Share

Part 41 Tuduhan

Penulis: La Bianconera
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-20 18:16:38
Sambil membantu kakak iparnya, Aisyah bercerita mengenai kebaikan kakek dan nenek Inno di Italia sana. Dia tidak tega melihat Amelia menangis, apalagi wanita itu tengah mengandung.

"Nenek dan kakeknya Kak Inno itu baiiikkk banget, Kak, orangnya. Mereka juga anggap Ais cucu mereka. Ais yakin, Kak Amelia kerasan di Italia," kata Aisyah membuka suara.

Amelia mengangguk samar walaupun dalam hatinya dilema. "Iya Dik. Walaupun Kakak baru sekali bertemu waktu di acara nikahan Kakak dulu."

Amelia berusaha menghibur dirinya dengan cara mengingat semua kebaikan keluarga Inno di Italia selama ini.

"Ini baju-baju Kak Inno kebanyakan kiriman dari Italia, Kak. Setiap kirim baju buat Kak Inno, Ais juga dikirimi. Eh, jangan semua dikasih orang, Kak, simpan beberapa potong buat kenangan."

Aisyah terus bercerita walaupun tidak semua didengarkan oleh Amelia. Karena pikiran wanita itu terpecah antara gelang yang menjadi sumber pertengkaran tadi. Juga tentang mimpinya. Masa depan dan rumah tangganya me
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 42 Kecewa

    Sampai larut malam, Amelia masih menunggu kepulangan suaminya dengan perasaan takut juga gelisah. Apalagi telepon ke kantor berkali-kali tidak mendapatkan jawaban dari Inno.Pikiran wanita itu semakin tidak tenang.Dengan dada naik turun menahan perasaan yang bercampur aduk, dia mencoba menghubungi security kantor. Dari sana, Amelia mendapatkan informasi jika motor Inno masih terparkir di basement. Itu artinya, Inno memang sengaja tidak pulang ke rumah. "Oke Mas, terserah mau tidur di kantor atau di mana. Aku nggak peduli," gumamnya, lalu melempar handphone Inno ke atas tempat tidur begitu saja. Amelia memilih keluar kamar. Sayup-sayup Amelia mendengar pembicaraan mertua dan ibunya. Tak ingin mengganggu, Amelia memilih memasuki kamar tamu."Umi tenang saja, mereka sudah biasa berantem terus baikan lagi. Besok juga sudah saling ledek. Inno memang kalau marah seperti itu, dia memilih pergi!" Pak Hendri yang duduk di samping Bu Rini berusaha menenangkan Umi yang juga terlihat gelisah. U

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-21
  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 43 Pilihan

    Pagi harinya ketika bangun tidur, Inno tak mendapati istrinya di rumah. Bahkan rumah besar itu terlihat sepi. Hanya ada ART yang sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Inno menyapa seorang laki-laki paruh baya yang tengah memotong rumput di taman depan. Dari orang itu, Inno mengetahui jika Amelia pergi bersama Aisyah ke taman komplek. "Oh, terima kasih, Pak!"Tanpa membuang waktu, laki-laki jangkung itu pun pergi ke sana menyusul istrinya. Akan tetapi, sampai dua kali putaran dia berlari-lari mengelilingi taman, tidak juga mendapatkan keberadaan sang istri. Inno mendesah kasar karena lupa membawa handphone. Dia mulai gelisah memikirkan istrinya yang sedang hamil. Dari kejauhan Inno melihat Aisyah berjalan ke arahnya sambil menggerakkan tangan ke kanan kiri. Di samping gadis itu berjalan seorang pemuda berwajah campuran. Memang, komplek perumahan tempat tinggal Inno termasuk kawasan elite, yang mayoritas penghuninya orang asing ataupun keturunan asing. Aisyah tampak salah tingk

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-22
  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 44 Keributan

