Home / Romansa / TEROR BUNGA TASBIH HITAM / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of TEROR BUNGA TASBIH HITAM : Chapter 41 - Chapter 50

214 Chapters

Part 41 Tuduhan

Sambil membantu kakak iparnya, Aisyah bercerita mengenai kebaikan kakek dan nenek Inno di Italia sana. Dia tidak tega melihat Amelia menangis, apalagi wanita itu tengah mengandung."Nenek dan kakeknya Kak Inno itu baiiikkk banget, Kak, orangnya. Mereka juga anggap Ais cucu mereka. Ais yakin, Kak Amelia kerasan di Italia," kata Aisyah membuka suara. Amelia mengangguk samar walaupun dalam hatinya dilema. "Iya Dik. Walaupun Kakak baru sekali bertemu waktu di acara nikahan Kakak dulu." Amelia berusaha menghibur dirinya dengan cara mengingat semua kebaikan keluarga Inno di Italia selama ini. "Ini baju-baju Kak Inno kebanyakan kiriman dari Italia, Kak. Setiap kirim baju buat Kak Inno, Ais juga dikirimi. Eh, jangan semua dikasih orang, Kak, simpan beberapa potong buat kenangan." Aisyah terus bercerita walaupun tidak semua didengarkan oleh Amelia. Karena pikiran wanita itu terpecah antara gelang yang menjadi sumber pertengkaran tadi. Juga tentang mimpinya. Masa depan dan rumah tangganya me
last updateLast Updated : 2022-12-20
Read more

Part 42 Kecewa

Sampai larut malam, Amelia masih menunggu kepulangan suaminya dengan perasaan takut juga gelisah. Apalagi telepon ke kantor berkali-kali tidak mendapatkan jawaban dari Inno.Pikiran wanita itu semakin tidak tenang.Dengan dada naik turun menahan perasaan yang bercampur aduk, dia mencoba menghubungi security kantor. Dari sana, Amelia mendapatkan informasi jika motor Inno masih terparkir di basement. Itu artinya, Inno memang sengaja tidak pulang ke rumah. "Oke Mas, terserah mau tidur di kantor atau di mana. Aku nggak peduli," gumamnya, lalu melempar handphone Inno ke atas tempat tidur begitu saja. Amelia memilih keluar kamar. Sayup-sayup Amelia mendengar pembicaraan mertua dan ibunya. Tak ingin mengganggu, Amelia memilih memasuki kamar tamu."Umi tenang saja, mereka sudah biasa berantem terus baikan lagi. Besok juga sudah saling ledek. Inno memang kalau marah seperti itu, dia memilih pergi!" Pak Hendri yang duduk di samping Bu Rini berusaha menenangkan Umi yang juga terlihat gelisah. U
last updateLast Updated : 2022-12-21
Read more

Part 43 Pilihan

Pagi harinya ketika bangun tidur, Inno tak mendapati istrinya di rumah. Bahkan rumah besar itu terlihat sepi. Hanya ada ART yang sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Inno menyapa seorang laki-laki paruh baya yang tengah memotong rumput di taman depan. Dari orang itu, Inno mengetahui jika Amelia pergi bersama Aisyah ke taman komplek. "Oh, terima kasih, Pak!"Tanpa membuang waktu, laki-laki jangkung itu pun pergi ke sana menyusul istrinya. Akan tetapi, sampai dua kali putaran dia berlari-lari mengelilingi taman, tidak juga mendapatkan keberadaan sang istri. Inno mendesah kasar karena lupa membawa handphone. Dia mulai gelisah memikirkan istrinya yang sedang hamil. Dari kejauhan Inno melihat Aisyah berjalan ke arahnya sambil menggerakkan tangan ke kanan kiri. Di samping gadis itu berjalan seorang pemuda berwajah campuran. Memang, komplek perumahan tempat tinggal Inno termasuk kawasan elite, yang mayoritas penghuninya orang asing ataupun keturunan asing. Aisyah tampak salah tingk
last updateLast Updated : 2022-12-22
Read more

