Semua Bab TEROR BUNGA TASBIH HITAM : Bab 91 - Bab 100

214 Bab

Part 91 Tersesat

"Bangsat, sialan!" Umpatan Heri memancing Amelia dan Aisyah menoleh. Mereka mengikuti arah pandangan kedua laki-laki tersebut.Di bangku-bangku belakang mereka, semua penonton berwajah sama. Wajahnya datar dengan jenis kelamin perempuan semua. Rambutnya sama-sama digerai berantakan. Menyadari ada yang tidak beres, Heri dan Inno segera mengajak Amelia dan Aisyah untuk bangkit. Aisyah yang penakut memilih berjalan di depan Amelia sambil memegang erat tangan kakak iparnya. Keempat orang itu segera bergegas keluar dari dalam bioskop. Belum hilang rasa penasaran, begitu sampai di lorong, keempatnya lagi-lagi dibuat terkejut.Bukan lorong ke bioskop dengan karpet empuk yang mereka lewati, akan tetapi semak-semak di dalam bangunan tua yang terbengkalai. "Sialan, kenapa kita bisa kejebak ke dalam tempat seperti ini? Bukankah kita tadi masuk mall?" tanya Heri retoris sambil memindai sekeliling bangunan. "Nggak ada waktu berpikir, kita harus keluar dari sini!" jawab Inno sambil memegang erat
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-08
Baca selengkapnya

Part 92 Pilihan Ada Padamu

Heri menoleh dan langsung mendekati Inno disusul Amelia dan Aisyah. Kening mereka sama-sama berkerut ketika melihat kantong plastik dari toko keperluan anak cukup terkenal. Benda beserta isinya itu, sudah kotor bercampur debu juga lumpur. "Kok ada banyak barang anak di sini, mungkinkah ..," Inno menggantung kalimatnya dan kembali mengamati barang tersebut.Amelia ikut berjongkok di dekat suaminya. "Lha, ini kan baju sama bando yang dipakai Bunga? Mas, apa mungkin ini makam Bunga?" tanyanya sembari mendongak menatap Heri.Heri menggeleng tak mengerti. "Pusing kepalaku, Mel. Aneh banget ini," jawabnya sembari memijit pelipis.Rahasia apa lagi ini? Beberapa pakaian dan barang yang Amelia diketahui adalah milik Bunga. Tetapi hantu kecil itu selalu mencari keberadaan papanya dan dia berkata kedinginan juga kepanasan karena tidak memiliki rumah. "Aku juga bingung Mas, Bunga pernah cerita sewaktu aku koma. Dia bilang tubuhnya kepanasan dan kehujanan. Dibuang begitu saja lalu dimakan semut,
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-09
Baca selengkapnya

Part 93 Biarkan Dia Merasukiku

"The choice is yours!" ulangnya lagi.Evan memejamkan mata rapat.Laki-laki di depannya kembali tersenyum miring. Lalu, keduanya berpandangan, ada tatapan terluka, dendam juga tatapan penuh kemenangan di balik kaca mata minus itu."Beritahu kedua teman kamu itu supaya nggak macam-macam, atau mereka juga akan tahu betapa brengseknya aku, hm?" ucapnya dengan seringaian sinis.Evan mendorong keras tubuh lelaki itu sehingga bersandar di dinding. "Dengar Bangsat!" ucapnya sembari mengacungkan telunjuknya di depan hidung pria itu. "Sekali saja kamu menyentuh mereka, kupastikan kamu akan mati. Aku nggak peduli kalau harus masuk penjara. Kita akan membusuk bersama di penjara, sepertinya nggak terlalu buruk!" ancamnya dengan rahang mengeras.Setelah berkata begitu, Evan beranjak. Namun, baru selangkah kakinya terayun, ucapan lelaki berperawakan lebih tinggi darinya itu cukup membuat darahnya seolah membeku. Dengan seringaian penuh kemenangan dia berbisik di dekat telinga Evan.Evan mengepalkan
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-10
Baca selengkapnya

