Semua Bab KARMA PERSELINGKUHAN AYAH : Bab 51 - Bab 60

181 Bab

BAB 60. Mungkinkah?

“Al, Nindi memang di rumah sakit?”“Kamu tahu dari mana, Ga?”“Dari grup sekolah. Kata teman-teman dekat Nindi, dia masuk rumah sakit setelah dibantai kamu sampai pendarahan.” Aku sedikit terkejut sih, Nindi memang pandai bersilat lidah. Sudahlah berbuat dosa bukan bertaubat malah makin gencar memfitnahku.“Ya Allah sekeji itu ya, aku?” kataku sambil terkekeh.“kamu itu, serius dikit sih, Al. Aku itu khawatir sama kamu.” Sahut Angga kesal.“Aku juga serius, Ga. Itu mulut Nindi jahat amat si, tak mungkin aku begitu.”“Memang yang sebenarnya terjadi gimana, Al? Kamu juga perlu meluruskan. Aku heran kamu itu kok sepertinya sibuk terus sampai enggak sempat ikut nimbrung di grup sekolah.”“Angga, kamu udah kayak nenekku aja deh, kalau ngomel. Itu mulut enggak bisa berhenti,” sungutku kesal.Aku juga tidak mungkin menceritakan masalah Nindi pada sembarang orang walaupun Angga adalah sahabatku dari kecil, tapi tetap saja dia orang lain apalagi dia laki-laki.“Gitu aja ngambek, yuk, buruan it
Baca selengkapnya

BAB 61. Curiga.

🌸🌸🌸“Opa, tangan dan wajah Opa kenapa?” tanyaku penuh selidik.Opa masih saja mencoba mengulurkan lengan bajunya yang tadinya digulung hingga siku.“Loh, iya, ini kenapa, Pak?” tanya oma dan opa pun makin salah tingkah.“Kalau orang tanya itu dijawab, Pak biar enggak cemas!” sahut Tante Devi.“Oh, ini a—nu kebeset bambu tadi siang Opa bantu kawan bikin kandang ayam jago,” jawab opa gugup.Aku memicingkan kepala, kutatap opa penuh selidik. Opa pun menatapku sekilas lalu menunduk seraya main ponsel. Tangannya gemetaran. Oke, opa aku kini yakin kalau semalam yang masuk kamarku adalah opa.“Oma, semalam ada maling di rumah,” kataku lagi. Opa duduknya makin gelisah.“A—pa! Maling? Terus ketangkap enggak?” pekik oma penasaran.“Enggak. Ngilangnya cepat banget. Aku sama Tante Eni sudah berusaha ngejar, tapi enggak dapat.” Kubuat ceritaku sedramatis mungkin.“Kan, ada satpam kok, bisa maling masuk, sih!” Tante Devi pun ikut geram.“Satpam mana tahu, Tan. Semua pintu dan jendela tidak ada y
Baca selengkapnya

BAB 62. Salahkan bila kusebut dirinya binatang?

“Santai, geng! Mereka berdua masih anak kecil mana paham,” sahut Salsa.Lusi menoel-noel pingganku. Pasti Lusi kaget dengan pengakuan Putri. Aku pun sebenarnya kaget. Pikiranku sudah traveling ke mana-mana untungnya gratis kalau harus bayar beli tiket kan, aku rugi.Apa Nindi jadi sugar Daddy seperti yang dia tuduhkan padaku. Atau ada yang lain. Kalau dia jadi sugar Daddy harusnya banyak duit dan juga tidak mau pacaran di sekolah. Bisa aja sih, pacaran untuk menutupi kelakuan busuknya, tapi kan? Ah, banyak tapinya.“Cepat sembuh, ya, Say. Baru mulai juga,” ucap Salsa. Dia memijit lengan Nindi.“Terima kasih, ya, kalian sudah datang,” jawab Nindi.“Sebenarnya dari kemarin aku mau ke sini, tapi belum ada berita resmi jadi pending dulu, deh! Tadi si culun ini woro-woro di grup, kita berdua langsung cus meluncur ke sini,” kata Salsa lagi.“Kamu bawa apaan, tuh?” Nindi menunjuk paper bag yang dibawa Putri.“Ini, brownis yang lagi hits itu. Sengaja kita bawain untuk kamu. Kan, biar cepat se
Baca selengkapnya

BAB 63. Oma marah.

