“Santai, geng! Mereka berdua masih anak kecil mana paham,” sahut Salsa.Lusi menoel-noel pingganku. Pasti Lusi kaget dengan pengakuan Putri. Aku pun sebenarnya kaget. Pikiranku sudah traveling ke mana-mana untungnya gratis kalau harus bayar beli tiket kan, aku rugi.Apa Nindi jadi sugar Daddy seperti yang dia tuduhkan padaku. Atau ada yang lain. Kalau dia jadi sugar Daddy harusnya banyak duit dan juga tidak mau pacaran di sekolah. Bisa aja sih, pacaran untuk menutupi kelakuan busuknya, tapi kan? Ah, banyak tapinya.“Cepat sembuh, ya, Say. Baru mulai juga,” ucap Salsa. Dia memijit lengan Nindi.“Terima kasih, ya, kalian sudah datang,” jawab Nindi.“Sebenarnya dari kemarin aku mau ke sini, tapi belum ada berita resmi jadi pending dulu, deh! Tadi si culun ini woro-woro di grup, kita berdua langsung cus meluncur ke sini,” kata Salsa lagi.“Kamu bawa apaan, tuh?” Nindi menunjuk paper bag yang dibawa Putri.“Ini, brownis yang lagi hits itu. Sengaja kita bawain untuk kamu. Kan, biar cepat se
Baca selengkapnya