Semua Bab TEROR BUNGA TASBIH HITAM : Bab 101 - Bab 110

214 Bab

Part 101 Isco Daniel Ferdinand

Amelia mendongak menatap ke depan sana. Lelaki tampan yang berdiri di samping Bunda Theodora itu, tersenyum pada tamu undangan."Bu, Ibu ingat sama Bapak. Bapak lebih ganteng lho, Bu dari laki-laki itu," bisik Erin menggoda. Amelia meliriknya sekilas dan menggeleng samar. "Rin, kamu sudah memuji suami orang di dekat istrinya, lho," jawabnya tanpa mengalihkan pandangan dari laki-laki tersebut. Erin tertawa lirih. "Tenang Bu, Pak Inno aman sama saya. Eh, maksudnya dari saya," celetuk Erin lagi sambil cekikikan. Amelia yang gemas hanya mencibir. "Awas, jadi pelakor, Rin. Nggak jadi naik gaji kamu!" ancamnya."Perkenalkan, nama saya Isco Daniel Ferdinand. Terima kasih, atas kedatangan Anda semua di hari istimewa Bunda saya tercinta. Sebuah kehormatan yang besar bisa bertemu dengan Anda semua. Terima kasih atas kemurahan hati semua donatur sehingga kita tetap bisa berbuat sesuatu untuk saudara-saudara kita yang lain. Sekali lagi, terima kasih. Tuhan Memberkati." Laki-laki bernama Isco D
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-18
Baca selengkapnya

Part 102 Duka Il Giorno Group

"Erin, Ela, ayo pulang!" Amelia menghampiri kedua gadis yang mulai menyantap makan siangnya. Keduanya mendongak menatap Amelia dengan bingung. Wajah istri bosnya itu terlihat panik dan gelisah. Erin dan Ela pun akhirnya mengangguk, lalu segera bangkit.Amelia merasa tak enak hati pada keduanya. "Kita makan siangnya di jalan saja, ya. Aku harus bertemu seseorang secepatnya, Rin. Maaf banget, ya. Ela, tolong telepon Pak Joko sekarang," ucapnya dengan suara bergetar.Erin dan Ela mengangguk mengerti. Mereka segera menuruti perintah istri bosnya. Kedua gadis itu pun merasa heran dengan sikap Amelia yang tiba-tiba gelisah dan aneh seperti sekarang ini. Mobil Camry hitam itu, akhirnya meninggalkan tempat parkir yayasan. Dengan diiringi senyuman penuh arti, dari sudut bibir laki-laki yang berada di dalam sebuah mobil sedan mewah berwarna hitam.Erin dan Ela hanya bisa memperhatikan Amelia yang sibuk dengan handphone. Sesekali tatapan wanita cantik itu mengarah ke Pak Joko yang berada di bel
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-19
Baca selengkapnya

Part 103 Fakta Mengejutkan

"Ada apa Dion? Jawab!" Perasaan Inno sangat kacau, ditambah melihat bangkai mobil yang ditumpangi sang istri. Inno memijit pelipisnya, dan berulang kali mengucapkan istighfar. Dion melirik sekilas sang bos, lalu berucap lirih, "Ela meninggal, Pak. Ibu sama Pak Joko masih di UGD.""Innalillahi wa innailaihi raji'uun, ya Allah. Tadi pagi, kami masih sempat bercanda. Ela yang biasanya diam itu, mendadak bercanda minta kenaikan gaji," Inno menjeda kalimatnya. Mata lelaki itu berembun ketika mengingat peristiwa sebelum mereka pergi ke Bogor. "Tadi pagi anak kami rewel banget. Biasanya nggak begitu, kalau mamanya mau pergi. Kenapa aku nggak peka dan mencegah mereka pergi, kenapa?" sesalnya dengan suara bergetar.Dion memahami kepedihan bosnya itu. "Sabar, Pak. Anda dan Ibu orang yang sangat baik. Makanya, Allah memberikan cobaan ini pada Anda. Saya yakin, Anda dan Ibu bisa melalui semua ini. Ibu akan segera sembuh begitu pun dengan Pak Joko," ucapnya lirih.Inno mengangguk lemah dan mengam
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-20
Baca selengkapnya

