Home / Romansa / TEROR BUNGA TASBIH HITAM / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of TEROR BUNGA TASBIH HITAM : Chapter 61 - Chapter 70

214 Chapters

Part 61 Misteri Rambut Sintetis

*"Rambut yang kamu tanam itu!" sentaknya lagi dengan wajah marah. Wanita berbaju putih itu lantas mundur karena ketakutan juga tidak mengerti. "Aku tidak tahu, aku tidak mengerti maksudnya kamu!" teriaknya sambil menangis dan memegangi perutnya.Seringaian aneh tersungging di sudut bibir wanita berbaju hitam sambil menatap tajam ke arah perut buncit tersebut. Wanita berbaju putih semakin ketakutan dan berusaha lari ke arah suara merdu yang begitu di hafalnya.*Allaahu Akbar Allaahu Akbar....Asyhadu Allaa Ilaaha Ilallaah...Dia terus berlari dengan napas terengah-engah ke arah suara yang semakin dekat. Kedua matanya lantas mengerjap. Suara adzan Maghrib dari alarm yang terpasang di dinding kamar, menyentak Amelia dari mimpi buruk yang begitu mengerikan.Inno menatap istrinya dengan tatapan dalam. Dia semakin bingung dengan rambut yang dimaksud sang istri dalam mimpi."Rambut gimana, sih? Coba kamu ceritakan kalau kamu sanggup cerita," pinta Inno sambil memegang wajah istrinya.Amelia
last updateLast Updated : 2023-01-09
Read more

Part 62 Bunga Bukan Manusia

Inno menoleh pada Amelia yang salah tingkah. Menyadari ada yang tidak beres, laki-laki tampan itu menarik napas kasar. Di seberang sana, Heri masih terus mengompori."Dia bertemu aku di Giorno Cafè, dia lihat foto kalian di belakang kasir makanya langsung ngenalin Amelia. Hati-hati, No. Saingan baru, jangan sampai lengah!" ocehnya."Diam, kamu Her!" sentak Inno dengan jengkel."Jangan bilang kamu telepon hanya ingin ngabari berita receh ini!" sungutnya."Eh, receh gimana wong ini kenyataan. Alex sendiri yang bilang, kalau nggak percaya tanya saja sama Amelia.""Astaghfirullah, Her. Nggak usah jadi sumbu!" "Iya, aku kenal Mas Alexander. Orangnya pakai kacamata dan putih, kan?" sahut Amelia yang dibalas lirikan tak bersahabat dari suaminya."Hafal banget," gumam Inno sinis."Issh, Mas. Aku kan cuma komentar. Mas Heri, ada yang ingin aku bicarakan!""Apaan, Mel?" tanya suara bass dari seberang sana."Mas Heri ingat, waktu aku ngomong tentang rambut sintetis?" tanya Amelia. "Rambut sintet
last updateLast Updated : 2023-01-10
Read more

Part 63 Indera Keenam

Evan mondar-mandir di dalam kamarnya. Laki-laki itu gelisah, sedang memikirkan Bunga. Gadis kecil itu tiba-tiba kembali menghilang dari hadapannya. Sepertinya, Bunga tidak nyaman akan kehadiran orang asing."Ya Allah, kenapa aku bisa melihat makhluk selain manusia? Siapa sebenarnya, Bunga?" tanyanya pada diri sendiri. Evan menghentikan langkah dan menatap keluar jendela kamar. Dia menggigit ujung jari. Sejenak, kedua mata setengah sipitnya terbelalak. Ada sesuatu hal yang baru dia sadari.Evan teringat ucapan Bunga tadi. Gadis kecil berwujud hantu itu, tengah mencari papanya. Hari ini Bunga sedang ulang tahun. Bertepatan dengan hari di mana dirinya kehilangan Rianti sampai saat ini. Mengapa ada kebetulan seperti ini? Evan membatin."Aku harus melakukan sesuatu, sekali lagi!" tekadnya.*Venezia, ItalyMaserati Ghibli Trofeo warna hitam itu, berhenti di halaman rumah megah bergaya Victoria di salah satu distrik elite di kota Venezia, Italia.Laki-laki sepuh berusia sekitar 80 tahun, tu
last updateLast Updated : 2023-01-11
Read more

Part 64 Rahasia Apa Lagi Ini?