Part 94 Mengakhiri Hidup

"Dengan cara Rianti merasuki ragaku seperti dulu. Kemungkinan Bu Salmah akan mengenaliku, Mas!" ucap wanita itu."Ide gila. Konyol kamu, Amelia!" sergah Inno tak terima. Dia tidak ingin jin itu kembali merasuki raga istrinya. Kenangan tentang istrinya yang bertindak di luar kendali membuat Inno tidak rela. Inno hendak kembali berucap, tetapi Paman Usman mengisyaratkan untuk memberi Amelia kesempatan berbicara. "Hanya dengan cara itu Mas, masalah ini cepat selesai." Amelia mengulangi kata-katanya. Inno menggeleng lemah. "Ya Allah," gumamnya sembari memijit pelipis.Apa yang dikatakan istrinya memang benar. Tetapi, haruskah dia merelakan Amelia kerasukan jin lagi? Inno menatap Paman Usman, Heri, dan Dimas bergantian. Berharap ada ide lain dari mereka. Laki-laki muda berkuncir asal itu menatapnya. "Mbak Amelia akan baik-baik saja, Mas. Kita ambil risiko supaya semua ini cepat selesai dan setelah itu kita hidup tenang, Mas." Dimas berkata pelan, yang disetujui oleh Amelia. Laki-laki it
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-11
Baca selengkapnya

Part 95 Jebakan

Evan memejamkan mata rapat. Dia hanya menghitung detik, menunggu tubuhnya remuk. Dia tidak sempat berpikir lagi betapa menyakitkannya proses tubuh berpisah dengan nyawa. Bruk!Evan terjerembab.Dia tidak berani membuka matanya. Namun, Evan tidak merasakan apa itu yang dinamakan sakaratul maut. Apa belum? Mengapa rasanya tidak sakit dan mengapa dirinya bisa menggerakkan anggota tubuh dengan sempurna? Memang ada rasa pegal di lutut dan bahunya. Namun, bukan patah tulang.Suara tawa mengejek itu menyadarkan Evan. Dia membuka matanya. Bunga berdiri tepat di depan wajahnya dengan tatapan sinis."Sakit kan, Om? Padahal nggak tinggi, Om. Kalau tadi Om benar-benar jatuh ke bawah sana, mungkin sekarang Om sudah bertemu dengan Mama." Itu suara Bunga yang mengejeknya ketika dia gagal mengakhiri hidup. Evan menatap ke arah hantu kecil itu kemudian memutar pandangan. Laki-laki itu meraba bahunya yang terasa ngilu.Walaupun tinggi pagar dan lantai tak lebih dari dua meter, tetapi badannya terasa s
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-12
Baca selengkapnya

Part 96 Angel

"Assalamualaikum!"Suara pintu kamar diketuk dari luar. Disusul suara seorang laki-laki. "Assalamualaikum, Mbak Angel!" panggilnya.Angel bergegas membuka pintu. Dia menatap cangkir di tangan security tersebut. Gadis itu tersenyum dan mengangguk santun."Ini minuman Anda. Silakan. Jika ada perlu apa-apa, Anda bisa panggil saya," ucap security itu lagi. Angel kembali mengangguk sembari menerima cangkir tersebut. "Baik, terima kasih. Selamat malam," ucapnya, lalu menutup pintu.Angel membawa gelas berisi teh hangatnya ke meja. Namun rupanya, Angel kurang hati-hati sehingga teh dalam gelas itu justru tumpah ke atas meja. Dengan cepat, Angel mengelap meja dengan tissue basah sambil menggerutu dan menepuk-nepuk keningnya. "Ceroboh banget sih Ngel, kamu ini huh!" sesalnya.Dengan cepat dia kembali mengelap meja. Tetapi karena memang dasarnya ceroboh, lagi dan lagi tangannya menyenggol vas bunga hingga terjatuh. Pyaar!"Astaghfirullah!" pekiknya sambil membekap mulutnya. "Ya, pecah. Ya All
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-13
Baca selengkapnya

Part 97 Sandera

"Kamu telepon Heri!" teriak Inno sambil membuka kaca helmnya. Inno melirik spion, mobil yang mengejarnya berada jauh di belakang sana. Akan tetapi, tiga motor dengan kecepatan tinggi menyempitkan jarak dengan motornya. Amelia merasa ketakutan. Walaupun dari sambungan telepon, Heri mengatakan jika mereka dalam perjalanan menjemputnya.Benar dugaan Inno. Tiga pemotor berbadan besar itu, semakin dekat dan kini berada di samping kiri dan kanannya. Laki-laki berpakaian serba hitam itu, menghentikan motor dan menghadapi keempat orang yang tengah mengepungnya. Inno melirik ke arah Amelia yang masih berdiri ragu di dekat motor. "Pergi Amelia!" perintahnya. Inno terpaksa menghadapi keempat orang tersebut. "Pergi, aku bilang! Cepat!" Inno kembali memerintah.Bukannya menuruti perintah suaminya, Amelia justru bersiap membantu Inno. Amelia tentu tak ingin melihat suaminya itu bertarung melawan empat orang sendirian. Belum lagi, entah ada berapa orang di dalam mobil yang berhenti tak jauh dari m
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-14
Baca selengkapnya

Part 98 St. Ferdinand Isc.