Part 44 Keributan

Inno menatap tajam istrinya, kemudian mengusap kasar wajahnya yang memerah. Amelia memilih bersikap tak peduli. Wanita itu tersenyum miris menghadapi sikap egois suaminya itu.Amelia mendongak membalas tatapan mata Inno dan berkata tenang, "Jelas aku mikir jauh Mas, aku memikirkan nasib anak kita. Dulu aku maklumi kita berjauhan karena kita sama-sama masih kuliah. Tapi sekarang? Kalau Mas Inno kasih pilihan seperti itu apa bedanya dengan menginginkan perpisahan? Kenapa nggak sekalian saja Mas bilang ke Umi, kembalikan aku pada Umi, mumpung Umi di sini. Simpel, kan?"Inno geram mendengar ucapan ngelantur istrinya. "Omong kosong macam apa ini, Amelia!" sentaknya dengan suara meninggi. Dia menarik napas kasar, lalu bangkit dari tempat duduknya. "Nggak akan pernah aku melakukan hal konyol itu! Kita turun makan dulu, jangan siksa anakku dengan cara nggak makan. Ibu sama Umi sudah nungguin," ucapnya dengan nada lebih lembut. Amelia menatap punggung suaminya yang menjauh dan menghilang di bal
last updateLast Updated : 2022-12-23
Read more

Part 45 Bunga dan Jelita

Dokter muda itu tersenyum pada Inno yang duduk di depannya dengan gelisah. Laki-laki itu takut, sangat takut, hal buruk terjadi pada istri dan calon anak mereka. Dia lah penyebab terbesar istrinya itu pingsan."Kandungannya baik-baik saja, Anda tidak perlu khawatir. Tapi, sebaiknya Ibu Amelia tidak boleh terlalu banyak pikiran dan stres. Jangan membawa barang yang berat-berat." Inno mengangguk pelan mendengar nasihat dokter tersebut. "Lalu, apa bahaya kalau melakukan penerbangan jarak jauh, Dok? Karena besok malam kami berangkat ke Italy.""Tidak masalah, Pak. Tetapi tetap hati-hati." Inno kembali mengangguk dan mengucapkan terima kasih. Dia mendekati istrinya yang masih terbaring di atas brankar klinik. Inno menggenggam jemari tangan istrinya. Tangan kanannya terjulur dan mengusap-usap kepala berhijab instan itu. Inno membungkukkan badan dan mencium lama kening istrinya sembari meminta maaf berkali-kali."Maafkan aku, Sayang. Lagi-lagi aku menyakiti kamu."Amelia tersenyum dan menga
last updateLast Updated : 2022-12-24
Read more

Part 46 Aku Ingin Dipeluk Papa

Evan tertawa mendengar ucapan polos dan genit dari keponakannya. Dia tidak menyadari, tak jauh darinya Bunga menatap keduanya dengan tatapan mata sedih.Bunga masih mendengar ucapan Evan yang menggoda Jelita sembari melangkah meninggalkan tempat itu."Oh, keponakan Om sudah ngerti orang ganteng, ya? Terus yang ganteng hanya Om Inno saja, Om Evan nggak ganteng, gitu?" tanyanya sambil menggelitiki Jelita yang ada dalam gendongannya.Jelita tertawa renyah sambil menjawab jujur, "Ganteng lah, tapi Om Inno dan Papa paling ganteng. Hidungnya Om Inno mancung banget kayak Papa!""Jelita! Nanti Om Evan nggak jadi kasih hadiah kalau gitu!" Evan pura-pura cemberut. Bisa-bisanya keponakannya itu membandingkan dirinya dengan dua orang tersebut.Bunga menatap punggung Evan yang menghilang di balik pintu utama. Gadis kecil itu mengusap pipi tirusnya lalu pergi dari situ.Jelita Az'zahra Darmawan, gadis kecil itu memang sangat cantik. Kulitnya putih bermata agak sipit, warisan dari William Darmawan,
last updateLast Updated : 2022-12-25
Read more

Part 47 Malangnya Nasibmu, Nak

Mendengar ucapan Bunga, ada rasa sedih di hati Jelita. "Kamu nggak punya mainan? Memangnya kamu nggak disayang orang tua kamu?" tanyanya ingin tahu. Bunga menggeleng lemah. "Aku nggak punya Papa, aku nggak tinggal di rumah bagus," jawabnya lirih. Jelita tersenyum lebar dan mengusap lengan kurus Bunga. "Ini buat kamu," ucapnya dengan tulus.Gadis kecil bergaun warna pink itu mendongak menatap ke arah Evan, lalu mengulurkan tangan hendak menerima bungkusan dari Jelita. Tetapi, saat tatapan mata tajam Evan mengikuti ke mana arah pergerakan tangan Jelita, lagi-lagi bunga merasa Evan menatapnya. Jadi, dia memilih mundur dan menjauh. Acara ulang tahun ke-5 Jelita, bersamaan dengan acara do'a bersama, di kediaman pengusaha kaya raya itu. Dengan dipimpin oleh seorang Kyai, mereka semua khusyu ikut berdo'a. Anak-anak panti asuhan yang berjumlah puluhan itu juga ikut berdo'a dengan duduk melingkar rapi. Mereka masih antusias mengikuti acara karena setelah do'a bersama, orang tua Jelita menjan
last updateLast Updated : 2022-12-26
Read more