Sebelum melajukan mobilnya, Inno sempat menoleh ke arah pemakaman. Begitu juga dengan Amelia. Kemudian keduanya saling pandang dengan pikiran masing-masing. Amelia masih berpikir tentang indera keenamnya yang kembali terbuka. Sementara itu, Inno masih belum ikhlas dengan kepergian sang ayah yang konon beritanya, pesawat jet pribadi itu disabotase seseorang. Entahlah, Inno tidak tahu kebenarannya. Dia masih terlalu kecil saat itu. Dan sang kakek tak pernah mau menjelaskan hal tersebut sampai detik ini. Inno juga mendengar papanya sempat berurusan dengan kelompok mafia Italia. Namun, Inno tidak percaya akan hal itu.Inno tersenyum samar, kemudian melajukan mobilnya pelan. Tidak ada pembicaraan di antara Inno dan Amelia. Amelia menatap ke luar jendela di sisi kanannya. Tanpa sadar dia kembali menarik napas panjang sehingga memancing Inno menoleh sekilas ke arahnya."Sayang, kamu kenapa? Aku perhatikan sejak di makam Papa, kamu aneh gitu?" cecarnya curiga.Amelia menoleh dan menggenggam j
last updateLast Updated : 2023-01-12
Read more

Part 65 Titik Terang Keberadaan Rianti

Semenjak pulang dari pemakaman, Inno beberapa kali memergoki sang istri melamun sendirian. Tak ingin terjadi hal-hal seperti yang dulu, laki-laki itu memutar otaknya. Dia tidak ingin kesehatan istri dan calon anak mereka terganggu. Setelah konsultasi dengan dokter Claudia, wanita itu menyarankan Inno mengajak istrinya berlibur supaya tidak jenuh. Inno menatap ke luar jendela kamarnya. Dia tersenyum sekilas ketika pandangannya tertuju ke arah sang istri yang duduk di bangku taman. Wanita itu sedang memperhatikan deretan bunga tulips warna warni yang memenuhi taman rumah megah keluarga Marcio Morelli.Inno segera turun dan menuju ke halaman belakang, menghampiri istrinya. Begitu sudah berada di belakang Amelia, Inno melingkarkan lengan, memeluk sang istri dari belakang."Mas Inno bikin kaget saja." Amelia mendongak menatap manik mata suaminya. Inno tersenyum kemudian memutar tubuh dan duduk di samping wanitanya. "Apa aku ganggu acara berjemurmu, Nyonya Marvinno?" tanyanya sambil menciu
last updateLast Updated : 2023-01-13
Read more

Part 66 Laki-laki Dalam Mimpi

Stazione Santa Lucia, Venezia. (Stasiun Kereta, Santa Lucia, Venezia)Beberapa menit lagi, kereta cepat jenis Trenitalia Frecce dari Stasiun Santa Lucia, Venice menuju Stasiun Gare De Lyon, Paris akan berangkat. Para penumpang first class yang mayoritas kaum berkantong tebal itu, akan dimanjakan dengan kenyamanan dan pelayanan terbaik dari crew kereta. Kereta cepat itu akan melintasi perbatasan negara Italia , Swiss, dan Perancis dengan pemandangan menakjubkan. Di antaranya lembah-lembah, pedesaan yang bersih, dan pemandangan pengunungan Alpen yang memukau."Buona Festa del Papa, Signore Morelli." Seorang crew kereta berseragam rapi, tersenyum ramah mengulurkan bouquet bunga carnation putih pada Inno. Inno mengernyit dan menatap istrinya sebentar. Laki-laki itu tampak tersenyum kaku, lalu melepaskan pegangan tangannya dari pegangan koper kemudian menerima bunga tersebut. "Grazie." Inno berterima kasih.Inno baru menyadari, dirinya lebih dikenal orang ketika di Venezia dan Milan darip
last updateLast Updated : 2023-01-14
Read more

Part 67 Bertemu Dengan Rico

Jakarta, Indonesia."Tiket penerbangan Jakarta-Bengkulu. Hm, dia berusaha mengalihkan perhatian semua orang. Nggak penting. Yang penting sekarang, siapa pemilik rambut itu."Terdengar nada keterkejutan dari Inno di seberang sana. "Jadi, benar itu rambut asli, Dim?" tanyanya memastikan."Benar, Mas. Hasil test DNA sudah keluar. Aku akan coba ke Bengkulu. Semoga aku bisa menemukan keluarga Mbak Rianti," kata Dimas penuh harap."Hati-hati, Dim. Jaga keselamatan kamu!""Baik, Mas."Dimas mengamati foto yang berada di handphonenya. Foto seorang gadis cantik berwajah campuran oriental dan Melayu. Rambutnya panjang kecoklatan tengah tersenyum lebar di antara dua gadis lain. Di belakang mereka ada Inno, Evan, dan Heri. Itu foto yang diambil ketika Inno, Evan, dan Heri lulus SMA.*Paris, Perancis. Pagi yang cerah di musim semi. Momen musim semi, salah satu momen yang paling ditunggu oleh penduduk Eropa. Termasuk masyarakat kota Paris, Perancis. Taman kota yang luas itu, ramai dengan pengunjun
last updateLast Updated : 2023-01-15
Read more

