Home / Pernikahan / KARMA PERSELINGKUHAN AYAH / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of KARMA PERSELINGKUHAN AYAH : Chapter 21 - Chapter 30

181 Chapters

BAB 21 Kebusukan ayah.

“Pulang yuk, sudah lama nih, kita keluar!” ajakku pada Aldi dan juga dua artku. Nenek tadi dijemput pekerjanya mereka ke kebun katanya kakek sudah sangat kelaparan. “Ayo, Non! Bibi jadi enggak sabar mau lihat itu si ulet bulu,” jawab Bi Inah. Aku pun tidak sabar apa yang terjadi di rumah setelah kami tinggal muter-muter kampung selama tiga jam. “Mbok, malah khawatir ulet bulu menyelinap masuk kamar Nyonya terus ngambil barang-barang Nyoya.” Duh, Mbok ini care banget sama nenek. “Mau ambil apa? Lah wong di kamar Nyonya enggak ada apa-apa selain minyak wangi nyongnyong, minyak urut, sama baju-baju zaman dulu. Perhiasan Nyonya enggak di sini sama Nyonya disimpan di brangkas.” Bi Inah pun menimpali. “Kok, kamu tahu, Nah?” “Tahu, Nyonya yang bilang.” “Syukur deh, kalau gitu.” “Biarin aja mau ambil juga, emang Tante pelakor kan, doyannya barang-barangnya orang lain,” sahutku. “Iya, benar. Ih, suka heran zaman sekarang ini kenapa sih, banyak banget pelakor?” “Entah. Aku juga enggak
Read more

BAB 22 Tante Anin?

“Br353k mati lampu lagi!” umpat ayah. Beliau sedang mencarghe ponselnya. Aku yang sedang membaca Alquran sangat jelas mendengar umpatan ayah. Karena pintu kamar aku buka sedikit sedang ayah ada di ruang tengah.Ayah aneh semua orang pergi ke masjid menunaikan kewajibannya sebagai seorang mulsim beliau malah sibuk dengan ponselnya. Syukurin mati lampu.Aku berniat mengingatkan ayah untuk salat isya dulu, tapi keburu Tante Anin menimpali makian ayah.“Makanya kita pulang aja di sini serba susah,” sahut Tante Anin. “Besok pagi kita pulang, tapi aku mau kamu di sini dulu sampai liburan sekolah anak-anak selesai.” “Enggak mau, Mas. Nanti aku diperlakukan seperti babu sama mereka.” “Aku sudah bilang ambil hati mereka. Alya itu hatinya lembut seperti Tari dia mudah diluluhkan. Sedang mertuaku cenderung mengikuti. Kalau Alya suka padamu mereka juga akan suka.” “Enggak mau, Mas ... cukup sekali ini aku diperlakukan tidak hormat. Kamu tahu masa harga diriku dibilang jauh lebih rendah dari
Read more

BAB 23 Nenekku jagoanku.

Assalamualaikum semua ... yuk, bantu follow akunku!😍Terima kasih banyak ya? sudah support aku sampai sejauh ini🙏😘🌸🌸🌸🌸Aku bahagia sekali malam ini bisa main api unggun bersama meski ada yang kurang yaitu tanpa kehadiran ibu, tapi tidak mengurangi kebahagianku. Aku memang punya rencana jahat malam ini. Aku akan biarkan ayah masuk kamar kakek setelah itu aku akan mengajak kakek memergokinya.Yes! Tepat dihitungan ke 100 ayah berhasil menyelinap pergi dari sini. Tunggu 3 menit dari sekarang aku akan mengajak kakek masuk.“Nek, temani aku ke kamar mandi, yuk! Pingin pipis.”“Ayo! Nenek juga mau ke kamar mandi.” “Kek, ayo temani kami masuk mau ke kamar mandi!” ajakku. Meski kakek tidak menyahut dan terlihat kesal, tapi beliau mau mengantar. Kakek pasti kesal karena sedang menikmati suasana api unggun.“Sssttt ... jangan bersuara Nek, Kek. Aku seperti melihat orang masuk menyelinap ke kamar Kakek.”“Ah, yang benar kamu, Al. Kan, rumah Kakek aman. Di luar juga ada penjaga.”“Kakek
Read more

BAB 24 Mobil Ibu diambil.

