"Mbak Arum, kayaknya Mas Rahman harus dirujuk ke rumah sakit, saya takut ada luka dalam, kondisinya juga lemah, oksigen di sini nggak cukup," terang Bu Esti. "Ya Allah!" pekikku tertahan. Aku bangkit dari bed pasien, tak ku hiraukan rasa sakit dan remuk dibadan ini. Yang kupikirkan hanya suamiku. Aku melangkah cepat mendekati Mas Rahman. Infus, selang oksigen, dan wajah yang diperban sana-sini, membuatku pilu. "Mas Rahman!" Aku menangis histeris. Tak kusangka suamiku separah ini, matanya bahkan bengkak dan biru lebam. Bibirnya pecah. Ya Allah! Kejamnya mereka! "Bawa, Bu, bawa suamiku kerumah sakit, Bu!" Aku memohon pada Bu Esti. "Ayo, Bu Aisyah, tolong antarkan aku pulang! Orang-orang itu harus bertanggung jawab atas semua ini!" Aku histeris marah, benci, emosi, bercampur jadi satu. "Sabar, Rum, sabar! Istighfar, Arum!" Bu Aisyah memelukku sambil menangis. Aku terduduk lunglai dilantai, meratapi nasib malang ini. Ingin memaki, mengumpat, dan berkata kasar. Hatiku bergemuruh la
Last Updated : 2024-10-29 Read more