    Inno menatap tajam istrinya, kemudian mengusap kasar wajahnya yang memerah. Amelia memilih bersikap tak peduli. Wanita itu tersenyum miris menghadapi sikap egois suaminya itu.Amelia mendongak membalas tatapan mata Inno dan berkata tenang, "Jelas aku mikir jauh Mas, aku memikirkan nasib anak kita. Dulu aku maklumi kita berjauhan karena kita sama-sama masih kuliah. Tapi sekarang? Kalau Mas Inno kasih pilihan seperti itu apa bedanya dengan menginginkan perpisahan? Kenapa nggak sekalian saja Mas bilang ke Umi, kembalikan aku pada Umi, mumpung Umi di sini. Simpel, kan?"Inno geram mendengar ucapan ngelantur istrinya. "Omong kosong macam apa ini, Amelia!" sentaknya dengan suara meninggi. Dia menarik napas kasar, lalu bangkit dari tempat duduknya. "Nggak akan pernah aku melakukan hal konyol itu! Kita turun makan dulu, jangan siksa anakku dengan cara nggak makan. Ibu sama Umi sudah nungguin," ucapnya dengan nada lebih lembut. Amelia menatap punggung suaminya yang menjauh dan menghilang di bal

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-23
  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 45 Bunga dan Jelita

    Dokter muda itu tersenyum pada Inno yang duduk di depannya dengan gelisah. Laki-laki itu takut, sangat takut, hal buruk terjadi pada istri dan calon anak mereka. Dia lah penyebab terbesar istrinya itu pingsan."Kandungannya baik-baik saja, Anda tidak perlu khawatir. Tapi, sebaiknya Ibu Amelia tidak boleh terlalu banyak pikiran dan stres. Jangan membawa barang yang berat-berat." Inno mengangguk pelan mendengar nasihat dokter tersebut. "Lalu, apa bahaya kalau melakukan penerbangan jarak jauh, Dok? Karena besok malam kami berangkat ke Italy.""Tidak masalah, Pak. Tetapi tetap hati-hati." Inno kembali mengangguk dan mengucapkan terima kasih. Dia mendekati istrinya yang masih terbaring di atas brankar klinik. Inno menggenggam jemari tangan istrinya. Tangan kanannya terjulur dan mengusap-usap kepala berhijab instan itu. Inno membungkukkan badan dan mencium lama kening istrinya sembari meminta maaf berkali-kali."Maafkan aku, Sayang. Lagi-lagi aku menyakiti kamu."Amelia tersenyum dan menga

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-24
  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 46 Aku Ingin Dipeluk Papa

    Evan tertawa mendengar ucapan polos dan genit dari keponakannya. Dia tidak menyadari, tak jauh darinya Bunga menatap keduanya dengan tatapan mata sedih.Bunga masih mendengar ucapan Evan yang menggoda Jelita sembari melangkah meninggalkan tempat itu."Oh, keponakan Om sudah ngerti orang ganteng, ya? Terus yang ganteng hanya Om Inno saja, Om Evan nggak ganteng, gitu?" tanyanya sambil menggelitiki Jelita yang ada dalam gendongannya.Jelita tertawa renyah sambil menjawab jujur, "Ganteng lah, tapi Om Inno dan Papa paling ganteng. Hidungnya Om Inno mancung banget kayak Papa!""Jelita! Nanti Om Evan nggak jadi kasih hadiah kalau gitu!" Evan pura-pura cemberut. Bisa-bisanya keponakannya itu membandingkan dirinya dengan dua orang tersebut.Bunga menatap punggung Evan yang menghilang di balik pintu utama. Gadis kecil itu mengusap pipi tirusnya lalu pergi dari situ.Jelita Az'zahra Darmawan, gadis kecil itu memang sangat cantik. Kulitnya putih bermata agak sipit, warisan dari William Darmawan,

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-25
  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 47 Malangnya Nasibmu, Nak