Part 104 Nyawa Dibayar Nyawa

Bugh ... bugh ... bugh!Tiga buah pukulan mengenai rahang, sudut bibir, dan pelipis Isco yang membuatnya jatuh dari kursi kebesarannya.Dia terkejut dengan serangan yang tiba-tiba itu."Apa-apaan sih, kamu?" tanyanya sembari bangkit.Evan langsung mencengkeram kerah kemeja laki-laki tersebut. "Bangsat! Sudah aku bilang, sedikit saja kamu sentuh sahabat aku, maka kamu mati, bangsat!" teriaknya.Laki-laki tersebut mengusap sudut bibirnya yang berdarah, lalu tersenyum miring. Dia hendak memencet tombol intercom untuk memanggil security, namun dengan cepat Evan menyambar benda tersebut lantas membantingnya keras ke lantai."Hh, dasar pengecut. Bisanya hanya mengancam dan bersembunyi di balik bodyguard nggak gunamu itu. Banci. Sekarang berlakulah seperti laki-laki, serahkan dirimu pada polisi!" ucap Evan, lalu menghempaskan tubuh laki-laki tersebut.Sebelum beranjak, Evan menatap Isco dengan tajam sambil mengacungkan jari telunjuknya. Evan menghentikan langkah di ambang pintu dan menatap se
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-21
Baca selengkapnya

Part 105 Otak Di Balik Kecelakaan

Isco tersedak-sedak. Tekanan kuat di leher membuatnya susah bernapas. Sekuat tenaga, lelaki itu mendorong tubuh wanita di depannya. Tetapi semakin dia mendorong maka cengkeraman Rianti semakin kuat. Isco lupa jika yang dia hadapi bukan lagi gadis yang dia cintai yang bergantung padanya seperti dulu. Tetapi Rianti dalam wujud jin yang penuh dendam padanya."Arrrghh, to-long, ja-ngan..." suara Isco terbata-bata. Kedua matanya memerah dan basah. Otot-otot dilehernya mengeras.Melihat penderitaan Isco berada di jurang kematian, wanita berdress merah itu menyeringai puas.Rianti tertawa mengejek. "Beginilah rasanya meregang nyawa, Isco! Aku pernah merasakan lebih sakit dari ini. Kamu biarkan aku sekarat begitu saja. Kamu hanya melihatku, ketika aku meminta tolong. Lalu, kamu benamkan tubuhku begitu saja seperti binatang. Setelah kamu mendapatkan kepuasan dari tubuhku. Rasanya sakit kan, Isco?" tanyanya dengan seringaian mengerikan."A-arrgh ... Ma-maaf, Ri--" "Tuan, Tuan! Anda tidak apa-a
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-23
Baca selengkapnya

Part 106 Rekontruksi

"Kenapa kamu tega sama aku, Van. Inikah yang dikatakan sahabat? Supaya kamu bisa menusukku dengan mudah?" tanya Inno lagi dengan parau. "Kalau kamu mencintai istriku, kenapa kamu hendak membunuhnya? Apa kamu nggak lihat keadaan anakku? Tega kamu, Van!"Evan memejamkan mata lalu mengusap rahangnya yang perih. Inno menatap nanar pada sahabatnya yang justru telah menusukkan pisau ke punggungnya begitu dalam."Dengarkan aku dulu, Nok. Bisakah kamu beri aku waktu bicara?" Evan bertanya lirih.Inno tak menjawab. Dia memalingkan wajah dari Evan dan melepaskan cengkraman tangannya. Mata laki-laki itu basah dan setetes air jatuh ke pipi. Kenyataan ini teramat sangat menyakitkan. Sahabat baiknya adalah sosok yang diduga otak dalam kecelakaan maut tersebut. Juga orang yang mencintai istrinya. Tidak bisa tergambarkan, bagaimana perasaan Inno saat ini. Marah, sakit, dan kecewa berbaur menjadi satu meremukkan hatinya. Tatapan mata Inno tertuju ke arah sang istri yang masih tergolek tak sadarkan dir
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-24
Baca selengkapnya

Part 107 Narapidana

Evan memalingkan wajah ketika tanpa sengaja tatapannya beradu dengan Inno yang berada di ujung halaman rumah. Inno menatapnya penuh arti. Terlihat jelas kesedihan di wajah laki-laki tersebut. Benarkah begitu? Evan mengenal baik sahabatnya tersebut. Kata berakhirnya persahabatan tidak lantas membuat Inno terlihat senang dengan apa yang terjadi padanya. Inno menunduk, kemudian menyeka cepat kedua sudut matanya. "Mas Inno!"Inno mengerjapkan mata berkali-kali, menghalangi air matanya yang hendak kembali jatuh. Dia menoleh dan tersenyum canggung pada laki-laki paruh baya yang diketahui sebagai ketua RT setempat."Eh, Pak Rizky. Apa kabar?" tanya Inno sembari tersenyum kaku.Pak Rizky menepuk pelan bahu Inno dan mengangguk samar. "Baik, Mas. Turut berdukacita dan prihatin dengan apa yang terjadi. Semoga Mbak Amelia cepat sadar, Mas." Inno mengangguk samar. "Aamiin, terima kasih, Pak. Mohon doanya." Dia berucap lirih, namun sesekali mencuri pandang ke arah Evan yang berdiri diapit beberap
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-25
Baca selengkapnya