🌸🌸🌸"Dasar anak durhaka! Anak tidak tahu diri! Kamu pikir kamu hebat! Kalau bukan karena anakku sudah pasti kamu tidak ada di dunia ini! Menyesal aku punya cucu sepertimu!”Aku yang sedang fokus dengan buku diari Nindi kaget sekaligus syok saat oma menangis histeris disertai caci maki. Padahal tadi Oma sedang bergembira karena jalan berdua dengan opa. Mengenang masa muda, begitu katanya. Cucu siapakah yang oma maksud?Der! Der! Der!Pintu kamarku digedor-gedor oma.“Keluar kamu s*tan cilik! Keluar!” teriak oma.“Ada apa, Mbak?” Itu suara nenek.Gegas kubuka pintu.Brug!Tubuhku terpelanting ke lantai begitu pintu terbuka.Sepertinya oma benar-benar telah kerasukan. Tenaganya kuat sekali. Badanku sakit, ngilu!“Istighfar, Mbak!” Nenek mencoba menyadarkan oma. Tante Eni menolongku berdiri.“Gara-gara anak durhaka ini. Anakku meninggal! Puas kamu! Bahkan permintaan terakhirnya tidak kamu penuhi! Dasar ibl*s!” umpatan sekaligus kabar yang dibawa nenek membuatku limbung.Opa membawa oma
Baca selengkapnya

BAB 64. Selamat jalan, Ayah!

Kupanjatkan doa untuk ayah. Khusuk. Hingga tidak terdengar suara ratapan dan tangisan oma. Seolah aku berdiskusi langsung dengan Tuhanku.Aku berdoa untuk ayah. Memohonkan ampun untuk ayah. Mungkin di detik terakhir ayah sempat bertaubat. Aku sudah memaafkan ayah biarlah Tuhan yang membalas segala buruk perbuatan ayah. Kewajibanku sebagai anak telah gugur. Sungguh kini aku telah memaafkan ayah.“Alya! Al!” Sentuhan kasar dari oma menyudahi konsentrasiku.“Jangan kau sentuh anakku! Pergi! Kamu anak durhaka!” umpat oma.“Lihatlah ibu-ibu, anak durhaka ini bahkan tidak menangis sama sekali atas kepergian ayahnya!” tunjuk oma padaku. Para tetangganya yang sudah hadir bertakziah fokus memperhatikanku, tapi tidak berani berkomentar.Oma dibawa masuk ke kamar oleh om Ardi. Meski berontak, tenaga oma tetap kalah.Kuusap wajahku dengan ke dua telapak tanganku. Aku sadar aku tidak menangis. Entah kenapa.“Kalau tidak kuat Tante antar ke kamar, yuk!” Tante Eni menyentuh bahuku.“Tidak, Tan. Aku
Baca selengkapnya

Bab 65. Oma masih marah.

“Saudara nyonya oma. Datang semalam jam 1 malam. Bibi tahu karena semalam bibi yang membantu membawakan barang-barang mereka, Non.”“Oh, saudara ayah, pantas mirip. Bibi enggak usah buatkan mereka sarapan. Kan, sudah banyak makanan. Bibi temani aku aja ke kamar.”Bik Siti terlihat bingung, tapi kemudian menurut saja. Oma ini aneh sekali sedang dalam keadaan berduka saja makan milih-milih. Di meja makan sudah banyak sekali lauk pauk. Tinggal makan yang ada kok, ngerepotin orang lain. Para tetangga saja sejak selepas subuh tadi sudah banyak yang berdoa dan mengaji Yasin di dekat jenazah ayah. Ini oma sibuk milih-milih makan.“Istirahatlah barang sebentar Bik, pasti Bibi lelah sekali. Ini masih jam 6 pagi, nanti Bibi aku bangunin jam 7.” Meski terlihat bingung, tapi senyum bik Siti mengembangkan. Hitungan menit bik Siti sudah tertidur pulas.Kukunci kamar. Aku tidak mau ada yang mengganggu. Tante Eni ada di kamar nenek. Tadi selepas subuh, calon suaminya datang. Aku gegas mandi, dan bers
Baca selengkapnya

BAB 66. Proses pemakaman ayah.

🌸🌸🌸“Jangan buat keributan di sini!” gertak Om Ardi. Suaranya terdengar berat giginya bergemeletuk. Mungkin oma takut. Beliau dengan kesal dan tatapan sinis pergi menjauh.Terdengar kasak-kusuk di belakang bilik pemandian ayah. Ustaz dan beberapa warga yang memandikan jenazah ayah terus saja beristighfar.Hatiku teriris melihat kenyataan ini. Mungkin ini hukuman yang setimpal untuk ayah. Hukuman yang meringankan sedikit dosa-dosanya. Wallahu’alam.Selesai dimandikan dengan sigap mereka mengkafani ayah. Yang aku dengar dari ustaz jangan sampai apa yang mereka lihat sewaktu memandikan ayah dikabarkan ke pada banyak orang. Itu menjadi rahasia mereka.Kupandangi sekali wajah ayah sebelum tertutup kain mori dan kapas. Aku ditugaskan untuk menaburkan bubuk wewangian pada seluruh tubuh ayah. Pak ustaz pun menyuruhku untuk mencium ayah untuk terakhir kalinya.Meski ragu aku tetap melakukannya. Aku mendapat giliran terakhir. Oma, opa, Tante Devi terlebih dahulu.Inilah saat terakhir aku men
Baca selengkapnya

BAB 67. Sugar Baby.