    Mendengar ucapan Bunga, ada rasa sedih di hati Jelita. "Kamu nggak punya mainan? Memangnya kamu nggak disayang orang tua kamu?" tanyanya ingin tahu. Bunga menggeleng lemah. "Aku nggak punya Papa, aku nggak tinggal di rumah bagus," jawabnya lirih. Jelita tersenyum lebar dan mengusap lengan kurus Bunga. "Ini buat kamu," ucapnya dengan tulus.Gadis kecil bergaun warna pink itu mendongak menatap ke arah Evan, lalu mengulurkan tangan hendak menerima bungkusan dari Jelita. Tetapi, saat tatapan mata tajam Evan mengikuti ke mana arah pergerakan tangan Jelita, lagi-lagi bunga merasa Evan menatapnya. Jadi, dia memilih mundur dan menjauh. Acara ulang tahun ke-5 Jelita, bersamaan dengan acara do'a bersama, di kediaman pengusaha kaya raya itu. Dengan dipimpin oleh seorang Kyai, mereka semua khusyu ikut berdo'a. Anak-anak panti asuhan yang berjumlah puluhan itu juga ikut berdo'a dengan duduk melingkar rapi. Mereka masih antusias mengikuti acara karena setelah do'a bersama, orang tua Jelita menjan

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-26
  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 48 Cinta Yang Salah

    Tak ingin membuang waktu, Evan segera menyiapkan sarapan dan memasukkannya ke dalam wadah kecil. Dia sempat melirik ke arah kakaknya yang mendekat."Kasihan jomblo, mau ke kantor saja mesti nyiapin semua sendiri. Makanya cepat nikah!" ledek Willy sembari mengambil tempat duduk di dekatnya. Evan tak peduli dengan ejekan yang sering dia dengar itu. Dia memilih menikmati coffe lattenya. "Sudah ada calon belum? Biar tidur nggak meluk guling melulu. Ingat , umur sudah dua enam. Dulu, aku nikah umur dua empat!" ledek Willy lagi.Evan memutar bola matanya dan menyahut singkat, "Biarin saja!"Willy hanya tersenyum sekilas. Adiknya itu terlalu santai untuk urusan perempuan. Dia juga bersikap tak acuh pada perempuan."Eh, istrinya Inno punya saudara perempuan nggak, sih?" tanyanya iseng yang sukses membuat Evan menoleh dengan dahi berkerut. "Nggak punya, adiknya cowok. Kenapa?" Willy mengangguk-angguk mengerti. "Kirain punya, aku pengin jodohin kamu sama saudaranya. Buat memperbaiki keturuna

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-27
  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 49 Tante Cantik, Tolongin Bunga!

    Sekali lagi, Evan tersenyum miris. Mentertawakan dirinya sendiri. Tetapi apa yang bisa dia lakukan? Menghilangkan perasaan itu tak semudah ketika dirinya jatuh cinta. Dia butuh waktu beberapa tahun untuk mengaburkan perasaannya pada Rianti yang sampai sekarang tidak tahu di mana. Dan sampai detik ini pula, Evan tidak bisa sepenuhnya menghapus nama Rianti dari hatinya.Membayangkan sahabatnya itu menghabiskan waktu bersama sang istri di tempat yang romantis membuat hatinya berdenyut nyeri. Evan memejamkan mata dengan kepala mendongak, bersandar pada kursi kerjanya.Suara gaduh di lantai bawah membuyarkan lamunan Evan. Terdengar, Jelita menjerit histeris. Bersamaan dengan di luar sana, suara musik anak-anak mengalun merdu di waktu lewat tengah malam ini. Evan segera bangkit dan bergegas keluar kamar. Suara musik itu masih terdengar sayup-sayup seolah menembus dinding kokoh rumah mereka. Dia mengumpat geram. "Sial!" Setengah berlari, Evan menuruni anak tangga lingkar itu. Di kamarnya, W