Part 108 Hukuman Mati

Jakarta Indonesia...."Apa kamu nggak ingin cerita mengenai telepon Amelia ke kamu itu, Van? Sebenarnya, ada hubungan apa di antara kalian?" cecar Heri saat mengunjungi Evan.Evan menatap sebentar ke arah Heri, lalu kembali memalingkan wajahnya. Heri yakin ada yang disembunyikan oleh sahabatnya itu. Hal tersebut terlihat, ketika Evan menjalani pemeriksaan oleh Tim Penyidik, jawaban lelaki itu berbelit-belit dan banyak kejanggalan.Apalagi, Tim Penyidik juga menemukan sebuah pesan singkat dan beberapa panggilan tak terjawab sebelum peristiwa kecelakaan tersebut. Dan Heri juga mendapatkan informasi mengenai tulisan Bunga di laptop Inno."Kenapa kamu sembunyikan sesuatu dari kami?" cecar Heri lagi dengan kesal karena Evan memilih bungkam. "Kenapa kamu hanya diam, Van? Jawab aku!" sentaknya. Rupanya, Heri telah kehilangan kesabaran.Evan menatap malas pada Heri yang telah menampakkan wajah marah. Laki-laki itu tersenyum miring sekilas, kemudian berucap dingin, "Tugasmu sudah selesai, Her.
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-27
Baca selengkapnya

Part 109 Melepas Mesin Kehidupan

Satu setengah bulan, Amelia dalam kondisi koma. Hal itu, tentu bukan waktu yang singkat bagi Inno menunggu istrinya. Namun, laki-laki itu tidak pernah putus harapan. Bukankah banyak kasus pasien koma berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun bisa kembali sadar? Inno selalu memegang keyakinan tersebut.Setiap saat, dia selalu menggumamkan do'a untuk kesembuhan sang istri tercinta. Inno selalu yakin jika Amelia akan sadar kembali dan menemani dirinya mengarungi hidup sampai sama-sama tua seperti keinginan mereka. Apalagi, ada Gabriele yang membutuhkan kehadiran Amelia. "Bangunlah, Amelia. Aku mohon, bangunlah."Masih sama. Tidak ada reaksi apa pun tentang kondisi wanita itu. Inno merasakan hidupnya benar-benar kosong ketika tim dokter memberikannya sebuah pilihan. Yakni, membawa Amelia melanjutkan pengobatan ke luar negeri atau semua alat bantu kehidupan wanita itu dilepaskan.Laki-laki jangkung itu menatap dokter yang menangani Amelia dengan tatapan terluka. Sedangkan Umi yang sejak Ameli
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-28
Baca selengkapnya

Part 110 Aku Meridhoi Kamu Pulang...

"Astaghfirullah."Inno memejamkan mata yang basah. Tidak hanya dirinya. Semua terisak sedih. Inno mendekat ke arah Gabriele yang tidur di pangkuan Bu Rini. Dengan hati-hati, Inno mengambil alih Gabriele. Dia perhatikan wajah si kecil yang terlihat agak kurus. Kembali setetes air bening jatuh dari kedua matanya.Laki-laki itu menunduk dan mencium puteranya yang tertidur. "Amelia, bangunlah, lihatlah anakmu," kata hatinya perih. Bu Rini mengusap kepala Inno dan mencium kepala laki-laki itu. Kemudian menangkup wajah tampan yang kusut tersebut. Gabriele menggeliat tak nyaman dan mulai merengek. Inno mengisyaratkan pada baby sitter anaknya itu untuk membawa Gabriele. "Bu, apa Ibu juga menginginkan hal sama dengan Umi?" tanya Inno parau.Bu Rini tak menjawab. Dalam hati terdalam tidak ingin melihat sang anak hancur karena kehilangan separuh jiwanya. Namun, di sisi lain, dia juga tak tega melihat kondisi Amelia yang sama sekali tidak menunjukkan adanya perkembangan kesehatan."Kenapa Ibu d
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-01
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
910111213
...
22
DMCA.com Protection Status