🌸🌸🌸“Hendra!” Ayah yang sedari tadi sudah gelisah tergopoh-gopoh menghampiri kakek. Wajahnya terlihat sekali ketakutan.“Katakan padaku kenapa map gaji karyawan ada di kamar ini!?” hardik kakek.“Itu aku pun tidak tahu, Pak,” jawab ayah berbohong.“Mana mungkin tidak tahu kamu kira map ini punya kaki jadi bisa jalan sendiri ke sini?” tanya kakek geregetan giginya bergemeletuk.“Beneran, Pak. Aku tidak tahu kenapa ada mam ini di kamar ini,” jawab ayah tanpa berani menatap kakek.“Sudahlah, Kek, yang penting kan, sudah ketemu mapnya,” sahutku sambil mengedipkan sebelah mata. Untungnya kakek langsung paham.Kakek pergi begitu saja dari kamar ini dengan membanting pintunya. “Lanjutkan sarapannya. Jangan ada yang pergi dari meja makan sebelum semuanya selesai makan!” titah nenek. Kami kembali ke posisi masing-masing aku sangat menikmati sarapanku.“Alya, ingat pesan Kakek, kamu harus sekolah yang pintar karena warisan Tari seluruhnya akan Kakek berikan padamu. Hanya kamu anak Tari,”
Read more

BAB 25 Apa hubungan ayah Nindi dengan Tante Anin?

Assalamualaikum ....Happy reading everyone ❤️🌸🌸🌸“Sini Al, biar Kakek yang ngomong sama ayahmu.” Kuberikan ponselku pada kakek.“Hendra, jangan kamu coba-coba merayu Alya. Aku tidak akan pernah merubah keputusanku. Mobil ini tidak akan ke mana-mana. Ini milik anakku jadi, aku yang lebih berhak. Sudah sana kerja yang benar. Dua hari lagi akan ada audit yang akan memeriksa keuangan perusahaan yang kamu kelola.”“Apa? Audit? Mendadak sekali, Pak?”“Iya, sengaja.”“Tapi, Pak?”“Enggak ada tapi-tapian!”Tuuuutt!Tuuuutt!Sambungan telepon dimatikan oleh kakek. Tak lama ayah meneleponku lagi, kali ini memilih diam saja. Pusing juga kalau sudah dengar keluhan ayah.Sesampainya di pasar semua orang yang didatangi menyalami nenek dan juga cipika-cipiki. Padahal mereka para pedagang kecil, tapi nenek dan kakek tidak milih-milih dan sepertinya sangat akrab.“Tolong kamu jagain Aldi ya, kamu kan, sekarang ibu sambungnya. Aku mau ke sana cari baju untuk Inah sama Mbok,” pinta nenek pada Tante
Read more

BAB 26. Pulang ke rumah.

Assalamualaikum, Guys, bantu follow akunku yaa☺️🙏🌸🌸🌸Badan nenek yang tergolong subur sukses membuat aku dan Mbok jadi kesusahan mengangkatnya.“Ini Nyonya kenapa si, kok bisa jatuh di bawah begini.” Mbok panik begitu juga aku.Kami di rumah hanya berlima yang bekerja di rumah nenek ada di kebun kalau siang begini kecuali penjaga rumah.Penjaga rumah sedang cidera dan kami pun belum tahu bagaimana nasibnya. Ini ditambah nenek pingsan.Tante Anin entah di mana dia tidak mungkin bisa diandalkan.“Nenek ... bangun. Jangan tinggalin aku." Aku benar-benar takut kehilangan nenek.“Non, ambil minyak kayu putih itu olesin ke hidung Nenek.” Aku mengikuti perintah mbok.Setelah Bra, kancing baju dan yang lainnya sudah dikendurkan, Alhamdulillah nenek siuman.“Alya, Aldi, jangan nangis, Nenek enggak apa-apa.”“Kenapa Nenek bisa tiduran di bawah gitu kan, ada kasur empuk.” Candaku.“Tadi ada yang memukul tengkuk leher Nenek. Pukulan pertama Nenek teriak minta tolong. Pukulan selanjutnya gel
Read more

BAB 27. Mengerjai para benalu.

“Ayah tidak lihat? Rumah ini sangat berantakan mereka tidak mau membersihkannya!”“Devi, Ma, aku sudah bilang berkali-kali jangan seenak sendiri di sini. Sekarang tahu kan, akibatnya. Benar kata Alya lebih baik kalian pulang saja. Aku pun pusing dengan tingkah kalian,” ucap ayah membelaku. Ha, tumben sekali. Pasti ada ikan teri di balik rempeyek.“Ba—ik, Mas. Kami bersihkan,” jawab papa Nindi ketakutan.Jelas saja mereka tidak mau pergi dari sini. Di sini semua serba ada mau makan apa tinggal ambil. Enggak kerja pun masih bisa hidup enak.“Paaaah ... kok, gitu sih, bisa kasar ini tangan Mamah,” protes Tante Devi.“Cepat!" teriakku lagi.“Enggak usah teriak-teriak kali, aku pun dengar. Sini aku kerjakan!” Nindi mengambil sapu dari tanganku.“Kamu sapu semua yang ada di rumah ini sekalian di pel. Om, urus halaman depan dan juga kolam renang!” titahku. Meskipun mereka tidak suka, tapi tetap saja mau mengikuti perintahku.Oma dan opa pun ikut beberes padahal aku tidak menyuruh mereka. Bag
Read more

BAB 28. Ayah makin nekat.

