Home / Romansa / TEROR BUNGA TASBIH HITAM / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of TEROR BUNGA TASBIH HITAM : Chapter 31 - Chapter 40

214 Chapters

Part 31 Drama

"Terima kasih ya, Win, sudah bantuin aku ambil hadiah buat Mas Inno. Sejak tahu aku hamil, Mas Inno nggak bolehin aku pergi sendirian." Amelia berkata pada Windi setelah mengakhiri panggilan telepon dengan suaminya.Windi tersenyum, dia ikut merasakan kebahagiaan sang sahabat. "Sama-sama. Aku seneng bisa bantuin kamu. Aku paham Mel, kalau Mas Inno lebih posesif. Karena kalian menantikan momen ini sudah lama."Amelia mengangguk dan mengusap perutnya. "Iya, dan Mas Inno--""Mel, Mel!" Windi menghentikan ucapan dan menahan langkah Amelia dengan tangannya. Amelia mengikuti arah pandangan Windi ke depan sana. Windi menoleh ke arah sahabatnya yang berdiri mematung.Di sana, Inno terpaku dan butuh beberapa detik untuk kembali pada kesadarannya. "Vi, Vi tolong lepaskan!" ujar Inno pelan sambil melepaskan pelukan gadis cantik itu. Inno memejamkan mata sesaat, kemudian mengalihkan pandangan. Sedangkan gadis di depannya menatap Inno tanpa berkedip. Memperhatikan laki-laki tampan yang masih berd
last updateLast Updated : 2022-12-10
Read more

Part 32 Wanita Berdress Merah

Bugh...Sebuah boneka beruang sebesar kucing, melayang tepat mengenai kepala laki-laki bertubuh tegap itu. Heri melotot, di samping tempat tidur, si pemilik kamar menatapnya dengan tatapan nyalang. Tadi, Heri yang percaya diri memasuki kamar mencoba berpikir realistis. Amelia mendesain ulang kamar Inno, yang dulu full warna-warna monokrom, menjadi putih dan pink lembut. Belum sempat Heri berpikir lebih jauh, benda-benda milik Aisyah kembali melayang ke arahnya tanpa ampun. Heri mencoba menghindar dan tak ingin membuat keributan."Ais, Ais, so-sorry, wait ... wait!" ucapnya sambil mengangkat kedua tangan."Keluar! Ngapain di sini, keluar!" teriak Aisyah marah. Heri masih terpaku, menatap Aisyah yang berdiri di tempatnya. Laki-laki itu tertegun dengan pemandangan di sana. Aisyah, gadis yang biasa tertutup pakaian muslimah itu, kini, hanya mengenakan handuk yang menutupi bagian tubuh tengahnya. Rambut sebahunya tergerai setengah basah. Kulit tubuhnya yang putih menjadi pemandangan baru
last updateLast Updated : 2022-12-11
Read more

Part 33 Penghuni Baru

Penghuni baru? Aneh sekali. Semenjak Inno dan Amelia pergi dari rumah itu, Evan tidak pernah menyewakan rumahnya pada siapa pun. Apalagi ada penghuni baru yang dia tidak ketahui. "Maksudnya Ibu bagaimana, ya?" tanya Evan lagi, untuk memastikan jika dirinya tidak salah dengar."Maaf Mas, Ibu cuma mewakili yang lain, mau komplain!" jawab Bu Aliya di telepon."Komplain masalah apa ya, Bu, maaf kalau saya boleh tahu?" Evan masih belum mengerti apa maksud dari Bu Aliya."Itu Mas, sejak Mas Inno dan Mbak Amelia pindah, kok rumahnya Mas Evan jadi ramai ya, kalau malam. Penghuni baru itu, Mas. Perempuan yang suka bawa laki-laki masuk. Kalau malam suka ribut, Mas. Kami terganggu. Pak Rizki sudah komplain ke pihak keamanan. Tapi, perempuan itu tidak berubah. Kasihan Mas, cucu Pak Rizki sering nangis kalau malam..." Jawaban beruntun dari Bu Aliya semakin membuat Evan bingung. Maka dia memutuskan setelah pulang dari rumah Inno, akan menyempatkan mengecek rumahnya tersebut.*Waktu sudah menunjukk
last updateLast Updated : 2022-12-12
Read more