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-28

Bab terbaru

  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 90 End

    3 bulan kemudian...Venezia, ItaliaMusim panas digunakan sebagian masyarakat Italia untuk menikmati hangatnya sinar matahari. Seperti biasa, pantai di timur kota Venezia itu sangat ramai. Di bawah payung-payung berjejer kursi untuk berjemur.Beberapa ratus meter dari mereka, seorang anak berusia dua tahun sibuk bermain pasir. Dia bertepuk tangan riang ketika istana pasir buatannya telah berdiri sempurna."Yeee, Papa, Mama, look at this!" serunya.Amelia yang duduk tidak jauh dari anak dan suaminya, tersenyum lebar. Dia sesekali mengabadikan momen itu dengan kamera handphone. Inno menatap istrinya beberapa detik kemudian mendekat."Masih pusing, Sayang?" tanyanya khawatir.Amelia menggeleng pelan. Dia mengusap pasir yang menempel di lengan suaminya. Inno menunduk dan mengusap perut sang istri."Baik-baik ya, Dek," ucap Inno lalu menatap istrinya. "Kalau kamu pusing, bilang ya, kita pulang," lanjutnya, lalu mencium kepala Amelia.Wanita berhijab itu mengangguk, lalu menunjuk ke arah Ga

  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 89 Jodoh Terakhir

    "Masih berlaku tuh, syarat?" tanya Inno."Ya, berlaku. Juga beberapa hal yang aku ingin tahu," jawab Amelia.Inno menaikkan sebelah alis. Laki-laki itu terpaksa mengangguk. "Tapi aku nggak mau kalau syaratnya bakalan merusak mood kita hari ini!" tegasnya. "Aku ingin menikmati hari bahagia ini bersama kalian semua," imbuh Inno.Sebelum Amelia menyahut, tiba-tiba Irfan menyeruak di tengah-tengah Inno dan Amelia. Pemuda yang baru saja menjadi wali nikah kakaknya itu tersenyum jahil."Baru kali ini aku lihat Mbak Amelia benar-benar jungkir balik karena cintanya Mas Inno. Huhu!" ledek Irfan kemudian berlalu sambil menggendong Gabriele.Amelia tertunduk malu, apalagi Inno menatapnya begitu lekat. Ternyata Inno tidak hanya membuat acara di masjid. Laki-laki itu juga mengadakan resepsi di ballroom hotel berbintang. Acara di hotel dihadiri ratusan undangan. Amelia menoleh pada Inno, ketika Elena menghampirinya sambil memberikan serangkai bunga mawar. "Tante, apa Tante Ambar juga sayang sama

  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 88 Simpul Halal

    Masjid Al Arif, dipilih Danu sebagai tempat akad nikah. Para santri dan pengurus pondok telah menunggu peristiwa sakral itu. Tenda juga telah dipasang dengan hiasan bunga-bunga.Amelia didampingi Umi dan Haznia berjalan sambil menunduk. Amelia benar-benar memasrahkan semua perjalanan hidupnya pada Allah. Meskipun ada keraguan, dia pantang mempermalukan orang lain. Danu adalah laki-laki yang sangat baik. Amelia berjanji dalam hati, akan menjadi istri yang baik untuk Danu dan ibu untuk Elena.Wanita itu tidak melihat keberadaan Gabriele. Amelia mengeryit ketika seorang santriwati mendekat sambil memberikan serangkai bunga mawar bercampur anyelir. Amelia tahu, bunga itu dari Inno.Haznia mengambil selembar kertas kecil yang terselip di antara bunga-bunga itu. Lalu menyodorkan pada Amelia.["Aku kembalikan Gabriele. Terima kasih sudah bersabar menghadapi sikapku. Bismillah ya, Sayang. Jangan menangis lagi, Amelia."]"Mas Inno," gumam Amelia tercekat. Dia memindai sekitar, namun tidak mene

  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 87 Menikah?