Ruang keluarga sepi bak kuburan. Di ruang tengah bukan tidak ada orang, ada keluarga besar oma, tapi mereka tidak ada yang bersuara. Mereka sibuk dengan ponselnya masing-masing. Dari kamar tamu terdengar repetan Oma terus menerus. Apa Oma tidak capek? Merepet dan juga mengumpat tidak akan mengembalikan ayah. Ting! Pesan masuk dari Lusi. [Sepupumu baik-baik saja, Al. Tadi dia telepon kamu bermaksud mengucapkannya bela sungkawa. Tadi kami sampai sini sudah ada gengnya dan seorang om-om. Beneran deh, Al. Mereka ini kayaknya sugar baby.] Kubaca ulang pesan yang lumayan panjang dari Lusi. Sugar baby, tapi diari itu? Ah, aku akan bertanya langsung pada Nindi. Sekarang bukan waktu yang tepat. [Lus, yang benar deh! Mungkin itu saudaranya Putri? Jangan asal tuduh takutnya mereka tersinggung. Nanti kamu dalam bahaya.] [Beneran Al, kalau itu saudaranya enggak mungkin juga selengket itu. Mana ada sama suadara ngelendot-ngelendot manja.] [Memang mereka enggak malu sama teman-teman yang lai
Baca selengkapnya

BAB 68. Oh, Opa!

Azan Maghrib berkumandang bersamaan dengan tangisan Tante Anin. Ya Allah itu istri dari mana kenapa bisa tidak tahu kalau suaminya meninggal dunia. Padahal dari pihak kepolisian sudah berkali menghubungkan nomornya.Lucunya aku pun baru ingat kalau Tante Anin itu istri ayah. Seolah terhipnotis aku benar-benar lupa tentang Tante Anin.Plak!Tante Anin memegangi pipinya. Tamparan kuat dari oma mendarat cantik di pipi mulus Tante Anin. Oma kasar sekali. Siapa pun kena marah tidak pandang bulu ataupun malu. Berbuat sesuka hati.“Istri tidak tahu diri! Dari mana saja kamu! Apa kamu baru selesai ngelont* hah!” bentak oma.“A—ku ....” Tante Anin menjatuhkan dirinya ke lantai. Menangis histeris. Tangisannya seolah bersahutan dengan azan dan iqomah di Masjid.Di luar sana orang sibuk beribadah, di rumahku orang sibuk bertengkar.“Lihat saja penampilanmu itu Anin. Orang juga sudah bisa menilai kamu dari mana. Menyesal aku menikahkan Hendra denganmu!” kata oma lagi.Benar yang dikatakan oma. Pe
Baca selengkapnya

BAB 69. Minta warisan.

Assalamualaikum ... Bantu follow akunku, yuk! bagi yang sudah follow aku ucapkan terima kasih banyak 😘🙏🌸🌸🌸“Nah, benar ‘tuh yang dibilang Paman. Aku Juga yakin sekali kalau Mas Hendra semasa hidupnya sudah banayk mengumpulkan harta untuk diwariskan pada orang tua dan anaknya,” sahut keponakan opa yang baru kutahu namanya adalah om Yuda.“Benar. Aku juga yakin begitu. Apa lagi kakakku itu adalah seorang yang pekerja keras untuk keluarganya.” Tante Devi pun tidak tinggal diam. Dia memang selalu semangat kalau membahas masalah harta.“Pak Ustaz dengar sendiri ‘kan, pengakuan dari mereka bagimana anakku selama hidupnya. Itulah kenapa saya sebagai bapaknya ingin segera terselesaikan masalah ini. Saya yakin ada bagian kami di sana karena anak kami itu sangat sayang keluarga,” ucap opa lagi.“Jangankan sama orang tua sama kami para sepupunya juga sayang,” timpal om Yuda.Ck, jelaslah ayah dipuji-puji mereka selama ini ikut menikmati jerih payah ayah dan juga—ibuku tentunya.Pas Ustaz s
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
19
DMCA.com Protection Status