Part 34 Istilah Baru

Keadaan di dalam rumah kembali gelap gulita. Hanya bias-bias lampu jalanan dan lampu taman yang redup menerangi depan rumah. Evan meminta petugas keamanan komplek hanya membantunya menyalakan lampu taman, yang kebetulan sakelar lampu berada di dekat bel pintu pagar.Evan melangkah santai menuju ke halaman rumahnya. Karena penasaran dengan lampu di dalam yang tadi menyala. Tanpa sengaja dia mendongak. Evan mengerutkan keningnya, ketika didapati dalam rumah ternyata gelap."Siapa sih yang di dalam?" tanyanya pada diri sendiri sambil terus melangkah.Satu kakinya mulai menginjak lantai teras. Evan terkesiap, ketika ekor matanya menangkap sosok bayangan seseorang. Perempuan berdress merah itu, berdiri kaku di samping pintu garasi yang mulai berdebu. Tepatnya di dekat rimbunan bunga tasbih. Evan memutar tubuh. "Siapa Anda?" tanya Evan waspada. Diam. Perempuan itu tak menjawab.Evan teringat ucapan Bu Aliya, tetangga depan rumahnya di telepon tadi. "Lancang sekali Anda masuk rumah saya d
last updateLast Updated : 2022-12-13
Read more

Part 35 Anak Haram

Inno menghentikan aktivitasnya dan meraih benda di bawah bantal tersebut. Kening laki-laki tampan itu mengernyit. Dia memperhatikan benda berbentuk kotak terbungkus kertas kado yang kini berada di tangannya, dengan seksama."Apaan, sih?" tanyanya sambil memutar-mutar benda itu. Amelia berdecak dengan reaksi sang suami yang tidak peka. "Ck, kelamaan, Mas!" sahutnya gemas, kemudian menggeser tubuh dan membungkusnya dengan selimut.Inno membuka benda tersebut dengan hati-hati. Tampaklah sebuah arloji mewah dari brand ternama Italia, berwarna hitam beserta tulisan yang romantis.Inno tersenyum, kemudian kembali mencium kening istrinya."Terima kasih, Sayang," ucapnya penuh syukur. Dia sangat menghargai usaha wanitanya, yang rela membelikan benda mahal edisi terbatas tersebut.Inno meletakkan benda itu dengan hati-hati ke atas nakas. Amelia mengamati ekspresi sang suami yang menurutnya biasa saja. Mungkin bagi Inno, benda tersebut memang biasa karena laki-laki itu bisa membeli yang jauh le
last updateLast Updated : 2022-12-14
Read more

Part 36 Mimpi Buruk

Evan tertunduk lunglai mendengar ucapan tegas papanya. Dia membayangkan akibat kebodohannya, akan ada anak tanpa dosa lahir ke dunia. Mirisnya lagi, anak tersebut tidak memiliki nazab darinya karena tercipta di luar pernikahan. Laki-laki itu mendongakkan wajahnya, sekali lagi meminta belas kasihan dari sang papa. "Papa tega? Walaupun dia dikatakan anak haram, dia tetap darah dagingku, darah Papa dan Mama mengalir juga pada tubuhnya? Papa tega, karena kesalahanku dia dihina anak haram? Dan bagaimana seandainya setelah dewasa dia tahu, kalau dia ternyata cucu orang terpandang Rudi Darmawan?" tanyanya lirih berusaha meraih simpati papanya. Pak Rudi tertegun mendengar ucapan sang anak.Laki-laki paruh baya itu menunduk, menatap Evan yang masih berlutut di hadapannya. Pak Rudi mengangguk berkali-kali dengan mata memanas. Dia membenarkan ucapan sang anak. Jika setelah dewasa nanti, anak itu tahu memiliki kakek nenek kaya raya, apa dirinya tidak menjadi sasaran hujatan banyak orang?Terdenga
last updateLast Updated : 2022-12-15
Read more

Part 37 Menerka Arti Mimpi

Setelah Amelia selesai shalat malam, Inno tidak bisa memaksa sang istri untuk tidur. Wanita itu malah membahas tentang mimpi yang menurutnya sangat nyata. Inno berkali-kali mendesah. Matanya terasa berat karena hanya tidur tidak lebih dari 30 menit saja. Amelia menatap sang suami yang berbaring di depannya. Sesekali laki-laki itu menguap dan menanggapi ucapannya sekadar saja."Mungkin hanya bunga tidur. Makanya kalau suami bilang wudhu dulu sebelum tidur, itu nurut," ucapnya parau.Amelia menarik gemas hidung mancung suaminya. "Bukan Maaass, ini bukan sekadar mimpi buruk. Laki-laki itu membunuh wanita yang hamil. Wanita itu meregang nyawa tapi dibiarkan saja, kasihan..."Inno membuka mata cepat dan menatap dalam manik hitam istrinya. "Astaghfirullah," gumamnya, kemudian memeluk sang istri.Amelia kembali menangis di dalam pelukan Inno. Dia tidak bisa membayangkan betapa menderitanya perempuan muda dalam mimpinya tadi, ketika menghadapi sakaratul maut bersama janinnya."Dia jatuh dari
last updateLast Updated : 2022-12-16
Read more