    Amelia menepis tangan Haznia kemudian beranjak. Wanita itu bertemu pandang dengan Danu di depan pintu. Amelia langsung memalingkan pandangan. Dia berlari ke rumahnya, lalu memasuki kamar.Dia menumpahkan tangis di situ. Tidak peduli dengan panggilan Haznia, Danu, dan Evan. "Mel, buka pintunya sebentar. Aku ingin bicara, Sayang!" bujuk Danu pelan.Amelia mengusap kasar air matanya. "Mas Danu juga tahu hal ini, kan? Kenapa kalian semua jahat?" teriaknya dari dalam kamar."Makanya, buka pintu dulu." Danu terus membujuk, namun Amelia tidak peduli.Dia benar-benar kecewa pada semua orang. Semuanya! Jika Evan dan Haznia tahu alasan Inno selingkuh dengan Daniela, tentu Umi, dan Irfan juga tahu. Begitu juga orang tua Inno.Tubuh Amelia meluruh di tepi ranjang. Dia memeluk lutut dan membenamkan wajah di sela-sela lutut. "Kenapa kamu lakukan ini, Mas? Kenapa? Apa begini cara Mas Inno melindungi aku dan Gabriele? Bagaimana kalau seandainya Mas nggak kembali?" Di depan pintu, Evan menatap Danu

  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 86 Menyalahi Kesepakatan

    Laki-laki itu masih belum mau beranjak dari tempatnya. Telapak tangannya mengusap-usap kepala seekor kucing. Dia mengambil kucing itu dan memangkunya."Lho, Nak Danu, kok nggak masuk? Malah duduk di sini?" tanya Bu Rini.Danu tersenyum, kemudian menoleh ke arah Inno yang masih bercengkerama dengan Gabriele. Rupanya Inno belum menyadari kedatangan Danu. Dia masih asyik menjelaskan beberapa hal pada puteranya itu."Inno, ada Nak Danu, malah di situ!" panggil Bu Rini.Sontak Inno menoleh. Laki-laki itu menatap Danu dan tersenyum canggung. Gabriele berdiri di samping Inno sambil berpegangan bahu papanya."Zio Danu!" "Hai, Ganteng. Kamu lagi main apa sih, asyik banget?"Gabriele nyengir kecil. Dia menoleh pada papanya. Inno langsung bangkit dan menuntun Gabriele mendekati Danu."Silakan masuk, Mas. Maaf nggak denger," ucap Inno datar.Danu mengangguk mengerti. Laki-laki itu menunduk dan mengusap kepala Gabriele. Kemudian pandangan kedua orang yang sama-sama berjuang mendapatkan Amelia itu

  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 85 POV Inno

    "Inno, bertahanlah Inno. Ingat, Gabriele menunggumu di Indonesia. Jemput kembali anak dan istrimu, Inno! Devi sopravvivere. Hai sentito Nonno? Non lasciare che cio che facciamo invano!" ( Kamu harus bertahan. Apa kamu dengar Kakek? Jangan sampai apa yang kita lakukan sia-sia!)Suara samar-samar itu perlahan semakin jelas. Ketika aku membuka mata, senyum Kakek dan Nenek langsung menyambutku. Hampir tiga bulan aku tidur di atas brankar rumah sakit. Bahkan aku sendiri tidak tahu jika sampai berada di fase itu.Yang aku ingat, dua kali tembakan menembus bahu dan lengan atasku. Dokter mengatakan, salah satu peluru mengenai pembuluh darah yang terhubung ke paru-paru. Aku juga sempat koma. Hal itu pula yang membuat pihak rumah sakit dan keluargaku menutup semua akses informasi.Aku juga tidak tahu bagaimana nasib anak dan mantan istriku. Apa mereka aman? Tunggu, mantan istri? Menyebut kata itu, hatiku sakit. Aku tidak pernah mengira, apa yang kami lakukan akan membuat istriku menggugat cerai