"Mas bangun, Mas!" Amelia menepuk pelan pipi suaminya. Wanita itu terlihat panik. Sedangkan Bunga yang berdiri di dekat Inno, menatap laki-laki itu dengan tatapan sedih. Bunga menjulurkan tangan kecilnya dan menempelkan di perban basah yang membalut luka Inno."Om akan sembuh ya, Tante?" tanya Bunga lagi.Amelia mengangguk. "Iya. Mas, jangan tidur," pintanya pada sang suami.Inno membuka matanya sedikit, lalu berucap lirih, "Pusing, Sayang." Setelah berkata begitu, dia kembali memejamkan mata. Suara Amelia memanggilnya kembali samar terdengar dan akhirnya tidak terdengar sama sekali.Inno terpaksa dirawat inap di rumah sakit terdekat. Luka tusukan mengakibatkan laki-laki itu kehilangan banyak darah. Inno juga mendapatkan beberapa jahitan dan kondisi fisiknya masih sedikit lemah. Setelah menjalani perawatan sehari semalam di rumah sakit, lelaki itu sudah diperbolehkan kembali ke cottage tempat mereka menginap. Mereka dijemput oleh Dimas. Mobil berhenti di tempat parkir cottage. Tidak
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-15
Baca selengkapnya

Part 99 Papa, Jangan Bunuh Tante.

"Bukan aku yang dalam incaran polisi, tapi dia, Doni. Jangan khawatir," ucapnya dengan seringaian iblis sambil menunjuk sebuah foto. "Iya, Tuan. Pikirkan kesehatan Anda, Tuan," sambung Doni yang dibalas anggukan kepala laki-laki berkacamata tersebut."Tolong atur kepulanganku ke New York, secepatnya. Sudah waktunya aku medical check-up. Aku akan lihat drama saling tusuk antara dua orang sahabat ini, dari sana. Sepertinya seru. Seperti pedang yang sama-sama tajam saling tusuk." Laki-laki itu berucap lirih namun sarat dendam. Tatapan matanya dingin, apalagi ditambah senyumnya yang sinis jika mengingat orang-orang yang begitu dia benci.Drrtt ... Drrrtt ... Handphone bergetar di atas meja.Laki-laki tampan itu tersenyum sambil mengangkat telepon yang masuk. "Hallo Bundaku, Sayang. Apa kabarnya, nih?" tanyanya dengan senyum mengembang.Terdengar nada kesal dari seberang sana. "Isco! Kamu, ya. Katanya mau datang ke Bogor, tapi mana? Hanya janji terus. Nggak kangen sama Bunda?" todong suar
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-16
Baca selengkapnya

Part 100 Firasat Tak Biasa

"Maksudnya kamu apa, Nak?" Evan tertegun mendengar ucapan puterinya. "Bunga, Bu-nga tahu dari mana?" tanyanya lagi.Bunga terdiam, raut wajahnya terlihat sangat khawatir dan gelisah. Evan tidak mengerti apa yang dibicarakan gadis kecil dalam pangkuannya tersebut. Namun, tiba-tiba Evan teringat sesuatu. Dengan tangan bergetar, Evan mengambil handphone di dalam saku celana bahannya. "Bapak Evanio Endriardo," panggil seorang lelaki yang sudah berdiri di depan meja Evan sembari mengulurkan tangan.Evan mendongak dan segera bangkit untuk membalas jabat tangan laki-laki yang merupakan kliennya itu. Evan tersenyum kaku dengan pikiran kacau. Dia sangat mengkhawatirkan keselamatan Amelia dan Inno.Evan kembali menunduk, tetapi Bunga tidak ada lagi di sekitarnya. Laki-laki itu melirik ke kanan kiri. Bunga kembali menghilang entah ke mana. "Bunga, kamu ke mana lagi sih, Sayang? Ya Allah, apa yang terjadi?" gumamnya lirih.Ballroom hotel berbintang itu berisi ratusan orang-orang penting dari se
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-17
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
22
DMCA.com Protection Status