Part 38 Tidak Ada Kejahatan Yang Sempurna

Inno terdiam, pikiran laki-laki itu kalut teringat mimpi yang dialami Amelia tadi malam. Heri kembali senyum-senyum. Niat jahil untuk menggoda sahabatnya kembali muncul."Kuat berapa ronde, No, kamu semalam?" tanyanya dengan alis naik turun.Inno langsung mendecakkan lidah kesal. "Nggak ada topik lain apa, Her?" tanyanya dengan wajah memerah.Meskipun dirinya sering berbicara bar-bar, tetapi Inno tidak pernah mau membahas urusan tempat tidur dengan orang lain walaupun pada sahabat sendiri. Sebadung apa pun dulu, bagi Inno, urusan ranjang adalah hal paling privasi bersama istrinya.Melihat Inno masih diam. Heri semakin memanfaatkan situasi. Heri tersenyum simpul. "Kenapa wajahmu malu-malu gitu?" godanya.Inno kembali berdecak. "Berisik tahu, Her!" protes laki-laki berwajah campuran itu sambil memulai pemanasan. Heri mengikuti sahabatnya."Ha ha ha! Come on, No. Kamu tuh sudah mau jadi bapack-bapack. Bukan anak abege yang kepergok ciuman. Lucu saja wajahmu begitu. Kuat berapa ronde, sema
last updateLast Updated : 2022-12-17
Read more

Part 39 Gelang Bunga Tasbih

Sepulang dari fitness, Inno belum mendapati istrinya di rumah. Rupanya ke-empat wanita beda usia itu masih berada di pusat perbelanjaan. Dari Aisyah dia mengetahui jika istri dan adiknya itu tengah berada di Spa. Aisyah memang cukup rajin mengunggah kegiatannya di story.["Pergi dari pagi, nggak kangen suaminya, gitu?"] Inno mengirim pesan singkat untuk istrinya.Hampir jam dua siang, Amelia sampai di rumah. Dia meletakkan beberapa paper bag berisi belanjaan di sofa dengan hati-hati. Wanita cantik itu tersenyum melihat sang suami yang tertidur pulas. Bergegas Amelia membersihkan diri dan shalat, kemudian merebah di samping Inno."Ditungguin dari tadi malah perhatian sama ponsel," gerutu Inno sambil meraih handphone dari tangan istrinya dan menyimpannya di bawah bantal."Maaf, aku kira Mas tidur," ucapnya lirih."Kerasa kamu naik ke tempat tidur. Peluk dong," pinta Inno sambil meraih tangan sang istri. Amelia memeluk bahu suaminya sambil tersenyum.Bukannya tidur, Amelia justru bercerit
last updateLast Updated : 2022-12-18
Read more

Part 40 Aku Bukan Pembunuh

Inno menengadahkan telapak tangan, tetapi Amelia tetap menggenggam erat benda di belakang tubuhnya.Matanya berkaca-kaca menantang tatapan mata suaminya."Sini, kembalikan. Atau kamu buang saja, Sayang." Inno berkata lirih. Amelia tidak menanggapi, dia terus menatap suaminya dengan wajah memerah. "Buang saja, itu nggak penting, Sayang." Inno menegaskan sekali lagi."Yang ingin aku ketahui tentang gelang ini, Mas. Bukan mau di kemanakan benda ini!" serunya dengan suara bergetar. Inno mengangguk pelan. "Itu gelang pemberian Fatma. Maaf, aku nggak tahu kalau masih ada di sini, aku pikir sudah hilang," ucapnya lagi penuh perasaan bersalah. Semenjak dia memutuskan menikahi Amelia, Inno memang bertekad mengubur semua kisah-kisah masa lalunya menjadi tak ingin tersisa. "Apa Fatma masih hidup?" tanya Amelia lirih.Inno mengerutkan kening mendengar pertanyaan istrinya. "Nggak tahu, Sayang. Kami sudah lama nggak ko--""Ceritakan semuanya Mas, biar aku tahu!" sahut Amelia tidak ingin dibantah.
last updateLast Updated : 2022-12-19
Read more
PREV
123456
...
22
DMCA.com Protection Status