebih penting yang harus dia cari, yakni keberadaan laki-laki bertatto kalajengking tersebut.Tetapi, di mana? Heri benar-benar dibuat hampir frustasi karena kasus ini. Laki-laki itu mendesah kasar, kemudian beranjak dari tempat tidur."Sebenarnya, siapa laki-laki itu?" gumamnya. "Laki-laki bertatto kalajengking kan banyak di bumi ini, ya Allah, mudahkan misi kami," lanjut laki-laki itu.*Di sebuah panti jompo di Pulau Sumatera Seorang wanita tua termenung di bawah pohon mangga yang berbuah lebat. Jemari tangan keriputnya meremas ujung baju. Tatapan mata tua itu selalu kosong. Sesekali, senyum penuh arti tersungging dari bibir pucatnya. Seringkali tak merespon, ketika seorang perawat mengajaknya berbicara, "Ibu, Ibu makan dulu ya, biar Ibu cepat sehat." Sang perawat menyodorkan sendok dengan lembut.Wanita tua itu menatap
last updateLast Updated : 2023-01-21
Read more

Part 74 Minimarket Kuburan

Heri mengernyitkan dahi, ada suara lain ikut bernyanyi di dalam mobil itu. Dia menarik napas lelah kemudian mematikan audio. Tidak ada suara apa-apa.Heri bersiul-siul. Dia tersenyum geli mengingat kejadian tadi. "Untungnya, nggak jadi nabrak orang. Bisa panjang urusan kalau dia sampai meninggal. Bisa-bisa dihajar massa dan jadi viral dengan judul, 'polisi nabrak orang sampai mati dan dihajar massa'. Astaga! Bisa jadi judul sinetron hidayah," gumamnya, kemudian tertawa dalam hati menyadari pikiran unfaedah itu. Mobil warna dark blue itu terus melaju pelan di komplek perumahan. Untuk mengusir sunyi, Heri kembali menyalakan audio mobilnya. Seperti tadi, dia kembali menirukan lagu yang diputar. Dan kembali pula, suara lirih itu mengikuti nyanyian tersebut. Suara itu berasal dari jok belakang. Heri melirik ke arah center mirror. Kosong, tidak ada penumpang lain di mobil itu. Dia kembali bersikap tak peduli. Heri mengusap tengkuknya yang terasa dingin seperti ada yang meniupnya."Terus m
last updateLast Updated : 2023-01-22
Read more

Part 75 Ramalan Perempuan Tua

Dia sangat geram. Lagi dan lagi, nama Marvinno yang masuk ke indera pendengarannya. Nama tersebut membuat darahnya seolah mendidih. "Marvinno..." desisnya dengan rahang mengeras.Dia kembali menatap ke luar kaca jendela mobil dan menghembuskan napas kasar. Laki-laki tersebut, sebenarnya sangat tampan walaupun bersikap dingin. Apalagi, dengan tattoo bergambar kalajengking menghias leher putihnya. Siapa pun yang melihat pasti akan berkata, dia type pria macho. Jambang tipis menghiasi rahangnya yang kokoh. Dan kaca mata minus itu, membingkai sepasang matanya yang setengah sipit."Maafkan aku, Sayang," ucapnya lirih sambil menatap foto seorang gadis cantik di wallpaper handphonenya. Dia tampak frustasi sambil menyugar rambut hitam pendeknya yang tertata rapi. Tak berapa lama, Mercy hitam itu pun, melaju pelan meninggalkan kawasan elite perkantoran dan hunian mewah para eksekutif muda.*Milan, ItalySelama lima hari, Evan dan anggota klub otomotif dari Indonesia menyelesaikan rangkaian
last updateLast Updated : 2023-01-23
Read more

Part 76 Insiden Di Dapur

Amelia mencubit kuat perut sang suami sebagai tanda protes. Inno memang hanya membekap mulut Amelia dengan bibirnya, tidak melakukan aktivitas ciuman. Akan tetapi, Amelia merasa tidak enak hati dengan Evan.Amelia mendorong dada Inno. "Nggak tahu tempat. Mesum!" sentaknya sembari menatap jengkel pada sang suami.Inno hanya meliriknya tak peduli dan berkata tegas, "Kenapa kamu nggak peka jadi orang?" Laki-laki itu tak mau kalah. Laki-laki bertubuh jangkung itu segera melangkah di depan Evan dan Amelia, sembari sesekali mengarahkan kamera digitalnya ke suatu objek. Evan melirik ke arah Inno yang berjalan di depan mereka. Laki-laki itu mencondongkan badannya ke arah Amelia dengan ekor mata mengawasi gerak-gerik Inno. Evan yakin, ada sesuatu yang disembunyikan kedua temannya mengenai ramalan tersebut. "Mel, sebenarnya ada apa? Kenapa jawaban kalian nggak memuaskan?" tanyanya setengah berbisik. Amelia menatap ke arah sang suami. "Aku juga nggak terlalu ngerti, Mas. Mungkin memang benar,
last updateLast Updated : 2023-01-24
Read more