  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 84 Rencana Licik

    Antara kesal dan gemas karena sikap seenaknya Inno, itulah yang dirasakan Amelia. Sepertinya, Inno sengaja mencari keributan. Amelia tidak habis mengerti, semakin tua, Inno malah semakin menyebalkan.Amelia meminjam handphone Umi untuk menghubungi Inno. Danu memperhatikan tingkah panik Amelia, hanya menggaruk pelipis sembari tersenyum penuh arti."Hallo, assalamualaikum, Umi!" sapa Inno di seberang sana."Waalaikumsalam salam. Mas bawa Gabriele ke mana? Mas sengaja culik Gabriele, ya?" tuduh Amelia seenaknya.Terdengar decakan lirih dari sana. "Ngapain nyulik anak sendiri? Lagian emaknya enak-enakan pacaran, nggak mikirin anak di rumah. Salah gitu, aku bawa jalan-jalan anakku?" balas Inno sembari terkekeh. Amelia langsung mendengus kasar. Tak jauh darinya, Danu menggelengkan kepala samar mendengar perdebatan kedua orang itu."Ya sudah, cepat bawa pulang!" titah Amelia tegas.Di seberang sana, Inno justru tertawa. "Suka-suka aku dong, mau cepat pulang atau nggak. Sudah, nggak usah gang

  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 83 Calon Istriku

    Amelia memberontak. Dia mendorong kasar tubuh Inno sehingga pelukan laki-laki itu terlepas. Amelia menatap tajam pada Inno yang sama sekali tidak menunjukkan rasa bersalah.Kurang ajar sekali mantan suaminya ini. Namun anehnya, tanpa disadari, Amelia juga membalas ciuman itu. Merasa menang, Inno menyunggingkan senyum satu sudut. Hanya sekilas.Amelia menutup wajahnya dengan telapak tangan. Dia mengutuk dirinya sendiri yang tanpa sadar mengikuti kemauan Inno. Dan dia mengutuk kekurangajaran laki-laki tampan itu."Pergi Mas, pergi!" usir Amelia sambil menangis.Inno tidak menggubris. Laki-laki itu menangkupkan telapak tangan di depan dada. Dia tidak ingin mengulangi kesalahan lagi jika tidak mau Amelia semakin muak padanya."Maafkan aku, Sayang. Habisnya kamu nggak mau diam, sih. Makanya, kalau suami ngomong itu dengerin dulu!" ucap Inno santai."Mantan, ingat itu!" sentak Amelia marah. "Dan buang jauh-jauh panggilan itu. Mas nggak berhak lagi memanggilku begitu!" lanjutnya dengan suara

  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 82 Ingin Seperti Dulu

    "Mas Inno..." Amelia memanggil lirih nama mantan suaminya itu.Danu mengikuti arah pandangan Amelia. Kedua laki-laki itu saling pandang dalam diam. Danu bisa melihat luka di mata Inno. Selanjutnya, Inno menatap Amelia dengan dada terasa sesak. Wanita tercintanya, dilamar laki-laki lain di depan mata. Begini rasanya? Teramat sangat sakit. Itulah yang dirasakan Amelia ketika melihat sang suami tidur dan berciuman dengan Daniela.Inno melangkah maju dan berdiri tepat di depan Amelia. Wanita itu langsung memalingkan pandangan. Luka di hati wanita itu kembali basah."Gabriele di rumah, Mas!" ucap Amelia lirih tanpa mau menatap wajah mantan suaminya.Inno tidak menjawab. Laki-laki itu masih menatap Amelia penuh arti, kemudian menatap Danu. Dia tersenyum kaku pada Danu."Selamat, Mas. Bahagiakan Amelia," ucap Inno parau.Danu masih bergeming. Inno kembali menatap Amelia, hanya beberapa detik, kemudian membalikkan badan. Tenggorokan Amelia tercekat melihat langkah Inno yang menjauh. Rasa sak

DMCA.com Protection Status