Part 48 Cinta Yang Salah

Tak ingin membuang waktu, Evan segera menyiapkan sarapan dan memasukkannya ke dalam wadah kecil. Dia sempat melirik ke arah kakaknya yang mendekat."Kasihan jomblo, mau ke kantor saja mesti nyiapin semua sendiri. Makanya cepat nikah!" ledek Willy sembari mengambil tempat duduk di dekatnya. Evan tak peduli dengan ejekan yang sering dia dengar itu. Dia memilih menikmati coffe lattenya. "Sudah ada calon belum? Biar tidur nggak meluk guling melulu. Ingat , umur sudah dua enam. Dulu, aku nikah umur dua empat!" ledek Willy lagi.Evan memutar bola matanya dan menyahut singkat, "Biarin saja!"Willy hanya tersenyum sekilas. Adiknya itu terlalu santai untuk urusan perempuan. Dia juga bersikap tak acuh pada perempuan."Eh, istrinya Inno punya saudara perempuan nggak, sih?" tanyanya iseng yang sukses membuat Evan menoleh dengan dahi berkerut. "Nggak punya, adiknya cowok. Kenapa?" Willy mengangguk-angguk mengerti. "Kirain punya, aku pengin jodohin kamu sama saudaranya. Buat memperbaiki keturuna
last updateLast Updated : 2022-12-27
Read more

Part 49 Tante Cantik, Tolongin Bunga!

Sekali lagi, Evan tersenyum miris. Mentertawakan dirinya sendiri. Tetapi apa yang bisa dia lakukan? Menghilangkan perasaan itu tak semudah ketika dirinya jatuh cinta. Dia butuh waktu beberapa tahun untuk mengaburkan perasaannya pada Rianti yang sampai sekarang tidak tahu di mana. Dan sampai detik ini pula, Evan tidak bisa sepenuhnya menghapus nama Rianti dari hatinya.Membayangkan sahabatnya itu menghabiskan waktu bersama sang istri di tempat yang romantis membuat hatinya berdenyut nyeri. Evan memejamkan mata dengan kepala mendongak, bersandar pada kursi kerjanya.Suara gaduh di lantai bawah membuyarkan lamunan Evan. Terdengar, Jelita menjerit histeris. Bersamaan dengan di luar sana, suara musik anak-anak mengalun merdu di waktu lewat tengah malam ini. Evan segera bangkit dan bergegas keluar kamar. Suara musik itu masih terdengar sayup-sayup seolah menembus dinding kokoh rumah mereka. Dia mengumpat geram. "Sial!" Setengah berlari, Evan menuruni anak tangga lingkar itu. Di kamarnya, W
last updateLast Updated : 2022-12-28
Read more

Part 50 Second Honeymoon

Evan tidak ingin ada salah paham antara kakaknya dan keluarga kecil Inno. "Apa yang akan kamu lakukan, Ko?" tanyanya hati-hati. Willy menoleh sekilas padanya kemudian kembali membuang pandangan. "Jangan aneh-aneh. Mereka pergi karena nggak ingin diganggu makhluk itu. Amelia tengah hamil muda. Inno pasti nggak membiarkan siapa pun mengganggu ketenangan mereka!" Evan berkata tegas, yang justru memantik tatapan tajam dari kakaknya. Willy tidak mengerti dengan isi kepala adiknya yang lebih membela sahabat daripada keluarganya sendiri. Laki-laki itu tersenyum satu sudut dan berkata sinis, "Mereka ingin hidup tenang dengan cara meninggalkan masalah ke orang lain? Parahnya, kamu malah membelanya, Van. Kamu nggak kasihan sama Jelita, tapi kasihan sama Amelia. Apa sebenarnya yang ada di pikiranmu?" Mendengar ejekan kakaknya, Evan menggelengkan kepala samar. "Konyol! Apa yang aku lakukan karena aku tahu mereka nggak bersalah. Inno sahabat aku, Jelita keponakan aku. Tapi, aku berpikir memakai
last updateLast Updated : 2022-12-29
Read more
PREV
1
...
34567
...
22
DMCA.com Protection Status