Assalamualaikum, Guys, bantu follow akunku ya, subs semua cerbungku, like, komen. Insyaallah akhir bilang nanti ada GA lagi, ya ... sebagai tanda terima kasihku pada kalian yang sudah support aku sampai sejauh ini 🙏 yang belum follow cus follow ☺️🌸🌸🌸“Jangan! Ini milik Kakakku!” teriakan Aldi dari kamar ibu membangunkan tidur siangku.Hari ini aku sudah aktif sekolah. Seperti biasa di hari pertama sekolah belum ada mata pelajaran yang dimulai. Alhasil aku dan teman-teman asyik bercanda ke sana ke mari dan menghias kelas sesuai keinginan kami. Pulang, sampai rumah tepar.“Berisik banget sih, anak kecil! Ini milik Tante Tari bukan milik Alya!” Itu suara Nindi. Ck, bikin ulah apalagi dia siang bolong begini.“Sama aja, milik ibuku berarti milik kami!” Aldi masih membantah ucapan Nindi.Tak tahan dengan teriakan mereka yang saling bersahutan aku segera menghampiri mereka.Begitu melihat kedatanganku Nindi langsung salah tingkah dan memeluk Aldi.“Jangan peluk-peluk aku!” Aldi beront
Read more

BAB 29. Ayah makin nekat.

Brak!Suami Tante Devi tidak terima. Lalu pergi begitu saja.“Jahat kamu, Mas!” umpat Tante Devi.“Cukup, Dev! Cukup sudah aku membantu kamu dan suamimu. Sekarang saatnya suamimu kerja dan menghidupi kalian. Berkemaslah besok kalian harus pulang,” tegas ayah.Malam ini Lusi ke rumah bersama orang tuanya. Mereka membawa Art baru untuk bekerja di sini. Aku memang sebelumnya sudah meminta tolong pada Lusi untuk mencarikan art.Aku memanggilnya Bik Siti, sepupu Mbok Jum art-nya Lusi. Janda muda, malahan masih muda banget katanya sudah janda dua kali padahal umurnya baru 19 tahun. Katanya dia kalau di kampung halamannya sana wanita umur belasan tahun sudah menikah.Bik Siti cantik dan seksi. Aku jadi takut dia akan menggoda ayah. Aku perhatikan dari tadi ayah pun sudah lirik-lirik pada Bi Siti. Dasar ayah mata keranjang.“Bik, tidurnya sama Mbok di belakang. Tugas Bibi beres-beres rumah dan bantu jagain Aldi. Kalau si Mbok tugasnya masak,” kataku.“Iya, Non. Terima kasih ya, Non, sudah ma
Read more

BAB 30 Ayah mencoba membunuh Tante Anin?ante

Assalamualaikum Guys, bantu follow akunku dong, komen dan likenya, ya?Terima kasih juga ya, untuk yang sudah setia dengan cerbung recehanku. Selamat datang para pembaca baru. I love you all💕🌸🌸🌸🌸“Allahukabar, Ayah!” teriakku kaget melihat ayah yang sedang mencekik Tante Anin.Wajah Tante Anin sudah merah hitam dia sudah mulai kehabisan oksigen. Beruntung aku memergoki aksi bejat ayah.Brak!Tubuh ramping Tante Anin didorong ayah membentur pintu kamar Aldi. Tante Anin terkulai lemas.Siang ini rumah kenapa begitu sepi. Biasanya mbok dan Bik Siti ada. Aldi juga biasanya sudah pulang sekolah.“Ayah, ini tindakan kriminal!” Ayah pun sepertinya enggan berdebat denganku. Beliau pergi begitu saja entah mau ke mana.Aku lari ke dapur mengambil air minum untuk Tante Anin dan juga memberikan pertolongan pertama padanya. Aku takut sekali Tante Anin kenapa-napa. Meskipun Tante Anin jahat sudah menjadi duri dalam rumah tangga ibuku, tapi aku tidak mau Tante Anin meninggal di tangan ayah.“T
Read more
PREV
123456
...
19
DMCA.com Protection Status