Part 68 Rianti Sudah Meninggal

"Lalu, artinya air mata kamu ini, apa?" tanya Inno lirih. Tidak bisa dipercaya, wanita yang dinikahi hampir tahun ini masih memikirkan laki-laki lain.Amelia mendongak sebentar kemudian kembali menunduk. "Aku ... aku, membuat orang lain kecewa, Mas. Aku seperti orang jahat," jawabnya lirih.Inno tertegun dengan jawaban itu, lalu dia tersenyum satu sudut. Tatapan matanya tajam tertuju ke manik hitam istrinya. "Jahat? Membuat orang lain kecewa? Kamu pikir, kamu nggak membuatku kecewa?" tanyanya dengan nada dingin.Amelia kembali mendongak cepat. "Mas, aku ... bukan begi--" ucapnya terhenti. Tanpa basa basi, Inno yang sudah geram membungkam mulut istrinya dengan bibirnya. Tak peduli dengan tatapan orang lain yang berada di sekitar mereka. Tak peduli pula dengan tatapan terluka dari sepasang mata yang agak jauh di sana. Tatapan mata milik Elrico Setiawan. "Ayo pulang!" kata Inno ketus setelah mengakhiri ciumannya. Amelia mengangguk samar. Dia tidak berani membalas ucapan maupun tatapan m
last updateLast Updated : 2023-01-16
Read more

Part 69 Mencari Bukti

Evan termangu dengan ucapan sahabatnya. Dia menatap manik hitam Heri dengan tatapan penuh tanya.Evan mengusap wajah gusar, lalu bertanya lirih pada Heri, "Dari mana kamu ambil sampel rambutnya?" "Pot bunga milik Amelia di Il Giorno Office. Kebetulan dia bawa dari rumahmu," jawab Heri pelan. Evan langsung menajamkan pandanga ke arah sahabatnya itu. "Tunggu! Aku masih bingung. Lantas, apa hubungannya dengan pot bunga dan rambut ini dengan menghilangnya Rianti?" tanyanya semakin bingung. Mendadak isi kepala Evan kosong. Dia terlalu syok dengan pernyataan Heri."Kita akan buka kasus ini, Van. Kita perlu bantuan kamu. Kami akan mencari barang bukti di rumah kamu yang kami perkirakan, menjadi tempat terakhir yang Rianti datangi sebelum dia pergi memesan tiket itu. Aku sendiri bingung, ini seperti mengurai benang kusut, Van. Merangkai puzzle yang hanya bermodalkan mimpi dan rambut." "Tapi, rumah itu kan dipakai Inno dan karyawannya selama setahunan, apa masih ada bukti di sana seperti dug
last updateLast Updated : 2023-01-17
Read more

Part 70 Laki-laki Bertatto Kalajengking

Amelia menatap sang suami yang berwajah masam. Tetapi, dalam hati dia tertawa. Mengingat betapa konyolnya Inno dulu, ketika pertama melamar dirinya di kebun jambu kristal milik Abah. Tanpa basa-basi, Inno mencabut bunga lili peri yang tumbuh subur di sekitar pohon jambu dan menggunakan bunga itu untuk melamarnya. Padahal, saat itu usia Inno baru 19 tahun.Tetapi, laki-laki itu malah tak terima dikatakan modus dan malah mengungkit perihal Rico. Timbul niatnya mengerjai sang suami yang tengah dibakar cemburu itu."Ya, setidaknya bukan bunga lili peri, Mas!" jawabnya sembari memalingkan wajah menyembunyikan senyum."Oh, ya? Bunga apa yang digunakan buat gombalin kamu?" tanya Inno sinis.Amelia semakin ingin menggoda laki-laki itu. "Oh, dia nggak gombalin aku, Mas. Bunga yang dia bawa tiap datang beda-beda, tahu nggak? Ada mawar, krisan, carnation, terus casablanka. Tahu saja dia kalau aku suka bunga casablanka, bung-–"Inno berdecak. "Apa lagi? Melati, kantil, kamboja!" sahutnya cepat den
last updateLast Updated : 2023-01-18
Read more
PREV
1
...
56789
...
22
DMCA.com Protection Status