Part 77 Peristiwa Di San Siro

"Aku memang nggak sengaja, Mas. Kalau sengaja tuh begini!" Amelia memegang tangan Inno dan melingkarkan kedua lengan sang suami di pinggangnya.Inno menarik napas kasar. Dia melirik istrinya dengan wajah tertutup mendung. Amelia semakin jahil, dia mengusap-usap dada bidang sang suami di balik t-shirt lengan pendek itu. Wajahnya mendongak menantang tatapan mata laki-laki berwajah rupawan itu.Sekuat tenaga Inno menahan dirinya. Istrinya memang sering bersikap jahil ketika dirinya tengah kesal. "Jangan menggodaku, ayo sarapan," ucap Inno sambil memutus pandangan terlebih dahulu.Amelia mengangguk dan meraih tengkuk suaminya, lalu mencium bibir merah lelaki itu. Tak ada pilihan bagi Inno, selain meruntuhkan gengsinya. Dia membalas ciuman sang istri kemudian membungkuk dan mencium perut besar wanita itu."Papa ganteng, Dik, kalau berhenti marah-marah," goda Amelia seolah berbicara pada bayi mereka."Absurd!" Sahut Inno. Amelia tertawa kecil sembari mengusap rambut coklat setengah basah su
last updateLast Updated : 2023-01-25
Read more

Part 78 Kejujuran

Setelah dirasa istrinya aman di dalam mobil, Inno segera berlari ke arah Evan yang masih baku pukul dengan seorang pria bule penduduk setempat.Aksi perkelahian itu menarik perhatian orang-orang di sekitar mereka. Evan dengan bahasanya, begitu juga dengan orang itu. Umpatan-umpatan berbahasa Italia yang tidak dimengerti oleh Evan keluar dari mulut pria tersebut."Evan, stop!" teriak Inno sembari menarik bahu sahabatnya. Evan menoleh sekilas dan menyentak lengan Inno dengan keras. "Dia hampir membuat istri dan anakmu celaka, Nok! Kamu biarkan begitu saja?" tanyanya. Inno menggeleng samar, tangannya terkepal kuat di sisi tubuh. Inno beralih menatap mencengkeram jersey yang dikenakan laki-laki tersebut. "Dannazione!" Umpatnya. Dove sono posizionati i tuoi occhi, hah?!" (Sialan! Mata kamu ditaruh di mana, hah) teriak Inno geram, lalu memukul wajah laki-laki yang tadi menabrak istrinya."Sialan, ada polisi, Nok," ucap Evan. Inno menoleh dan mengendurkan cengkeramannya.Laki-laki itu mengh
last updateLast Updated : 2023-01-26
Read more

Part 79 Mencari Kebahagiaan

Malpensa, International AirportHampir dua minggu, Evan menghabiskan waktu liburan di Italia. Malam ini, Inno dan Amelia mengantar Evan ke Bandara Malpensa, Milan. Evan memeluk sahabatnya sebentar. "Aku tunggu kalian di Jakarta. Setelah baby Gabriele lahir, ajak pulang ke Indonesia," pintanya sembari menatap bergantian pada pasangan suami istri itu.Inno mengangguk dan menyunggingkan senyumnya. "InsyaAllah, kamu hati-hati. Ingat pesan aku semalam, hidup itu terus berjalan. Kamu berhenti, waktu nggak akan mau menunggumu. Kamu berhak bahagia. Setahun lagi, anakku sudah dua, Van," ucapnya tanpa beban.Evan mendelik mendengar kelakaran di ujung kalimat sahabatnya. Sedangkan Amelia langsung cemberut. "Sudah kumat nggak warasnya!" sindir Evan sembari menggeleng. Tak berapa lama, laki-laki itu pun segera menuju ke boarding gate.Inno menunduk, menatap sang istri dan merangkul bahu wanita cantik itu. "Kamu mau jalan-jalan ke mana setelah ini, Nyonya Marvinno?" tanyanya. "Atau check-in hotel d
last updateLast Updated : 2023-01-27
Read more

Part 80 Inikah Arti Mimpi Itu?

Amelia menangis dalam pelukan sang suami. Dia tidak percaya jika mereka mengatakan, Rianti masih hidup dan berada di Singapore. Amelia sangat yakin jika gadis tersebut sudah meninggal dunia hampir lima tahun lalu."Aku harus pulang ke Indonesia. Aku nggak bisa berdiam terus. Aku harus mencari sendiri kalau mereka nggak mampu mencarinya!" Amelia histeris di dalam pelukan sang suami.Inno berusaha terus bersabar. Istrinya tengah hamil tua. Inno meyakini mood perempuan hamil itu mudah sekali berubah. "Tunggu sampai anak kita lahir, ya Sayang. Kita nggak bisa pulang sekarang." Inno berucap pelan sambil mengusap kepala istrinya dengan sayang.Amelia menggeleng dan mengendurkan pelukan sang suami. Dia mendongak menatap manik coklat hazel tersebut. "Sampai kapan aku harus tersiksa, Mas? Sampai kapan aku harus menerima teror mimpi ini dan bayangan -bayangan yang muncul tiba-tiba dalam kepalaku?" tanyanya parau.Inno tak bisa menjawab. Laki-laki itu dilema. Menempuh perjalanan udara sekitar 15
last updateLast Updated : 2023-01-28
Read more
PREV
1
...
678910
...
22
DMCA.com Protection Status